BAB 5 : SAVED

594 20 0
                                    

Ana membuka matanya sambil melenguh ketika merasa kepalanya sedikit pusing.

"Dimana aku? Loh aku di kamar siapa?" ucap Ana merasa bingung ketika melihat atap rumah yang asing lalu mendudukkan dirinya.

"Kamu sudah bangun?" tanya seorang pemuda yang Ana yakini berasal dari daun pintu.

Ana merasa asing dengan pemuda yang satu ini, namun ketika ingatannya diputar, Ana sontak memundurkan tubuhnya.

"Kamu?"

Pemuda itu menampilkan smirknya. Ana menghela napasnya dan melirik ke arah tubuhnya yang sudah dibalut kemeja tidur, seketika matanya membola.

"Kenapa aku memakai pakaian ini, ke mana pakaianku yang awal? Jangan katakan bahwa kamu yang menggantikannya!" tuduh Ana menatap pemuda itu tajam.

"Tentu saja aku siapa lagi?" aku pemuda itu, Ana semakin membulatkan matanya sempurna.

"Jangan terlalu terkejut, aku tidak melakukan apa pun padamu." 

Ana menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya dan menundukkan pandangannya, tentu saja pengakuan itu itu tidak sedikit pun membuat Ana lega, karena Ana sadar dirinya masih berada di sini, dan kemungkinan buruk apa pun masih bisa terjadi.

“Sampai mana kamu menyentuhku?” tanya Ana dengan nada serendah mungkin.

“Tidak, percayalah padaku, aku tidak melakukan apa pun padamu,” sangkal pria itu.

“Di mana aku?" tanya Ana bingung ketika melihat sekeliling yang terasa begitu asing.

"Di rumahku," jawab pemuda itu dengan santai, dirinya masih berada di ambang pintu, omong-omong.

"Kenapa kamu membawaku kesini, aku ingin pulang!" pinta Ana.

"Tidak!"

"Kenapa begitu? Lalu siapa kamu? "

"Karena--ada lah, dan tentang siapa aku, kamu tidak perlu tahu."

Pemuda itu mendekati Ana yang masih berada di ranjang.

"Mau apa kamu?!" tanya Ana, Pemuda itu hanya diam sambil menyunggingkan senyum liciknya.

"Jangan coba-coba untuk menyentuhku atau ...."

"Atau apa?" sela pemuda itu sambil mengusap pipi Ana.

Plak!

"Atau aku akan menamparmu seperti tadi!" ucap Ana dengan nada penuh penekanan.

"Brengsek!" umpat pemuda itu.

"Tidak ada guna berlama lama mari kita selesaikan seka ...." pemuda itu memotong ucapannya ketika mendengar suara ketukan dari arah pintu utama. Pemuda itu berdecih dan melangkakhkan kakinya keluar.

"Bunda, Ayah, Ana takut, hiks!" gumam Ana, Ana menghentikan isakannya ketika mendengar suara gaduh dari luar kamar.

Ana melangkahkan kakinya keluar kamar dan tersentak ketika melihat pemuda tadi yang sudah tidak berdaya karena dipukuli oleh Reihan, iya Reihan.

"Pak Presdir," gumam Ana, Reihan mendengar gumaman Ana dan menghentikan acara memukulnya.

 "jangan lagi-lagi kamu macam-macam dengannya atau kamu akan berhadapan lagi denganku!" ancam Reihan pada pemuda itu, Reihan berlari ke arah Ana dan memeluknya erat.

"Ana, kamu baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu, maafkan aku yang datang terlambat," ucap Reihan ditelinga kanan Ana, Ana menganggukkan kepalanya lalu membalas pelukan Reihan.

"Mari kita pulang," ajak Reihan sambil melepas pelukannya dan diangguki oleh Ana.

FLASHBACK ON

PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang