"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Reihan kepada dokter yang baru aja keluar setelah memeriksa Ana.
Ketika melihat Ana yang menutup rapat matanya, Reihan menjadi kalut dan seketika mengangkat tubuh Ana dan melarikannya ke rumah sakit.
"Karena benturan yang sedikit keras, dikepalanya terdapat sedikit luka, selebihnya pasien baik-baik saja, pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat, jika pasien sudah sadar, keluarga boleh membawanya pulang," ujar Dokter dan membuat Reihan menghela napasnya lega.
"Terima kasih, Dok."
"Sama-sama, mari," ucap Dokter itu, lalu beranjak pergi.
Setelah Ana dipindah keruang rawatnya, Reihan menemui Ana. Reihan melihat gadis manis dan pucat terbaring di brankar pesakitannya. Reihan mendekati gadis itu dan menggenggam tangannya sekaligus merematnya.
"Ana."
Reihan sudah menghubungi kedua orang tuanya beserta kedua orang tua Ana tentang keadaan Ana, dan mungkin sore atau pun malam nanti mereka akan tiba.
Ana melenguh dan membuka matanya, seketika indra penciumannya menangkap bau antiseptic memuakan dirasanya.
"Ana kamu sudah bangun? Biar aku panggilkan dokter."
Reihan langsung memencet tombol emergency dan tidak berapa lama dokter dan para suster datang mengecek keadaan Ana.
"Pasien baik-baik saja."
"Terima kasih, Dok."
Dokter itu keluar dari ruangan Ana, dan sekarang hanya tinggal Ana dan Reihan.
"Kak," panggil Ana lirih, Reihan sontak terkejut ketika mendengar panggilan itu.
"Kamu ingat?" tanya Reihan, Ana mengangguk lemah.
"Aku mengingat semuanya ketika aku bersama Kakak dulu," jelas Ana sambil mendudukkan dirinya dan dibantu oleh Reihan.
Reihan merasa senang dan langsung memeluk erat Ana dengan air mata bahagia.
"Syukurlah, jadi aku tidak perlu lagi beketja keras untuk membuatmu mengingatku lagi," gumam Reihan.
"Sesak," gumam Ana, Reihan langsung melepas pelukannya dan bergumam maaf.
"Aku terlalu bahagia," ucap Reihan sambil tersenyum.
***
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan kini Reihan dan Ana sudah berada di rumah, tepatnya di apartemen Ana.
Ana yang sedang duduk di sofa memandangi Reihan yang terus-terusan mondar-mandir di depannya.
"Hei, bisakah kamu duduk? Aku ikut pusing melihat kamu yang terus-terusan bolak-balik begitu!" tegur Ana pada Reihan sambil mempoutkan bibirnya.
Reihan yang merasa ditegur pun memberhentikan kegiatannya dan tersenyum menatap Ana.
"Bagaimana bisa dia semanis itu?" kira-kira seperti itu isi pikiran Reihan. Reihan mendekati Ana dan mendudukkan dirinya di samping Ana.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Ana setelah melihat Reihan duduk di sampingnya.
"Tidak ada, hanya saja kenapa kedua orang tua kita belum juga sampai ya." Ana mengerutkan keningnya sesaat.
"Mungkin mer ...."
Tok! Tok! Tok!
"Biar aku saja yang buka," cegah Reihan ketika melihat Ana yang hendak bangkit, lalu ia beranjak menuju pintu.
Cklek!
"Selamat malam, sayang."
"Ibu," ujar Reihan sedikit terkejut tapi Reihan bisa mengontrol ekspresi mukanya.
"Apa yang kamu lamunkan Reihan? Apa kamu akan membiarkan kami di sini terus?"
"Ah, maafkan Reihan Bunda, mari masuk Om, Bunda, Ibu, Ayah."
"Ana!" panggil Bunda.
"Bunda!" teriak Ana lalu berlari memeluk Bundanya.
"Bunda, Ana merindukan Bunda."
"Bunda juga sayang, bukan hanya Bunda, Ayah, Om, dan Ibu juga merindukan Ana," ucap Bunda sambil mengusap surai hitam milik Ana, Bunda dan yang lainnya sudah mengetahui keadaan Ana tentang memorinya yang sudah kembali karena diberitahu oleh Reihan. Ana melepas pelukannya dan beralih ke arah Ibu Reihan.
"Ibu."
"Sayang, bagaimana kabarmu, hm?" tanya Ibu Reihan sambil mengusap lembut rambut Ana.
"Ana baik-baik saja Ibu, Maafkan Ana yang sudah lupa sama Ibu," ujar Ana.
"Husst, jangan meminta maaf sayang, Ana tidak salah sedikit pun."
"Kapan kalian sampai? Ah seharusnya kalian tidak menjenguk Ana," ujar Ana.
"Ibu mendapat kabar dari Reihan dan langsung kesini secepatnya, sayang," sahut ibu.
"Seharusnya Ibu tidak perlu lakukan itu."
"Apakah tidak boleh Ibu menjenguk anak Ibu sendiri?"
"Tidak, bukan begitu." Ana terkekeh pelan.
"Iya sudah lupakan saja, bisa ceritakan bagaimana bisa kamu sampai jatuh seperti itu, sayang?" tanya Aera.
"Entahlah bu, Ana hanya ingat Ana terpeleset, ah semuanya terjadi begitu cepat.l," jawab Ana seadanya.
"Syukurlah pelesetan itu bisa mengembalikan memori Ana dan kamu baik-baik saja," ucap Baek-Hyeon.
"Apa aku dilupakan disini?" tanya Reihan tiba-tiba, Seketika semuanya tertawa karena tingkah Reihan.
Beberapa hari kemudian....
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
Cklek!
"Permisi Pak Reihan, ini ada beberapa dokumen yang harus anda periksa dan ini dokumen yang harus anda tandatangani," jelas Ana, Reihan menerima dokumen-dokumen itu, dan mengerutkan keningnya.
"Busan?" tanya Reihan, dan diangguki oleh Ana.
"Apa pun keadaannya Anda harus ikut Nona Ana."
"Baiklah Pak."
Reihan mengangguk dan menandatangani dokumennya dan menyerahkannya ke Ana.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
PAK BOSS
Romansa(End) Jika kecelakaan bisa memotong ingatan dan menunda cinta, lalu bagaimana kisah cinta Ana yang ingatannya terpotong dengan Presdir barunya yang merupakan teman masa kecilnya? Anastasyah George Amelina atau akrab disapa Ana adalah seorang penggil...