10. Aurel dan Adrian

304 71 49
                                    

Minggu ini lagi excited bangett!!!🔥

Happy reading yaaa!!❤

PS. Play lagu di atas!🎶
PSS. Tandai typo yass😉

I'd like every moment I spent with you. - Abyan Cetta Orland.

Hari ini kelas 10-8 sedang mengikuti pelajaran bahasa inggris. Bu Andin sedang menjelaskan structure dan grammar present perfect tense dengan serius. Cara mengajar Bu Andin menyenangkan, tapi mereka tetap harus jaga ketenangan kelas agar sungut guru itu tidak keluar alias marah.

Bu Andin adalah tipe guru yang menilai secara obyektif. Jadi, tidak ada yang namanya murid kesayangan. Makanya, kalau sedang pelajaran bahasa inggris mereka harus benar-benar memperhatikan penjelasan yang telah diberikan karena di tengah pelajaran ia akan memberikan sedikit kuis yang dilemparkan secara acak.

"Abel," panggil guru itu.

"Selesaikan soal ini," lanjutnya. Abel pun maju ke depan untuk membenarkan grammar pada kalimat di papan tulis itu.

Bu Andin mengangguk, tanda jawaban yang diberikan Abel benar.

"Delvin, Jay, Mika," panggil guru itu. "Silakan maju ke depan."

"Kerjakan soal itu," perintah Bu Andin.

"Baik Bu," ucap ketiganya.

Ketika mereka sedang fokus mengerjakan soal yang diberikan, ponsel Dinda bergetar. Dengan berani, ia mengambil ponsel dari saku rok dan mengecek notifikasi masuk.

'Masih keras kepala, Dinda Claretta Prameswari?' - Hanna Zainisa.

Dinda terkejut menerima pesan itu. Saking terkejutnya, ia tidak sengaja menjatuhkan tempat pensil. Isi dari tempat pensil itu menimbulkan suara yang cukup gaduh hingga membuat keributan di kelas.

"WOI! APAAN TUH?!" teriak Jay kaget.

"ANJIR! Bikin kaget aja!" teriak Beni tersadar dari rasa kantuknya.

Guru itu menatap Dinda tidak suka, sedangkan Dinda malah terang-terangan menatap tajam Queen.

"Dinda!" tegur Bu Andin. "Saya tidak suka dengan pembuat onar. Apalagi kalau pembuat onar itu berani bermain ponsel saat saya sedang mengajar."

Semuanya tidak berani menatap Bu Andin dan Dinda.

"Silakan kamu keluar dari kelas saya!" titahnya.

Anak-anak 10-8 bergidik ngeri. Bu Andin tidak pernah marah dengan kelas mereka, bahkan Bu Andin pernah memberi reward karena nilai ulangan harian mereka di atas ambang batas semua.

Menurut isu-isu yang mereka dengar, kalau Bu Andin sudah marah, nilai bahasa inggris di rapot kalian akan terancam.

"T-tapi Bu, saya-" Belum selesai Dinda berbicara, guru itu sudah menunjuk pintu kelas. Mau tidak mau, Dinda harus keluar kelas dengan perasaan malu.

"Ingat ya semuanya, saya tidak suka diganggu saat sedang mengajar!" pesan guru itu dan dibarengi koor anak-anak. "Iya, Bu."

Keluarnya Dinda sejenak membuat Queen berpikir.

Kenapa Dinda segugup itu?

Dinda menghentakkan kakinya kesal. Guru itu sok superior sekali. Dia yakin kalau yang mengirim sms tadi adalah Queen. Ia juga yakin kalau hanya dirinya dan Queen yang mengenal Hanna Zainisa di sekolah ini.

"Queen!" seru Dinda saat gadis itu hendak ke kantin. Tangan Queen ditarik paksa dan dibawa ke halaman belakang. "LO!" tunjuk Dinda.

"Ngapain lo ngirim sms nggak penting kayak gini?!" tuduhnya sambil memperlihatkan isi sms itu.

QUEEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang