Keesokan harinya Ana merasa Reihan sangat berbeda, lebih dingin dan acuh padanya.
Tapi bukankah ini yang Ana inginkan? Jauh dari Reihan dan tentram tanpa Reihan? Tapi, Ana merasa seperti ada yang kurang tanpa Reihan.
Di perjalanan meeting juga tidak ada satu pun yang berbicara ataupun memulai pembicaraan, entah itu Reihan atau pun Ana. Suasananya di mobil hening sekali, Ana mencoba mengajak Reihan berbicara namun diacuhkan.
Ketika Meeting tadi sudah selesai, Malam ini Ana kembali disibukan dengan dokumen-dokumen yang tertumpuk di meja dekat sofa, Ana merasa sedikit lelah, pikirannya sedikit kacau karena lelah, Ia keluar dari kamar dan membuat satu cangkir kopi hitam dan membawanya ke kamar. Ana lebih memilih menyesap kopi hitam untuk merilekskan pikirannya dibanding berjalan keluar sebentar, sesampainya di kamar Ana kembali dalam mode gila kerjanya, dan sesekali Ana menyesap kopinya.
"Oh astaga, makan malam," ujar Ana sambil menepuk jidatnya.
Ana menghela napasnya dan melanjutkan kegiatannya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu malam, tapi Ana belum juga selesai berkutat pada laptopnya.
Cklek!
Ana mendengar seseorang membuka pintu kamarnya, dan benar saja Reihanlah pelaku pembuka pintu kamar Ana, ditangannya membawa secangkir teh, Reihan tanpa izin dari Ana langsung memasuki kamar Ana meletakan secangkir teh di meja nakas samping ranjang Ana dan kemudian membaringkan dirinya di ranjang Ana dan memejamkan matanya.
"Apa yang kamu ...." gumam Ana geram sambil menghela napasnya, dan membiarkan Reihan berbuat sesukanya.
Ana kembali menyelesaikan kerjaannya, namun di detik berikutnya, Ana mengerutkan dahinya, wajahnya mendadak memerah dan sudah berkeringat dingin.
"Huh, sial!" umpat Ana.
Ana sesekali melihat Reihan yang tertidur pulas di ranjangnya.
Ana mendekati Reihan dan memandanginya lekat- lekat, rambut yang sudah tumbuh panjang menutupi matanya, hidung mancung, bibir tebal, rahang yang keras, ana tersenyum tipis ketika melihat Reihan yang tertidur dengan mata dan mulut yang sedikit terbuka.
"Ugh!" pekik Ana sambil menutupi mulutnya, Ana beranjak ke arah jendela dan memandangi langit malam, hingga tidak sadar sebuah permen loli di sodorkan oleh seseorang dari belakang, Ana memutar tubuhnya dan terdapat Reihan di depannya sedang menyodorkan sebuah permen loli.
"Nakal lagi?" ujar Reihan.
"Kamu tahu?" tanya Ana.
"Tahu lah, ketika kamu membuat kopi aku tahu, dan feelingku kamu akan menderita malam ini, dan sekarang?" jelas Reihan.
"Nih makan, dan teh di meja nakas diminum, untuk malam ini aku tidak bisa menahannya untuk tidak peduli denganmu, jadi jangan salahkan aku, salahkan saja kamu sendiri yang terlalu bodoh," sambung Reihan.
Ana mempoutkan bibirnya dan mengambil permen ditangan Reihan. Di detik berikutnya Ana tersenyum lembut dan memeluk Reihan.
"Terima kasih," gumam Ana di samping telinga Reihan, Reihan hanya berdehem sambil membalas pelukan Ana.
"Kak."
"Apa? Kamu sudah tidak kesurupan lagi? atau rindu cerewetku?" tanya Reihan dengan ketus
Dengan tiba-tiba Ana memberikan sun di pipi Reihan dan membuat si empu terkejut bukan main.
"Ana!"
"Tanda terima kasihku," jelas Ana sambil tersenyum lembut.
"Bukan itu maksudku."

KAMU SEDANG MEMBACA
PAK BOSS
Romance(End) Jika kecelakaan bisa memotong ingatan dan menunda cinta, lalu bagaimana kisah cinta Ana yang ingatannya terpotong dengan Presdir barunya yang merupakan teman masa kecilnya? Anastasyah George Amelina atau akrab disapa Ana adalah seorang penggil...