49. KEGUGURAN?

1.5K 40 1
                                    



Saat ini aku sedang dirumah Bunda, karena sudah lama aku tidak kesini dan kangen masakan Bunda. Tadi juga aku diantar oleh Mas Alfin, dan kini ia sudah pergi lagi. Karena masih banyak urusannya dikantor.

"Gimana sayang kandunganmu? Sudah berapa bulan?" tanya Bundaku.

"Alhamdulilah baik, Bund. Sekarang masuk 2 bulan hehe," jawabku sumringah.

"Yah, masih lama dong, lahirnya," ujar Bundaku.

"Haha, sabar Bund. Aku sama Mas Alfin juga gak sabar nunggu dede bayinya lahir,"

"Iya, nih,"

"Kamu bahagia nikah sama Alfin, nak?" tanya Bunda tiba-tiba.

"Bahagia dong, Bund! Mwehehe..."

"Syukurlah,"

"Btw, Bund, aku laper nih!"

"Yaampun, kamu laper?" tanya Bunda tertawa.

"Iya, Nenek. Aku laper, nih," ujarku sembari mengelus perutku. Seolah-olah dede bayinya yang minta makan. Haha... padahal Mamahnya juga sama. Yaiyalah!

"Ayok, kedapur," ajak Bundaku.

"Ashiappp, kuy!"

☆♡☆

Sekarang sudah pukul 8 malam, dan sedari tadi juga aku beberapa kali menelfon Mas Alfin, tapi tidak kunjung ia angkat. Apa kah dia sesibuk itu? Dia sudah makan atau belum, ya? Aku khawatir takut Mas Alfin belum makan.

Aku masih dirumah Bundaku. Dan saat ini aku hanya sendirian, karena tadi Ayah dan Bunda pergi kerumah Tanteku untuk menjenguk bayi. Karena Tanteku baru saja lahiran. Dan Bang Haris, dia sepertinya masih dikantor, dan ku coba hubungi juga Bang Haris tak mengangkatnya, mungkin dia sibuk. Aku harus cepat-cepat pulang, takutnya Mas Alfin sudah pulang, dan aku belum ada dirumah. Aku juga beberapa kali memesan taksi online, tapi tidak dapat-dapat.

Aku memutuskan untuk berjalan keluar, dan memesan ojek yang ada didepan komplek ku. Karena aku harus cepat pulang.

Aku juga tidak hentinya untuk terus menghubungi Mas Alfin, aku khawatir ia kenapa-kenapa.

Setelah sampai didepan komplekku, aku menaiki ojek yang ada disana, dan segera aku pulang. Tapi saat diperjalanan ada 4 orang preman yang menghadang motor kami. Pada saat itu juga aku turun dan tukang ojeknya pun melawan mereka. Tapi nihil, mereka ber-4 sedangkan tukang ojeknya sendiri, selang beberapa menit mereka berkelahi tukang ojek itu pun kalah. Ia sudah pingsan karena terkena pukulan kayu yang dibawa laki-laki tadi.

Kini hanya aku sendiri dan ke-4 preman tersebut.

Aku ketakutan, sungguh aku sangat takut. Satu laki-laki yang berbadan besar dan bertopi hitam, menghampiriku dan dengan sangat kurang ajarnya dia mencolek pipiku. Dan tersenyum smrik.

"Gak usah pegang-pegang!" ujarku menepis tangan biadab itu.

"Weh! Cantik-cantik ko galak, sih?" ujar salah satu teman cowonya yang berbaju hitam elang.

"Main sama kita dulu, boleh kali, ya?" ujar cowo bertopi sembari memegang tanganku.

"BIADAB! LEPAS!" teriakku tajam.

"Gak semudah itu manis,"


"Tolong... tolong... tolongggggggg!!!" teriakku sekencang-kencangnya.

"Berani lo teriak, hah?!!!" ujarnya sembari mendorongku kebawah.

Saat cowo itu mendorongku ketanah, aku merasakan sakit yang sangat amat luar biasa. Sakitnya seperti sedang datang bulan, tapi ini lebih sakit lagi, aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang luar biasa dari perutku hingga aku berhasil meneteskan air mataku. Tidak aku sangka juga, darah segar pun berhasil lolos mengalir dari bawah gamis putihku.

Ke-empat preman itu bergidik ngeri saat melihat kearah bawah gamisku.

"Shit! Itu darah. Jangan-jangan dia lagi hamil, dan itu keguguran!" ujar salah satu cowo.

Deg!

Keguguran?

Gak mungkin!


"Cabut!" ujar cowo bertopi pada teman-temannya.

"Hiks, t-tolong," cicitku pelan, sembari memegang terus perutku yang semakin sakit.



Aku sudah tidak kuat menahan sakit diperutku. Hingga kepalaku sedikit pusing, dan rasa gelapku mulai datang.

☆♡☆

Stay tune!
♡♡♡♡
♡♡

DOSENKU IMAMKU [SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang