Tok! Tok! Tok!Ana menghampiri pintu apartemennya dengan gontai untuk membukakan pintu.
Cklek!
"Hei, apa kabarmu sayang, Bunda sangat merindukanmu," ujar wanita paruh baya, pelaku pengetuk pintu. Di sampingnya terdapat laki-laki paruh baya, tepatnya Ayah Ana.
"Bunda, Ayah!" seru Ana dan langsung memeluk tubuh kedua orang tuanya.
"Ana sangat merindukan kalian," ucap Ana terlampau bahagia.
"Kami juga, sayang," sahut Bunda Ana sambil menyisir rambut Ana dan menyelipkannya di belakang telinga Ana.
Ana tersenyum lalu mempersilahkan kedua orang tuanya masuk ke apartemennya dan mempersilahkan keduanya untuk duduk .
“Bagaimana kabarmu Ayah, Bunda. Dan kapan Ayah Bunda datang ke simi? Kenapa tidak memberitahuku, huh?"
"Sengaja biar jadi surprise, lagian Bunda dan Ayah juga tidak akan lama di sini, hanya ingin memastikan saja bahwa putri Ayah yang cantik ini baik-baik saja," jelas Ayah Ana.
"Apartemenmu masih sama seperti dulu, apa kamu tidak berminat untuk menghiasnya, sayang?" tanya Bunda Ana.
"Ana tidak memiliki waktu Bunda," jawab Ana, pandangannya masih menatap minuman yang tengah dibuatnya.
"Apa kamu merasa betah dan kerasan bekerja dengan teman ayah, Ana?" tanya Ayah Ana, Ana mendekati kedua orang tuanya sambil membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.
"Lumayan Ayah, tapi kenapa ayah tidak bilang bahwa om Baek-Hyeon memiliki seorang putra? Beberapa hari yang lalu, Om Baek-Hyeon menyerahkan perusahaannya untuk Putranya itu."
Ayah dan Bunda Ana sedikit terkejut atas apa yang baru saja dikatakan oleh Ana.
"Apa kau sudah bertemu dengannya? " tanya Ayah Ana.
"Tentu saja sudah Ayah, Om Baek-Hyeon kan mempercayakan perusahaannya yang di sini kepada putranya. Jadi, secara otomatis putra dari om Baek-Hyeon adalah Presdir baru," ujar Ana.
Bunda dan Ayah Ana membatu sejenak lalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Baiklah, mungkin Ayah tidak tahu, Apa Ana sudah memiliki calon pendamping sayang? Bukankah umurmu sudah lebih dari dua puluh tahun," tanya Bunda Ana.
"Ibunda, jangan tanyakan hal itu, aku sudah muak ketika mendengar kata pacaran, aku ingin fokus kerja dulu. Membahagiakan Bunda dan Ayah, juga membantu Bunda dan Ayah meringankan beban kehidupan, hehe," jelas Ana sambil terkekeh.
"Jangan seperti itu nak, kami tahu kamu pasti memiliki trauma sendiri mengingat hubunganmu dengan Septian beberapa tahun lalu," tegur Bunda.
"Bunda, kan sudah Ana bilang jangan katakan hal itu dan jangan sebut nama itu lagi," ucap Ana kesal, Bunda Ana hanya menghela napasnya.
"Baiklah, terserah kamu saja sayang," pasrah Bunda Ana.
***
Setelah kepulangan kedua orang tuanya, Ana kembali dengan dunia kesendiriannya, Ana merebahkan dirinya di sofa, dan mengambil ponsel pintarnya serta memainkannya, alisnya berkerut ketika melihat banyak sekali notifikasi panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan dari atasannya, Reihan. Ana membuka pesannya.
From : Pak Reihan
Ana, kenapa kamu tidak menjawab telfonku?
Oi..... Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/230908509-288-k150547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK BOSS
Romantizm(End) Jika kecelakaan bisa memotong ingatan dan menunda cinta, lalu bagaimana kisah cinta Ana yang ingatannya terpotong dengan Presdir barunya yang merupakan teman masa kecilnya? Anastasyah George Amelina atau akrab disapa Ana adalah seorang penggil...