BAB 11 : OFFENDED

465 18 0
                                        

Malam telah tiba, Reihan dan Ana baru saja turun dari pesawat, Reihan memutuskan untuk mampir di sebuah Restoran untuk makan malam.

"Makan yang banyak, aku tidak mau melihat sekretarisku kurus kering begitu," ucap Reihan sambil terkekeh pelan.

"Apa! Kurus kering? Kamu ini ngajakin berantem?!"

"Hei, kamu tidak sopan berbicara seperti itu pada atasanmu, apa kamu mau aku kenakan SP?" ujar Reihan main-main, Ana sontak terkejut.

"M-maafkan ketidaksopanan saya, Pak." ujar Ana sambil menundukkan wajahnya, Reihan tertawa geli melihatnya.

"Hentikan itu, aduh kamu ini, umurmu berapa sih? masih polos saja, ahahah!" ujar Reihan, Ana mempoutkan bibirnya.

Reihan memotong steaknya dan menyodorkannya ke Ana.

"Ayo makan soal kurus kering aku sungguhan," ucap Reihan, Ana merengut lalu memakan makanan yang disodorkan Reihan.

"Kamu ini beneran malas yah, untuk kebaikan diri sendiri pun kamu tidak akan melakukannya."

"Kamu ini!" gumam Ana.

Reihan tersenyum lalu melirik ke arah Ana, tangan Reihan terulur membersihkan sudut bibir Ana yang kotor karena belepotan.

"Sudah pelan-pelan tapi masih belepotan saja yah," ucap Reihan, sontak membuat Ana merona seketika dan menjauhkan tangan Reihan dari wajahnya.

"Hei, kenapa kamu memerah begitu?" tanya Reihan, dan Ana langsung menggeleng cepat.

"Oh iya, nanti kita menginap di rumah Ayahku saja yah, dan kamu harus menjaga kesehatanmu, kejadian yang lalu aku tidak mau terulang lagi," ujar Reihan, Ana hanya mengangguk cepat sambil meminum sisa air putihnya hingga habis.

***

Tok! Tok! Tok!

Cklek!

"Reihan, Ana sayang kalian sudah datang, mari masuk," ujar Ibu Reihan menyambut kedatangan mereka, Ibu Reihan sudah mengetahui jika putranya Reihan dan Ana akan datang ke Busan sebab urusan kantor, karena Reihan yang memberitahukannya lewat telepon beberapa waktu lalu.

Reihan dan Ana memasuki rumah Ibu Reihan dan mendudukkan dirinya di sofa.

"Kenapa datangnya malam sekali hm, bukankah seharusnya kalian dua jam yang lalu sudah sampai? "

"Sedikit kendala di jalan, Bu," jawab Reihan.

"Ana, kamu tidak lelah sayang? Mau langsung ke kamar saja?"

"Tidak Bu, nanti bareng saja," jawab Ana sambil tersenyum lembut.

"Baiklah, Reihan nanti antar Ana ke kamar tamu yah, oh iya kalian sudah makan malam? Jika belum, Ibu akan menyiapkan makan malam untuk kalian."

"Kami sudah makan ketika baru sampai di Busan bu. Jadi tidak perlu," jawab Reihan.

“Ah baiklah, kalau begitu Ibu akan buatkan kalian minum saja," ujar Ibu Reihan sambil tersenyum lalu beranjak ke dapur.

***

Ana merebahkan dirinya di ranjang, meregangkan otot tubuhnya yang lelah, waktu sudah tengah malam tapi Ana masih enggan untuk tidur, Ana beranjak ke arah jendela dan memandang pemandangan malam di Busan, otaknya berpikir tentang pekerjaannya yang akan menguras tenaga besok.

Tok! Tok!

Ana memutar tubuhnya ketika mendengar seseorang mengetuk dan membuka pintu kamarnya, dan mendapati Reihan yang memasuki kamarnya, Ana sedikit terkejut karena ia tidak tahu bahwa pintu belum terkunci.

"Aku boleh masuk kan? Kamu belum tidur?" tanya Reihan sambil menutup pintu.

"Ada apa kamu datang kesini?" tanya Ana.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin memastikan apakah kamu sudah tidur atau belum."

"Sebegitunya kah? Aku rasa bukankah itu berlebihan mengingat aku hanya sebatas sekretarismu, Pak Reihan?"

"Apa yang kamu katakan, jelas kamu adalah masa depanku," goda Reihan main-main sambil terkekeh.

"Diam!" ujar Ana.

"Aku bersungguh sungguh."

"Berhenti berkhayal atau aku akan ...."

"Akan apa, hm?" sela Reihan, lalu mendekati Ana. Jarak di antara mereka hanya beberapa centi saja. Ana memundurkan langkahnya ketika Reihan terus saja mendekat, hingga punggungnya menyentuh tembok, tatapan mata mereka beradu entah apa artinya, Ana meneguk salivanya susah payah.

"A-apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Ana gugup.

Jtak!

"Aw!" pekik Ana ketika Reihan dengan sengaja menjitak kepalanya.

"Melakukan itu, ahahah."

"Kamu ini," raung Ana sambil mendengus kesal lalu mempoutkan bibirnya.

"Mukamu lucu sekali sih, Duh jadi gemas." ucap Reihan sambil mencubit pipi Ana.

"Lepas hei sakit tahu!" rengek Ana, Reihan melepas tangannya dan kembali tertawa.

"Kamu tidak mengantuk?" tanya Reihan kepada Ana sambil berjalan mendekati sofa dan mendudukkan dirinya di sana.

"Jika kamu tidak bisa tidur aku bisa menemanimu," ucap Reihan, Ana melirik ke arah Reihan sebentar dan beranjak keluar kamar.

"Hei, mau ke mana kamu?" teriak Reihan.

"Membuat secangkir kopi, di sini Ibu menyediakannya kan?" tanya Ana, Reihan sedikit berlari mengejar Ana, ketika Ana hendak membuka pintu, Reihan berhasil menggenggam pergelangan tangan Ana untuk menghentikannya.

"Tidak boleh!" cegah Reihan.

"Kenapa?" tanya Ana bingung.

"Pokoknya tidak boleh, besok kamu harus kerja dan tubuhmu harus dalam keadaan vit!" larang Reihan.

"Apa hubungannya?" tanya Ana, Reihan memutar bola matanya malas.

"Pencernaanmu bermasalah, apa kamu akan meminum kopi dan membunuh dirimu sendiri?" tanya Reihan dengan nada serius, Ana merotasikan matanya dan menghiraukan Reihan.

"Satu cangkir tidak masalah," ucap Ana keras kepala lalu keluar dari kamar.

"Tapi Ana sekali tidak ya tidak!"

"Kamu siapa?!" final Ana dan membuat Reihan membatu sejenak atas pertanyaan yang Ana ajukan.

"Kamu siapa yang dengan berani menghentikan aku? Melarangku ini itu? Keluarga bukan, Saudara bukan, Pacar juga bukan, suami apa lagi. Kamu hanya sebagai atasanku sekaligus teman kecilku, ok terima kasih atas perhatianmu padaku, tapi aku hanya ingin kamu memperlakukanku layaknya kamu memperlakukan karyawan biasa," ujar Ana.

Reihan masih diam menatap Ana dengan tatapan terkejut, tentu saja Reihan sangat terkejut karena perkataan Ana. Reihan lalu menarik Ana masuk dan mengunci pintu kamar Ana.

Reihan langsung memeluk Ana erat, Ana sempat memberontak tapi kekuatannya tidak sebanding dengan Reihan.

"Baiklah, dengarkan aku sebentar saja. Jika kamu tidak suka aku perlakukan begitu, bilang dari awal, aku hanya peduli padamu layaknya kamu adikku, Kakak yang peduli pada adiknya apakah salah?  Why not? jika kamu tidak nyaman juga seharusnya bilang dari awal, baiklah mulai sekarang aku tidak akan mencampuri urusanmu lagi," ucap Reihan sedikit berbisik di telinga Ana.

Ana membatu atas ucapan Reihan, Sesungguhnya Ana tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Reihan, namun Reihan sudah terlanjur tersinggung atas ucapan Ana.

Reihan melepas pelukannya dan mengusap lembut surai Ana.

"Selamat malam dan cepatlah tidur, maaf aku mengganggu waktumu," ucap Reihan lalu berlalu keluar dari kamar Ana.







Tbc

PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang