22

26 4 1
                                    

Ayo lempar bolanya!!!” ucap salah satu anak perempuan di tengah lapangan.

Gadis itu pun menerima bola yang dilemparkan ke arahnya. Dengan cepat ia pun melempar ke seorang gadis yang menggunakan ikat kepala yang berbeda warna darinya. Sang target mencoba menghindari bola tersebut, tetapi pergerakannya kurang cepat sehingga ia tetap saja terkena bolanya. Sontak saja sang gadis pelempar bersorak gembira bersama teman satu kelompoknya.

Suara dari peluit yang ditiup sang guru terdengar sangat nyaring di telinga semua anak perempuan kelas 3-1. Permainan itu berhenti seiring selesainya suara peluit tersebut. semua anak perempuan itu menyingkir ke sisi lapangan dan mulai beristirahat. Kini, mereka bergantian dengan anak laki-laki.

“Harumi! Kau tadi hebat sekali melempar bolanya!” puji salah seorang teman kelasnya.

Harumi hanya tersenyum mendengar hal itu. Tidak ada yang aneh, ia hanya melakukan apa yang ia bisa. Jika diingat lagi, sebenarnya itu bukanlah lemparan yang keras. Hanya saja memang ia membidik targetnya dengan sangat bagus. Ia memang sedikit bermasalah dengan kecekatannya, tapi dia unggul dalam dalam akurasi. Setidaknya itu yang dikatakan sang guru olahraga.

Pelajaran olahraga pun berakhir tidak lama setelah anak laki-laki menyelesaikan giliran bermain mereka. Dengan cepat Harumi dan yang lainnya mengganti baju olahraga mereka dengan seragam SMP mereka.

Tidak ada yang aneh saat mereka berjalan menuju kelas mereka. Namun saat para gadis hendak menuju ke ruang ganti, mereka menemukan hal yang tidak enak dilihat. Langkah mereka semua terhenti dan mengamati apa yang ada di depan mereka dari ujung koridor.

“Bukankah itu kelompok anak pengganggu dari kelas 3-6? Sedang apa dia bersama adik kelas?” ucap salah seorang gadis.

Mereka semua pun mulai mengamati setiap gerak-gerik. Dan tentu saja hal itu membuat semuanya menyipitkan mata. Para gadis pengganggu itu mulai bersikap sedikit kasar pada sang adik kelas. Melihatnya, Harumi tidak bisa tinggal diam. Ia keluar dari persembunyian dan menghadapi gadis-gadis itu.

“Kau itu cuma adik kelas!! Jangan sok hebat bisa dekat sama guru dan anak laki-laki!!”

Adik kelas yang diincar hanya bisa terdiam. Bentakan demi bentakan diterimanya. Gadis itu ketakutan. Namun sikapnya justru tidak disukai oleh para gadis pengganggu. Salah satu gadis itu pun melayangkan tangannya. Namun saat tangannya masih di udara, pergerakannya terhenti.

Semuanya menatap orang yang menghentikan sikap seenaknya itu. Harumi kini menatap gadis pengganggu itu dengan tatapan yang sangat tajam. Tidak lama kemudian Harumi melepaskan genggamannya dengan kasar. Dan tentu saja itu berhasil memantik kemarahan gadis pengganggu itu lebih besar lagi.

“Jangan bersikap sok hebat di depan orang yang lemah!” sarkas Harumi.

“Kau sendiri? Kau pikir kau hebat karena membela yang lemah?”

“Setidaknya aku tidak mengganggu siapapun, terutama adik kelas seperti kalian,”

Sou ka? Kalau begitu, kau saja yang menggantikan adik kelas ini! Kita ini satu angkatan, dan kau juga bersikap sok hebat. Bukankah kita seimbang?”

“Siapa peduli!”. Harumi pun merangkul adik kelas itu dan membawanya menjauh dari para gadis pengganggu itu. Sementara gadis pengganggu itu kini tersenyum miring.

*********

Sepasang remaja kini sedang berjalan bersama di halaman sekolah saat jam pulang. Keduanya tampak tengah membicarakan sesuatu yang acak. Namun tiba-tiba ada sekelompok pengganggu yang sengaja menyenggol gadis itu dari belakang beberapa kali hingga membuat buku-buku yang dibawa sang gadis terjatuh.

A Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang