21. Preman

165 38 24
                                    

Hai!🙈

Nggak usah pakai basa-basi lagi, deh😋

Langsung klik bintang di kiri bawah, ya.

Psstt ... tandai typo, ya😉

🔥 SELAMAT MEMBACA 🔥

Kenapa rasanya sakit ketika melihatnya bersanding dengan yang lain? Seharusnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk dia. Namun, ia malah menggenggam tangan lain—tangan yang ingin kuhancurkan. Aurel Darla Myesha

Malam ini begitu dingin. Kunang-kunang menari di angkasa. Bintang gemerlap menemani bulan yang masih malu-malu. Seorang gadis baru saja keluar dari supermarket, ia sendirian membawa sebuah tas belanja dengan isi berbagai macam keperluan. Hari ini di rumahnya bertambah satu penghuni lagi. Makanya, ia disuruh membeli keperluan adik perempuannya.

Jalanan menuju rumah minim penerangan, membuat Queen—gadis itu was-was. Dia belum pernah pulang selarut ini, sendirian, dan hanya berjalan kaki. Ia tidak membawa ponsel karena daya baterainya sedang diisi ulang setalah seharian mati total—membuat orang lain kelimpungan mencarinya.

Queen berkutat dengan pikirannya. Rasanya lega melihat Anna dan ibunya baik-baik saja, meskipun masih terasa canggung. Senyum tebersit di bibirnya. Hatinya menghangat kala ibunya tidak memarahinya seperti dulu.

Jujur saja, ia sempat merasa trauma ketika ibu memarahinya. Bahkan ketika Anna yang memulai keributan, pasti Queen yang disalahkan dan disuruh mengalah. Menjadi seorang kakak ternyata berat.

Queen terus jalan tanpa memperhatikan sekitar. Ia tidak menyadari kalau ada orang yang sedang mengamatinya. Namun, lama kelamaan bulu kuduknya mulai merinding. Queen mempercepat langkahnya.

Grek ....

Dua orang menghadang jalan Queen, membuatnya terperanjat dan mundur beberapa langkah. Ketakutan terlihat di raut wajahnya. Tangannya semakin erat menggenggam tas belanja, jantungnya berdebar lebih cepat, dan hatinya terus merapalkan doa.

"Hai, cantik."

"Sendirian aja."

Kedua laki-laki itu menggoda Queen dengan nada yang menajijikkan—menurut Queen. Mereka mendekat perlahan-lahan, membuat Queen memundurkan langkah lagi. Ia ingin lari, tapi pasti sulit lolos dari mereka. Queen mencoba memikirkan berbagai cara agar bisa kabur. Ia melihat seringai memuakkan yang mereka tunjukkan. Rasanya ingin muntah.

Kedua laki-laki itu memiliki tubuh yang cukup besar dengan otot bisep yang terlihat dari jaket hitam metaliknya. Mereka terus mendekatkan diri ke arah Queen. Ia menolehkan kepala ke kiri dan kanan, mencari pertolongan. Namun sayang, tidak ada orang di sekitar situ.

"Ada apa, cantik?" rayu salah satu dari mereka, sedangkan yang lain berusaha menyentuh dagu Queen. Queen memalingkan wajah, ditepisnya tangan kotor itu secara kasar.

Demi Tuhan! Queen ingin menangis sekarang juga!

"Takut?"

Queen menggeleng mendengar pertanyaan mereka. Ia meyakinkan diri untuk tidak takut ... tapi bagaimana caranya?

Pergelangan tangan Queen dipegang oleh laki-laki yang tadi hampir menyentuh dagunya. Queen memberontak, mencoba melepas cekalan tangannya. Saat Queen berancang-ancang hendak berteriak, mereka mengancamnya.

"Sekali kamu teriak, saya kamu bawa!"

Mendengar pernyataan itu, Queen semakin bergidik ngeri. Menyedihkan sekali. Matanya mulai berkaca-kaca—siapa tahu mereka akan melepasnya. Ia berontak sambil memejamkan matanya.

QUEEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang