14

28 4 2
                                    

Seperti biasanya, suasana ruang kelas 2-C sangatlah ramai saat jam pergantian pelajaran seperti sekarang. Anak laki-laki yang lainnya tengah asyik mengcoret papan tulis dengan tulisan-tulisan yang tidak dapat dimengerti. Sedangkan yang lainnya kini sedang bermain di koridor kelas. Dan seperti biasanya, para gadis kembali membicarakan seseorang di antara mereka.

Sorot mata Akira mengarah pada gadis-gadis itu hingga mereka berhenti berbincang untuk beberapa menit. Sedangkan Harumi, gadis itu masih bertahan dengan sikap masa bodoh yang selalu ia tunjukan, meskipun untuk sesaat yang lalu ia mengikuti arah pandang Akira. Seseorang tidak akan berubah secepat membalikkan telapak tangan bukan?

Kalimat itu tentu juga berlaku untuk pemuda di hadapannya. Meskipun Akira sudah mulai membaur di antara dirinya dan teman-temannya, tetap saja sikap dinginnya itu masih terasa. Setidaknya sekarang mereka lebih sering berbincang. Mungkin karena Harumi sajalah yang mengetahui kebenaran di balik sikap dinginnya.

“Mau mencocokkan tugas bahasa inggris?” tawar Harumi membuka kembali obrolannya dengan Akira.

“Boleh,”

Harumi pun membalikkan sejenak arag tubuhnya ke meja belajarnya. Ia pun mulai mencari buku catatan miliknya. Namun sayangnya buku itu tidak ada di atas meja maupun di dalam laci mejanya. Bahkan saat ia mencari di dalam tas pun ia tidak menemukan keberadaan buku catatannya yang satu itu.

“Kenapa bukuku tidak ada?” tanyanya pada diri sendiri.

“Tentu saja! Kau ‘kan meminjamkannya pada Ren tadi,” ucap Akira dengan santai.

Baiklah! Ia lupa dengan hal yang satu itu. Namun sayangnya, kini ia menatap tajam pada pemuda itu. Walaupun pemuda itu telah memberitahu kebenaran padanya. “Hei! Kenapa tidak memberitahuku sejak awal?!” keluh Harumi.

Gadis itu pun bangkit dari tempat duduknya dan beralih pada bangku yang berada tepat di sampingnya. Ah, akhirnya! Ia bisa melihat buku catatan bertuliskan namanya terselip di antara buku catatan sang pemilik bangku. Dibukanya buku itu hingga ia bisa melihat dengan jelas sampul buku catatannya. Dengan cepat ia mengambil alih buku catatan miliknya. Namun sesaat kemudian ia mematung.

Selembar foto yang ada di halaman buku catatan milik Ren menarik perhatiannya saat ini. Itu adalah foto miliknya. Namun entah mengapa rasanya aneh sekali. Jika tanggal yang ada di foto itu dilihat dengan benar, mungkin dirinya duduk di bangku kelas dua SMP saat foto itu diambil. Aneh sekali. Bukankah dirinya baru mengenal Ren saat kelas tiga SMP? Lalu mengapa Ren bisa mempunyai fotonya?

“Ada apa?” tanya Akira yang tiba-tiba saja menghampiri. Ia bisa melihat foto yang tergenggam. Foto gadis itu. Lalu apa yang salah?

“Ah! Aku hanya terkejut bahwa Ren mempunyai fotoku,”

“Bukannya Ren memang suka memotret?”

“Benar. Hanya saja tanggal di foto ini yang menggangguku –“ ucap Harumi seraya menunjukkan tanggal yang ada di foto itu. “ – Aku mengenal Ren di pertengahan kelas tiga SMP. Tapi foto ini mempunyai tanggal festival musim panas saat kelas dua SMP,”

“Apa kau yakin soal itu?” tanya Akira.

Siapa yang akan menyangka bahwa pertanyaan sederhana itu akan membuat Harumi berpikir keras sekarang. Sepertinya ia yakin dengan semua yang ia katakan. Hanya saja, yang membuat dirinya tidak yakin adalah tentang ingatan masa lalunya. Sepertinya ia sudah banyak melupakan kenangan yang tidak menarik di masa lalunya.

“Sedang apa kalian?” tanya Ren saat kembali ke kelas.

“Oh, Ren! Kenapa kau bisa punya fotoku saat kelas dua SMP?”

A Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang