BAB 6 : WHAT IS THIS?

546 19 0
                                        

Ngung!

"Bagaimana?"

"Maaf Bos, Ana dibawa kabur oleh Pak Reihan."

"Cih bagaimana bisa?!"

"Entahlah Bos, saya juga tidak tahu, pak Reihan datang tiba tiba dan memukuli kami hingga babak belur lalu membawa Ana."

"Mengurus begitu saja kamu bodoh sekali!"

Pip!

***

Ana mengerjapkan matanya membiasakan cahaya mentari masuk ke retina matanya. Ana menguap hingga baru menyadari terdapat seorang lelaki yang tertidur dengan damainya di sofa, siapa lagi kalo bukan Reihan, Ana masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah selesai Ana memakai celana pendek dan hoodie yang kebesaran, rambutnya yang panjang Ana biarkan tergerai.

Ana berniat menyiapkan sarapan untuknya dan untuk Reihan yang masih asyik mengelana di dunia mimpi.

Ana mendekati Reihan yang masih menutup matanya, bulu mata yang lebat, rahang yang kuat, hidung mancung, dan bibir yang tebal, Ana tersenyum sebentar ketika menyadari jika atasannya ini memang kelewat tampan, lalu Ana memutuskan untuk melangkah keluar kamar.

***

Ana sudah menyiapkan dua porsi nasi goreng. Ana menunggu Reihan bangun, jam sudah menunjukan pukul enam lewat empat puluh lima menit, namun Reihan tidak kunjung bangun, Ana mendengus pelan lalu berjalan ke arah kamar berniat membangunkannya.

Ana melihat Reihan yang masih tertidur,alu mendekatinya, "pak Presdir bangun, sudah siang." Reihan melenguh sebentar lalu menggeliatkan tubuhnya sambil menguap.

"Kamu sudah bangun? Sudah mandi pula? Lho, jam berapa sekarang?!" panik Reihan spontan mendudukan dirinya.

"Jam 8!" jawab Ana sambil berlalu melangkah keluar, mata Reihan membola sempurna dan langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Ana menyantap makananya dengan tenang, dan beberapa saat kemudian Reihan mendekati Ana di meja makan, "kenapa kamu tidak membangunkanku? Sungguh tadi malam tanpa disengaja aku ketiduran disini" protes Reihan.

"Kenapa kamu memakai pakaian kantormu?"

"Aku masuk kerja!"

"Walaupun hari minggu?"

Deg!

Reihan tersentak, bagaimana mungkin Reihan lupa jika hari ini adalah akhir pekan alias hari minggu, Reihan menepuk jidatnya pelan.

"Ganti saja, disini ada pakaian ayahku ketika remaja kamu bisa mengenakanya letaknya di lemari kecil pinggir lemari bajuku, jika sudah kemari cepat, nasi gorengnya sudah mulai dingin," ucap Ana.

"Kamu ini kenapa jadi cerewet?"

"Lupakan dan cepatlah!" Reihan mengangguk pasrah dan kembali ke kamar.

Setelah selesai, Reihan kembali ke ruang makan dan menyantap sarapanya, "kamu berbohong padaku bahwa sekarang sudah jam 8, buktinya sekarang masih jam 7!" ucap Reihan sambil menyuapkan satu sendok nasi goreng kemulutnya, Ana hanya terkekeh pelan.

"Ini buatanmu?" tanya Reiha, Ana hanya mengangguk bingung, memangnya nasi gorengnya kenapa?

"Bagi resepnya padaku," pinta Reihan, namun Ana menghiraukannya.

"Ini sungguh enak sekali!" puji Reihan sontak membuat Ana merona seketika.

"Berhenti bicara dan habiskan lalu pulang, aku akan pergi bersama temanku," ucap Ana sambil menaruh piring kotornya dan membasuhnya.

Ana mencuci piring kotornya dengan telaten hingga Ana merasakan seseorang menyentuh rambutnya dan menggelungnya keatas.

"jika kamu kesusahan mengurus rambut panjangmu, potong saja," usul Reihan sambil menaruh piring kotor beserta sendoknya.

"Hei! kamu belum mencuci tanganmu dan menyentuh rambutku!" ucap Ana kesal.

"Bersih Ana bersih," ucap Reihan sambil berlalu, Ana menggeleng gelengkan kepalanya.

***

Sebuah taksi menurunkan seorang gadis manis berambut panjang di depan sebuah Cafe, Siapa lagi kalo bukan Ana.

Ana baru saja sampai di tempat janjian, tapi Ana tidak melihat batang hidung Anita.

Ana melangkahkan kakinya memasuki Cafe dan mulai memesan minuman.

"Ana!" panggil seseorang, Ana yang merasa namanya disebut, menoleh dan mendapati Anita sang teman yang mulai  mendekatinya.

"Anita," panggil Ana.

"Aku merindukanmu, huwee!" manja Anita dengan akting menangisnya sambil mendudukan dirinya di depan Ana.

"Aku juga!"

"Bagaimana kabarmu?" tanya Ana.

"Baik, kamu?" tanya balik Anita.

"Sama."

"Pesan minuman saja dulu." Anita menggangguk lalu memanggil seorang pelayan dan memesan minuman.

"Anita," panggil Ana lagi

"Eum?"

"Kamu tidak membawa suamimu?" tanya Ana yang sudah penasaran dengan suami sang sahabat.

"Tidak, dia ada urusan jadi tidak ikut, bagaimana dengan kamu, kenapa kamu belum juga menikah?"

"Entahlah." Anita tersenyum samar.

***

Setelah menghabiskan waktu dengan Anita, Ana kembali ke apartemennya, sungguh Ana merasa sedikit lelah sekarang tapi didepan pintu apartemennya terlihat seorang gadis yang nampak mencoba membunyikan belnya, Ana sedikit merasa bingung dan mendekati wanita itu.

"Hei," panggil ana lembut, Ana terkejut ketika gadis itu adalah gadis dimana waktu itu terlihat sangat marah ketika dia dan Reihan ekhem, berpelukan.

Gadis itu tersenyum simpul, "Lia--namamu Liana bukan? mari masuk, maafkan aku, aku tadi keluar," ucap Ana sambil mencoba membuka pintu apartemennya.

"Tidak perlu, aku hanya sebentar."

Plak!

Ana sontak terkejut, ketika kelima jari Liana kembali berbecak dipipi halus milik Ana. Ini yang kedua kalinya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ana.

"Hanya memberi pelajaran untuk si penggoda!" tutur gadis itu.

"A-apa maksudmu?"

Plak!

tamparan serupa yang diterimanya di posisi yang sama membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah, Ana memegangi pipinya yang makin panas, Air matanya lolos tanpa izin. Dan ini yang ketiga kalinya.

"Itu peringatan terakhir untukmu, jangan kamu dekati atau mencoba menggoda tunanganku!!" ancam gadis itu lalu berlalu pergi, Ana menatap punggung gadis itu yang mulai menjauh.

Ana membuka pintu apartemenya dan berlari menuju sofa melepaskan isakanya yang tadi ditahannya mati-matian.






















Tbc

PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang