Part 16. Sweet

5.9K 408 65
                                    

Ketika hati sudah mantap untuk memilih tapi nyatanya keadaan menolak.
-Aditya Renaldo Azoka-

🌞

"

Lo jangan pernah ganggu Della, San."

Sandy menatap tajam Ditya, dia sudah tidak takut lagi dengan cowok itu. Jika bisa, Sandy akan malakukan segala cara untuk mendapatkan Ditya.

"Ditya, kamu kenapa berubah?" Tanya Sandy.

Ditya menggeleng. "Kita sudah selesai, San." Ditya beralih menatap Della. "Kita pulang!"

Ditya menggandeng tangan Della, berjalan menuju parkiran. Della diam saja di tarik oleh Ditya, karena sebenarnya dia senang karena Ditya membelanya.

"Gue cuma bawa helm satu," kata Ditya membuat Della tersadar dari lamunannya.

Della menatap Ditya. "Ya udah, Della nggak perlu pakai helm."

Ditya memakaikan helm fullfacenya kepada Della, membuat sang empu lagi-lagi terkejut dengan tingkah Ditya.

"Kak.."

"Lo pakai!"

"Kak Ditya gimana?"

"Pakai aja, biar nanti kalau kecelakaan lo aman."

Di balik helm, Della menatap takjub ke arah Ditya. Saat ini, jantung Della ingin melompat keluar. Tapi, untung masih bisa di kontrol. Jika tidak, bisa wafat Della di tempat.

"Kalau ngomong nggak di saring dulu sih? Omongan kan doa!" Kata Della.

Ditya melirik Della. "Iya gue tahu."

"Makanya kalau mau ng.."

"Lo mau naik apa ngoceh, sayang?"

Della terpaku di tempat. Ditya yang gemas langsung mengangkat tubuh Della ke atas jok motor. Lagi-lagi, jantung Della di buat berdetak lebih cepat seperti ikut lomba lari estafet.

"Pegangan!" Suruh Ditya.

"Dimana?" Tanya Della cengo.

"Di pinggang masa mau.. di paha," kata Ditya sedikit nyengir.

"Ambigu banget!" Tukas Della sambil melingkarkan tangannya di perut Ditya.

Diam-diam, Ditya menyunggingkan senyum ketika melihat tangan Della yang melingkar di perutnya. Della terkadang membuat Ditya gemas.

Della terlalu nyaman dengan posisi ini. Ini yang selama ini di impikan olehnya. Apa ini pertanda jika Ditya akan membuka hati untuk Della? Tidak tahu. Hanya Tuhan dan Ditya lah yang tahu akan hal itu.

Lima belas menit perjalanan, mereka telah sampai di depan rumah Della. Della tidak ingin turun dan melepaskan pelukannya. Maka dari itu, Della memilih untuk pura-pura tertidur.

"Del, turun!" Titah Ditya.

Della tak menjawab, cewek itu tengah menahan tawanya sambil berpura-pura memejamkan matanya.

"Lo tidur?"

Hening.

"Gue tahu lo cuma pura-pura."

Hening.

Ditya geleng-geleng kepala. Satu ide terlintas di benaknya. "Ntar iler lo di jaket gue. Kan bau!"

"Enak aja! Della kalau tidur nggak ileran. Kebiasaan nggak di saring!" Kata Della sambil turun dari motor Ditya.

Della membuka gerbang, masuk ke dalam tanpa mempedulikan Ditya yang kebingungan.

Cold Boy [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang