"Setelah ini kamu punya rencana ke mana?" tanya Reihan sambil menyuapkan satu sendok makanan ke mulutnya. Ana mengedipkan matanya dan terdapat jeda panjang yang menandakan Ana tengah berpikir.
"Tidak ada, aku lelah dan aku hanya ingin tidur seharian," jawab Ana santai, Reihan tertawa geli.
"Apa-apaan kamu ini Ana," ujar Reihan disela sela tertawanya.
"Lah? Apakah aku salah bicara?" tanya Ana dan langsung diberi gelengan oleh Reihan.
Ana melanjutkan makannya dan sesekali pandangan matanya bertemu dengan para pengunjung yang terus menatap dirinya dan Reihan sedari tadi. Setelah sekian lama, akhirnya Ana merasa risih juga dan merotasikan matanya.
“Kamu tahu tidak jika kita sedang menjadi pusat perhatian di sini?”
“Benarkah? Bagaimana bisa?”
“Putar pandanganmu,” titah Ana, namun Reihan menurut saja dan memutar pandangannya.
“Aku benarkan? Sekarang cepat habiskan makanmu dan pulang, aku merasa sedikit risih jika terus-terusan begini,” ucap Ana.
“Halo ibu, apa kabar kenapa ibu memandangi kami begitu? Apa ada yang salah dengan kami?” tanya Reihan kepada seorang ibu-ibu yang kepergok memandanginya dari tadi. Dan sukses membuat Ana terkejut tidak percaya.
“Maafkan aku jika kalian merasa kurang enak, jika di lihat-lihat kalian teman kerja atau klien ataj bagaimana? Entah bagaimana pun semua orang pasti setuju jika kalian ini memiliki hubungan perasaan, Mbanya udah cantik manis, ditambah Masnya yang ganteng, cocok banget,” celoteh ibu itu.
“Oh, cuman karena itu ya,” gumam Ana pelan sambil menaikkan kedua alisnya merasa kurang nyaman.
***
Sesampainya di rumah Ana kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Ana bergulat dengan laptop, tumpukan kertas, dan ponselnya yang ia letakkan di meja depan sofa tv. Hari sudah malam, tapi Ana belum juga selesai dari pekerjaannya, Reihan tersenyum miris ke arah Ana.
"Kamu membutuhkan bantuan?" tawar Reihan namun Ana menggeleng.
"Kenapa kamu bekerja terlalu keras?" tanya Reihan, Ana memilih tidak menjawab pertanyaan Reihan.
Reihan menghela napasnya dan berlalu mendudukkan dirinya di sofa tv dan memainkan ponselnya di belakang Ana. Ana yang sedang membalik-balikan kertas merasa sesuatu menetes dari hidungnya.
Tes! Tes!
"Lho, darah?" gumam Ana ketika melihat darah yang menetes dari hidungnya.
“Tisu, tisu mana tisu!" ucap Ana cemas.
"Kamu membutuhkan tisu?" tanya Reihan tanpa mengalihkan pandangannya ke ponselnya.
"Iya, cepat aduh banyak sekali," gerutu Ana lalu mendongakkan kepalanya ke atas.
Reihan mengalihkan pandangannya ke Ana dan membulatkan matanya ketika melihat darah yang keluar dari hidung Ana sangat banyak.
"Ya ampun Ana kamu mimisan!"
"Dari tadi bodoh! dan tolong carikan apa begitu," ujar Ana, Reihan mengangguk, Reihan mengambil tisu dan memberikannya ke Ana, Reihan mengambil beberapa helai lagi dan membantu Ana membersihkan darahnya.
Ana berniat untuk mencuci wajahnya yang penuh darah, Ana membasuh wajahnya susah payah namun darah dihidungnya tidak kunjung berhenti, Ana mengusak wajahnya kasar dan membiarkan darahnya keluar hingga menetes di bajunya.
"Mau bagaimana lagi?" gumam Ana, Reihan menghampiri Ana yang berada dikamar mandi.
"Ana!" Reihan sangat panik, namun Ana hanya bergumam.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAK BOSS
Romantizm(End) Jika kecelakaan bisa memotong ingatan dan menunda cinta, lalu bagaimana kisah cinta Ana yang ingatannya terpotong dengan Presdir barunya yang merupakan teman masa kecilnya? Anastasyah George Amelina atau akrab disapa Ana adalah seorang penggil...