3. SAH SAMA DOSEN

4.3K 257 25
                                    


Tak ku sangka waktu begitu cepat nya berputar. Hingga di mana sebentar lagi aku akan merubah status ku.

☆♡☆

Satu minggu kemudian ...


Hari ini adalah hari pernikahan ku dengan Pak Alfin. Dan melaksanakan akad nya pun di rumahku hanya kerabat dan keluarga dari orangtua kami yang datang, dan beberapa teman kerjanya Pak Alfin pun, ada.

SAH!

Ahamdulilah, aku dan Pak Alfin sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Aku mencium punggung tangan Pak Alfin dan tak lupa dia pun mencium keningku.

Setelah acara resepsi selesai aku harus mau tidur sekamar dengan Pak Alfin, ya, karena dia sekarang sudah menjadi suamiku.

Aku dan Pak Alfin sudah berada di kamarku yang berada di lantai dua.

"Mau Bapak atau saya yang memakai kamar mandi?" tanyaku pada Pak Alfin yang sedang berbaring di kasur dengan satu tangan di belakang kepalanya dan satunya menutupi matanya.

"Kamu saja," jawabnya yang masih menutupi matanya.

Aku pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh badanku yang penuh dengan keringat.

Tak lama aku berada di kamar mandi, aku pun keluar kamar mandi menggunakan baju tidur berwarna biru tua dan jilbab yg berwarna hitam.

Aku masih melihat Pak Alfin yang masih setia tidur di atas kasur. Mungkin dia kecapean. Tapi aku memberanikan mengguncang tubuhnya pelan supaya dia bangun.

"Pak...Pak Alfin bangun. " ujarku membangunkannya.

"Hmm," balasnya yang sudah membuka matanya.

"Saya udah selesai. Pak Alfin mau menggunakan kamar mandi?"
tanyaku.

"Iya," jawabnya singkat. Dia pun masuk ke dalam kamar mandi.

"Pak, ini handuk sama bajunya," ucapku sebelum dia masuk.

"Makasih,"

" Iya," ucapku.

Tak lama pintu kamar mandi pun terbuka dan itu Pak Alfin.

"Pak, kata Bunda kita di suruh turun buat makan malam," ucapku.

"Iya," jawabnya dengan menatapku lalu tersenyum tipis.

Saat aku ingin keluar terlebih dahulu tangan ku di tarik olehnya.

"Kenapa Pak?" tanyaku bingung pada Pak Alfin.

"Kebawah nya bareng!" ucapnya.

Kami pun berjalan menuruni tangga untuk sampai ke meja makan.

Sesampainya di meja makan sudah ada Bunda, ayah, dan b
Bang Haris.

"Eh, sayang! Suamimu dulu ambilkan!" ujar Bunda, saat aku ingin memasukan nasi kepiringku.

"Hehe... lupa, Bund," cengirku.

"Kamu ini kebiasaan!" ujar ayahku.

"Pak Alfin mau pake lauk apa?" tanyaku.

"Apa saja," jawabnya seraya menengok ke arahku.

"Baiklah," ucapku mengambilkan nasi dan lauk pauknya.

"Makasih," ucapnya seraya tersenyum kepadaku.

Setelah makan malam selesai, aku dan Pak Alfin pun kembali ke kamar lagi.

Aku yang sudah keluar dari kamar mandi pun melihat Pak Alfin yang sudah tidur pulas di tempat tidur.

Aku ingin membangunkannya pun tak tega. Sepertinya dia kelelahan tapi bagaimana, masa aku tidur sama Pak Alfin berdua sih. Ya, walaupun kami sudah suami istri tapi...

Aku pun mau tak mau tidurlah di sampingnya ya, mau bagaimana lagi coba.

Ke esokan paginya.

Perutku terasa berat seperti ada yang menindihku. Aku pun membuka mataku dan melihat...

Ternyata tangan Pak Alfin yang menindih perutku.

Aku melihat ponselku di meja dan ternyata ini sudah jam 06:30. Ya Allah, aku telat bangun aku juga tak shalat tahajud dan subuh.

Aku melihat pak Alfin yang masih terlelap tidur menghadapku dia kalo dari dekat sangatlah tampan kulit putih, hidung mancung, mata yang belo.

Aku memberanikan diri sedikit mengguncangkan tubuhnya.
Karena ini sudah pagi.

"Pak... Pak Alfin bangun. Udah pagi." ujarku.

Dia pun mengucek matanya dan melihat jam yang ada di tangannya.

"Ya Allah, kenapa kamu tidak membangunkan saya dari tadi?" tanya Pak Alfin.

"Saya juga kesiangan, Pak!" jawabku.

"Hmm," ucapnya.

"Terus gimana Pak? kita gak shalat subuh dong?" tanyaku pada Pak Alfin.

"Tidak papalah sehari saja," jawabnya sambil menatapku.

"Ihh Pak Alfin gimana sih!" gerutuku.

"Ya, mau bagaimana lagi kan sudah telat," ucap Pak Alfin sambil mengelus rambutku.

Ya, tadi malam aku buka kerudung, karena aku memang tidak biasa tidur memnggunakan kerudung. Dan aku juga masih dalam tahap belajar.

"Ya uda deh," tidak papa kali ya sekali kelewat shalat nya.

Tiba-tiba pintu kamar kami ada yang mengetoknya. Ternyata itu Bunda dan Bang Haris.

"Eh, kalian sudah bangun?" tanya Bundaku.

"Iya Bund," jawab Pak Alfin sambil tersenyum.

"Pengantin baru. Baru bangun tidur ternyata, gimana Fin semalem lancar?" tanya Bang Haris dengan senyuman jahilnya.

"Lancar," ucap Pak Alfin.

"Ih, Bang Haris! Apaan sih!" ujarku kesal.

"Hehe... nanya doang dek," ucap bang Haris nyengir.

"Udah! sana-sana keluar!" usirku pada Bunda dan bang Haris.

"Iye-iye!" ujar Bang Haris.

"Ya udah, Bunda tunggu di bawah ya," ucap Bundaku. Lalu mereka berdua keluar dari kamar kami.

"Mau bapak atau saya yang duluan mandi?" tanyaku pada Pak Alfin.

"Bisa tidak, jangan panggil saya Bapak?" tanya Pak Alfin tajam.

"Kan Bapak dosen saya," ucapku.

"Kan saya juga suami kamu. Keysha!" ujar Pak Alfin.

"Terus saya harus manggil apa?" tanyaku polos guys hehe.

"Terserah kamu, asal jangan Bapak kalo di rumah, kecuali di kampus!" jelas Pak Alfin lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Aku pun langsung menyiapkan baju untuk nya ganti nanti.

☆♡☆


Next part!



Salam kopi. ☕

DOSENKU IMAMKU [SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang