19

28 4 2
                                    

Sinar bulan memantul dengan lembut, menembus gorden di jendela kamar seorang pemuda hingga meninggalkan jejak di lembar bukunya. Seperti malam biasanya, tidak ada yang aneh. Musim panas membuat semuanya semakin berkilau meski sudah malam hari. Meskipun begitu, tetap saja cahaya dari lampu membantu penerangannya semakin baik untuknya mengerjakan tugas.

Entah sudah berapa lama pemuda itu mengerjakan tugas yang tidak kunjung selesai. Bahasa Inggris, salah satu pelajaran yang kurang bisa ia kuasai selain olahraga. Dan tentu saja itu membuatnya berusaha sekuat mungkin mengerjakannya. Tangan kanannya menahan halaman kamus sementara tangan kirinya menulis dengan lincah di buku tugasnya.

Kesunyian itu tiba-tiba terpecah begitu saja karena sebuah suara notifikasi pesan dari ponselnya. Sejenak ia mengalihkan diri pada ponselnya dan membaca pesan masuk tersebut. Pesan dari salah satu sahabatnya. Sebenarnya pesan itu hanya sekadar menanyakan dirinya sedang sibuk atau tidak. Tapi sepertinya pesan itu menunjukkan hal yang lebih dari sekadar pertanyaan itu.

Ia pun dengan cepat menekan gambar telepon yang ada pada ponselnya dan mulai melakukan panggilan pada nomor sahabatnya yang baru mengirimkannya pesan. Suara sambungan langsung terdengar saat dirinya mendekatkan layar ponsel di telinganya. Dan beberapa menit kemudian, suara deringan itu berhenti dan berubah menjadi suara seorang gadis.

"Moshi-moshi, Harumi! Doushite?"

"Apa kau sedang sibuk sekarang, Ginzo?"

Sejenak pemuda itu menoleh pada beberapa buku yang terletak di atas meja belajarnya. Ya, sedang mengerjakan tugas. Tapi rasanya Ginzo tidak bisa mengatakan hal itu pada Harumi. Ia merasa ada yang salah saat ia mendengar suara gadis itu yang berbeda dari biasanya. "Tidak! Ceritakan saja masalahmu, Harumi,"

**************

Sudah berapa lama ya, Harumi menatap langit berbintang dari kamarnya? Semuanya terasa aneh. Bahkan saking anehnya, ia tidak bisa membicarakan hal ini pada orang lain. Kairi dan Ren terlalu mencurigakan baginya. Dan kini ia pun tidak bisa bercerita apapun pada orang tuanya. Di samping dirinya malu, kedua orang tuanya pun sedikit bereaksi aneh saat ia menanyakan sesuatu tentang masa lalunya.

Rasanya ia seperti tidak memiliki tempat untuk menanyakan hal ini. Dirinya sendirian sekarang. Ia pun menatap semua barang-barang yang ada di sampingnya dengan tatapan sendu. Ia benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. Namun pada akhirnya ia pun memutuskan untuk menceritakan hal ini pada satu orang yang selalu ia percaya. Walaupun dia tidak tahu apakah bisa menyelesaikannya atau tidak. Namun setidaknya dirinya bisa menjadi lebih tenang setelah menceritakannya, bukan?

Dengan cepat ia pun mengetik sebuah pesan yang akan ia kirimkan ke sebuah nomor kontak di ponselnya. Ia pun kembali mengambil buku novel yang ada di tumpukan barang itu begitu ia selesai mengirimkan pesan itu. Namun tanpa disangka, bukannya sebuah balasan pesan yang ia terima, justru panggilan telepon masuk yang ia terima. Dengan cepat Harumi mengangkat panggilan tersebut.

"Moshi-moshi, Harumi! Doushite?"

"Apa kau sedang sibuk sekarang, Ginzo?"

"Tidak! Ceritakan saja masalahmu, Harumi,"

"Kalau begitu, kita bertemu di taman dekat rumahku ya,"

Panggilan itu terputus begitu saja setelah Harumi mendapat persetujuan dari Ginzo. Ia pun merapikan barang-barangnya dan memasukkan dalam suatu tas. Untuk kali ini saja, Harumi berharap bahwa dirinya bisa merasa lebih tenang dan meninggalkan pemikiran itu sejenak saja.

********

Roda sebuah sepeda berhenti melaju tepat di parkiran sebuah taman. Tidak ada sepeda lainnya yang terparkir. Tentu saja! Langit saja sudah menggelap dengan sempurna. Tidak ada lagi orang lain yang datang ke taman itu untuk sekarang. Dengan santai pemuda yang mengendarai sepeda itu turun dan mulai berjalan masuk ke taman itu. Sepi sekali. Bahkan sekarang ia bisa merasakan angin musim panas mulai bertiup.

A Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang