07

33 4 0
                                    

Ada yang berbeda dengan pagi hari ini. Semua siswa tidak langsung pergi ke kelas mereka masing-masing. Semuanya mendapat pesan bahwa guru-guru akan melakukan rapat kesiswaan hari ini. Dan itu berarti tidak ada kelas dan sekolah hanya sampai setengah hari dari jadwal yang biasanya.

Harumi kini sedang asik berbincang dengan sahabat-sahabatnya seraya memakan permen lollipop yang diberikan oleh Hayato. Seperti biasanya, hanya ada obrolan acak tentang diri mereka masing-masing saat sedang bersama. Rasa yang menyenangkan bagi semuanya. Tidak ada hal yang mengganggu.

"Oh! Sepertinya kita kedatangan satu orang lagi," ucap Kairi seraya menatap ke satu arah.

Semuanya pun mengarahkan pandangan mereka pada arah yang dilihat Kairi. Seorang pemuda biasa yang berjalan menuju mereka. Seperti biasanya, pandangannya datar, tetapi matanya sedikit menampikan kesedihan.

"Ah! Ohayou, Nishizaki-san,"

"Ohayou, Ishiyama-san,"

"Hei, sudah kubilang jangan memanggilku dengan myoujin," keluh Harumi.

"Kau sudah tahu kalau hari ini gak ada kelas?" tanya Daichi.

Akira mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Daichi. Pemuda itu pun duduk di bangku taman yang berada di sebelah kumpulan remaja itu. Sebuah pesan muncul pada layar ponsel Akira saat pemuda itu membuka ponselnya. Pesan itu bukanlah pesan yang jahat. Justru dari seseorang yang sangat baik di hidupnya. Namun entah mengapa rasanya menjadi menyebalkan untuk Akira saat ini.

Hayato mengeluarkan satu lagi permen dari dalam tasnya. Ia pun memberikannya pada Akira. Butuh waktu beberapa detik hingga anak baru itu menyadari permen pemberiannya. Dan sekarang, Akira menatap Hayato dengan sedikit kebingungan.

"Apa ini?"

"Permen penyemangat. Aku selalu memberikannya pada teman-temanku,"

"Teman?"

"Kau salah satu korban dari keusilan Harumi 'kan? Itu berarti kau salah satu dari kami," ucap Hayato seraya meledek.

"Hei! Aku tidak seusil itu ya!" sanggah Harumi.

"Siapa bilang?" ledek Daichi.

"Hei, berhentilah meledek Harumi," perintah Ren.

"Urusai, Yuusha!!" balas Daichi seraya pura-pura cemberut. Yang lainnya tertawa puas melihat tingkah keduanya. Sedangkan Ren tetap saja berusaha menyembunyikan tawanya.

Permen yang ada di tangan Hayato pun sudah beralih ke tangan Akira. Tentu saja pemuda itu juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas permen yang diberikan. Semuanya tampak biasa. Tawa beberapa kali hadir di antara mereka, meskipun Akira tidak terlalu bisa mengikutinya.

"Oh ya! Kelas kosong sampai siang nanti. Bagaimana jika kita bermain voli sekarang?" ajak Kairi.

"Ah, benar! Jumlah kita juga pas delapan orang 'kan sekarang?" ucap Riyo menyetujui.

"Berarti Ginzo juga harus ikut bermain,"

Tentu saja yang disebut pun terkejut bukan main. Ya, biasanya pemuda itu hanya menjadi wasit permainan saja. Harus diakui, Ginzo sedikit kurang dalam olahraga dibandingkan yang lain. Tentu saja pemuda itu menyadari benar. Karena sekarang dirinya mencoba untuk mengelak agar tidak ikut dalam permainan. Dan semakin besar pula paksaan dari yang lainnya.

"Hei! Kalian tahu 'kan aku tidak pandai bermain voli?" ucap Ginzo.

"Aku juga tidak pandai melakukan servis kok!" timpa Harumi.

Gadis itu pun mendorong tubuh Ginzo dengan sekuat tenaga karena pemuda itu terus saja mencoba mengelak. Sedangkan yang lain mengekor di belakang. Tentu saja juga bersama Akira yang kini dirangkul oleh Hayato meskipun keduanya tidak banyak bicara.

A Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang