18

31 4 2
                                    

Libur musim panas kini sudah terlewati setengahnya. Semuanya pun melakukan kegiatan yang mereka inginkan selama itu. Hanya saja, pekerjaan rumah selama liburan tetap diberikan oleh pihak sekolah. Dan di sanalah bagian yang menyebalkan dari liburan musim panas.

Suara lonceng angin terdengar jelas di telinga Harumi. Ia memang sengaja menggantungkan lonceng itu di jendela kamarnya. Berharap bahwa ia bisa mendapatkan petunjuk dari semua teka-teki yang ada dalam dirinya. Tentu saja ia ingat, bahwa semuanya dimulai saat ia mendengar suara lonceng itu saat ia datang ke festival Tanabata bersama teman-temannya.

Angin yang berhembus membuat dirinya semakin larut dalam pikirannya yang entah memikirkan apa. Yang jelas, untuk sesaat, ia sangat menikmati suasana itu. Sepertinya ia mendapat ketenangan di dalamnya. Ah! Akhirnya ia selesai juga membaca novel yang ia temukan di gudang rumah neneknya.

Harumi memang tipikal gadis  yang tidak terlalu senang membaca novel fiksi atau yang lainnya. Biasanya ia lebih memilih untuk menonton dorama atau film dari berbagai genre. Dan setelah ia membaca secara keseluruhan cerita yang tertulis dalam novel itu, ia sama sekali tidak merasa bahwa ia pernah membacanya sebelumnya. Ia sangat yakin bahwa itu adalah kali pertamanya ia membaca novel tersebut.

Pandangannya teralihkan pada sebuah figura yang terpajang di atas kabinet kamarnya. Itu adalah foto dirinya dan teman-temannya saat festival itu. Rasanya menyenangkan sekali saat itu. Sayangnya sekarang sedikit berbeda.

Sebenarnya jika Harumi menganggap hal itu sebagai sebuah hal yang biasa dan mengabaikannya, mungkin yang ia rasakan akan sama seperti sebelumnya. Namun sayangnya sekarang berbeda. Ia merasa bahwa ia  meragukan sahabatnya, dalam hal ini adalah Ren dan Kairi. Ah! Padahal Kairi lah yang paling lama bersahabat dengannya. Miris sekali bukan?

Suara notifikasi pesan masuk dari ponselnya terdengar di telinganya. Dengan cepat Harumi meraih ponselnya yang berada di atas meja. Ia pun membuka pesan itu dan membacanya dengan baik. Sebuah pesan dari Riyo. Pemuda itu menanyakan tentang posisinya sekarang. Ah! Ia lupa bahwa ia ada latihan voli sore ini.

Ia pun melihat ke arah jam weker. Sudah jam 3 sore. Itu berarti sekitar tiga puluh menit lagi, latihan akan dimulai. Sejujurnya ia sedang malas untuk datang latihan. Suasana hatinya sedang buruk. Namun tetap saja, ia mempunyai tanggung jawab di sana. Dengan cepat Harumi mengganti bajunya dan segera pergi menuju sekolah.

Suasana jalanan saat itu sangat ramai oleh anak-anak yang bermain. Namun tetap saja itu semua tidak bisa mengembalikan pikiran Harumi ke dunia nyata. Pikirannya terus melayang sejauh ia melangkah di jalan itu. Ya! Ia memutuskan untuk tidak menggunakan sepedanya. Padahal ia bisa saja telat saat itu.

Pandangannya pun kembali menegak saat ia tiba di jembatan perbatasan. Tubuhnya mematung saat matanya kini menangkap bayangan dua orang gadis yang sedang berada di tengah jembatan. Semuanya terasa seperti pada mimpinya, hanya saja ia tidak bisa melihat wajah kedua gadis itu. Ia tahu benar bahwa itu hanyalah sebuah fatamorgana.

Ia pun kembali berjalan melewati jembatan itu. Bahkan bayangan itu saja ia lewati begitu saja tanpa ia pedulikan lagi. Perasaannya benar-benar kacau saat itu. Namun tiba-tiba saja ia mendengar suara air. Sesuatu yang berat telah jatuh dalam air. Dengan cepat Harumi kembali menoleh ke arah belakang, Tidak ada apa-apa di sana, termasuk dengan sepeda yang sebelumnya ia lihat. Semuanya lenyap begitu saja.

“Harumi?! –“ panggil seseorang dari kejauhan.

Dengan terkejut Harumi mengarahkan pandangannya pada seorang pemuda yang kini berada di ujung jembatan dengan sepedanya. Daichi, dialah pemuda itu. Kini pandangan mereka bertemu dengan tatapan yang berbeda.

“ – Apa yang sedang kau lakukan di sana? Naiklah! Kita sudah terlambat latihan,” ucap Daichi.

Harumi pun mempercepat langkahnya menghampiri Daichi. Roda sepeda itu melaju dengan cepat begitu gadis itu naik ke bangku penumpang. Angin musim panas kembali terasa di kulit Harumi meniup dengan cukup kencang rambut sepunggung gadis itu.

A Kind of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang