END

797 19 0
                                    

Other side,

Reihan mengerjapkan matanya dan seketika indranya secara cepat menangkap bau steril yang memuakan kemudian Reihan melenguh.

"Kamu sudah sadar?" tanya seorang dokter pria dengan jas putih kebanggaannya yang bername tag Vano.

"Aku dimana?" tanya Reihan sambil mendudukkan dirinya.

"Kamu di rumah sakit, warga sekitar yang menemukanmu tergelatak tidak sadarkan diri di sisi jalan dan membawamu kesini," ucap Dokter Vano setelah membantu Reihan untuk duduk.

“Mereka memukulku keras sekali,” gumam Reihan memegangi kepala bagian belakangnya.

"Ana, Ana di mana?"

"Ana?" bingung Dokter Vano.

Reihan dengan cepat memberdirikan tubuhnya hendak pergi, namun Dokter Vano mencegahnya.

"Hei, kamu baru saja sadar, tenang dulu."

Reihan menepis tangan Dokter Vano yang memeganginya dan berjalan keluar.

"Terima kasih, tapi maaf aku masih ada urusan," ucap Reihan lalu beranjak keluar.

"Hei!"

Reihan menghiraukan panggilan Dokter itu, Reihan melirik jam di pergelangan tangannya yang jarumnya menunjukkan pukul tiga pagi, karena masih malam, suasana di rumah sakit sangat tenang sepi dan sunyi, hingga bisa terdengar jelas suara tiap langkah kaki Reihan menyelusuri koridor, yang diakibatkan dari sepatunya.

"Ana," gumam Reihan sambil memberhentikan langkahnya dan mendudukkan dirinya di kursi tunggu disisi koridor.

Reihan merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya untuk mencoba menghubungi Ana.

Other side,

"Baiklah, akan aku berikan tapi ingat jangan katakan apa pun," ucap Dion mengingatkan, Ana hanya mengangguk paham dan Dion memberikan ponsel Ana.

Ana menggapai ponsel itu dan menghidupkannya, yang benar saja tidak ada telepon masuk ke ponsel Ana.

"Apa kamu baik-baik saja Reihan?" gumam Ana sambil meremat ponselnya, Ana hendak memencet nomor Reihan untuk dihubungi namun ada telepon masuk dari Reihan, pas sekali.

Ana langsung menarik ikon hijau ke samping dan mendekatkan speaker ponselnya ke telinga kirinya.

"Halo!"

"Ana, kamu baik-baik saja? Kamu di mana, aku sangat mengkhawatirkanmu."

Ana tidak sadar menitikkan air matanya.

"Kamu baik-baik saja, aku lebih mengkhawatirkanmu, Aku merindukanmu," ucap Ana sambil menahan isakannya.

"Aku lebih merindukanmu, katakan padaku kamu sekarang berada di mana, aku akan ke sana sekarang."

"Aku tidak tahu ini di mana, hiks!" satu isakan berhasil keluar dari mulut Ana.

Entah kenapa Dion merasa sangat tidak tega melihat Ana seperti itu, lalu ia bergumam kepada Ana untuk memberitahu Reihan tentang tempatnya.

"Katakan saja padanya kamu berada di rumah Liana," gumam Dion dengan nada serendah mungkin namun masih didengar jelas oleh Ana. Ana mendengar hal itu dan menganggukannya.

"Jangan menangis sayang, jangan takut, aku akan terus mencarimu."

"Seseorang mengatakan jika aku berada di rumah Liana," ujar Ana, terdapat jeda panjang di sana.

PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang