BAB 7 : EXPLANATION

474 18 0
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, Ana tidak berniat sama sekali untuk makan, Ana tadi siang sudah makan siang, jadi masih kenyang dirasanya, Ana masih duduk di sofa dan menikmati siaran tvnya.

Cklek!

Ana terkejut ketika seseorang membuka pintu apartemennya.

"Ana!" panggil seseorang.

Ana tahu suara itu milik siapa, yang pasti milik Reihan dan hanya dia yang tahu password apartemen Ana selain Ana.

Ana hanya bergumam untuk menjawab panggilan Reihan, Reihan datang membawa dua bungkus makanan dan menyiapkannya di piring lalu menyodorkannya ke Ana, Ana hanya diam tanpa menyentuh makanan itu, Ana tertawa sejenak ketika mengingat Reihan alias atasannya yang selalu datang untuk mengingatkannya makan. Ana masih terngiang-ngiang ucapan wanita tadi yang menuduhnya sebagai wanita penggoda, sungguh itu membuat hati Ana terasa tersayat-sayat.

"Ana makan makananmu cepat," titah Reihan.

"Kenapa kamu selalu kesini?" tanya Ana, Reihan sedikit terkejut atas pertanyaan Ana.

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja aku ingin membawakan makanan untuk sahabatku yang malas makan," jawab Reihan seadanya.

"Kamu sudah bertunangan? Dan juga jarang menemui tunanganmu?" tanya Ana to the point  sambil menatap mata Reihan.

"Ana."

“Jawab!” bentak Ana.

“Iya, sudah.”

"Jika saja aku tahu kamu sudah memiliki tunangan, maka aku akan menolak kamu yang terus-terusan berada di rumahku!" ujar Ana.

"Apa kamu sengaja memancing kemarahan tunanganmu dengan bersamaku agar dia akan terus memukulku?!" ujar Ana, Reihan sedikit terkejut atas penuturan Ana.

"Apa dia kesini?"

"Tentu saja iya, apa lagi?" jawab Ana, matanya sudah meneteskan bulir-bulir bening dan membasahi pipinya, ditambah rambutnya yang sedikit urakan dan menutupi sebagian wajahnya.

Ana menggelung rambutnya dan nampaklah bercak merah pada pipi bagian kirinya dan pipinya yang masih memerah. Reihan terkejut ketika melihat keadaan Ana, tadi tidak terlihat karena memang karena pencahayaan yang minim.

"Kamu baik-baik saja? Pipimu--aku akan obati, sebentar," panik Reihan, Reihan sedikit berlari dan mengambil air hangat di wadah dan handuk kecil untuk mengompres pipi Ana agar tidak terlihat terlalu merah karena memar.

Reihan mendudukkan dirinya di samping Ana dan mencelupkan handuk ke wadah dan memerasnya. Reihan memutar kedua pundak Ana untuk menghadapnya, Reihan melihat Ana yang sudah sedikit urakan, Reihan menghapus jejak air mata Ana dengan ibu jarinya.

"Nanti akan aku jelaskan, aku obati dulu ya, diam sebentar," ujar Reihan lembut ke Ana, Ana hanya mengangguk, Reihan mulai mengompres pipi Ana.

"Liana tadi kesini?" tanya Reihan dan diangguki oleh Ana.

"Dia bilang apa?"

"Seperti di kantor, dia menuduhku sebagai wanita penggoda, padahal aku sendiri tidak tahu jika kamu itu tunangannya, untuk masalah password apartemenku, kamu sendiri kan yang memaksa meminta diberitahu agar mudah ketika memasuki rumahku, karena kamu yang hampir setiap hari datang ke rumahku dengan alasan tidak jelas," ketus Ana.

"Liana memang tunanganku," ucap Reihan, Ana sontak terkejut.

"Tapi pertunangan itu hasil perjodohan, aku tidak mencintainya sama sekali, dan itu membuatku tidak pernah ingin melihatnya, maafkan tindakannya yang tadi ya, dia memang begitu," jelas Reihan, Ana hanya diam mendengar kelanjutan cerita Reihan.

"Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak untuk aku cintai," ujar Reihan dan meletakan handuk itu di meja.

"Sudah," final Reihan, Ana hanya bergumam terima kasih sambil diangguki oleh Reihan.

***

Beberapa hari kemudian,

Ana membereskan perlengkapannya karena besok dia dan Reihan akan pergi dinas ke luar kota. Sejujurnya Ana menolak untuk ikut tapi Reihan sangat membutuhkannya, lagian juga ini tugas dari seorang sekretaris, pikir Ana.

Ana membaringkan tubuhnya di ranjang dan mulai untuk tidur, besok pagi dirinya akan dijemput oleh Reihan, Ana tidak mau jika besok pergi dengan keadaan yang kurang vit.

Keesokannya, Ana sudah siap, padahal jam masih menunjukkan pukul enam lebih, Ana berpikir untuk membuat sarapan terlebih dahulu.

Ana membuat roti panggang dengan porsi lebih, Ana meletakan beberapa helai roti panggang dimeja makannya.

Cklek!

"Ana," panggil seseorang ketika baru saja memasuki apartemen Ana. Ana tersenyum lalu mendudukkan dirinya di kursi makan diikuti Reihan, iya Reihan.

"Wah kebetulan aku juga belum sarapan."

"Eum makanlah, aku memang sengaja membuatnya lebih," ucap Ana.

 

Tbc

PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang