Part 13. menjauh

6.7K 429 14
                                    

Jika yang terbaik adalah berhenti, aku harus apa?
-Adreana Fradella Queensya-

🌞

Della menatap pantulan wajahnya di depan cermin toilet. Matanya sembab, hidungnya merah dan perawakannya yang berantakan. Ya, Della baru saja selesai menangis.

Ucapan Ditya begitu terekam dan tidak mau hilang di memori otak Della. Ucapan Ditya begitu menohok hatinya.

Apa ini pertanda untuk dia mundur? Berhenti menyukai dan mencintai Ditya? Apa bisa Della berhenti menyukai cowok itu, karena Ditya adalah sosok yang sangat di kagumi oleh Della.


"Jadi, lo disini? Lagi nangis bombay," ejek Sandy yang tiba-tiba datang.

Della sontak menoleh ke asal suara. Sandy sedang berdiri di belakangnya dengan senyum mengejek.

"Kasihan ya, lo udah di tolak sama Ditya. Percaya sama gue kalau bagian masa lalu itu selalu menang," kata Sandy sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Della menatap Sandy. "Gue nggak peduli, terserah apa yang lo ucap, Kak."

"Lo jadi adik kelas jangan songong-songong ya!" Ucap Sandy.

Della tidak suka dengan tipe kakak kelas yang seperti ini. Padahal, Sandy adalah murid baru. Parahnya lagi, Sandy adalah model. Kenapa sikapnya seperti itu?

"Emang kenapa? Kita sama-sama makan nasi." Jawab Della.

Sandy hendak menarik rambut Della, namun, Dalvin tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Sandy.

"Hei! Jangan ikut campur urusan orang!" Kata Sandy sambil melotot ke arah Dalvin.

"Lo kakak kelas, seharusnya lo jadi panutan buat adik kelas!" Bentak Dalvin tak mau kalah.

Sandy semakin geram. "Ini urusan gue, lagian lo ngapain disini? Ini kan toilet cewek, lo ngintip ya?"

"Enggak, nggak usah ngalihin pembicaraan!" Sentak Dalvin. "Kalau lo tetep bully Della, gue bakal laporin lo ke kantor kepala sekolah!"

Sandy melebarkan matanya. Kemudian cewek itu menatap Della dengan pandangan tidak suka. Setelah itu, dia keluar dari toilet cewek.

Dalvin membawa Della keluar dari toilet. Della hanya diam. Dalvin menatap Della yang diam.

"Lo kenapa diam?" Tanya Dalvin.

Della mendongakkan kepalanya, menggelengkan kepalanya. "Nggak kenapa-kenapa."

"Gue denger..lo di tolak ya sama Ditya?" Tanya Dalvin.

Della hanya mengangguk seraya tersenyum, senyum terpaksa. Memang itulah kenyataannya.

"Seharusnya, lo suka sama cowok yang suka juga sama lo. Lo nggak pantes di sakiti." Kata Dalvin, membuat Della menatap cowok itu.

"Maksud Kak Dalvin?" Tanya Della.

"Del, gue suka sama lo."

Della menatap Dalvin. Dia tercengang mendengar ucapan Dalvin. Bagaimana ini? Dia menyukai Ditya, bukan Dalvin. Andai jika Ditya yang menyatakan cinta kepadanya, pasti dia akan senang sekali.

"Del.."

"Kak..Maaf, Della nggak bisa terima cinta kakak. Della masih suka sama Kak Ditya."

"Tapi, Ditya kan udah tolak lo, Del."

Della menatap dalam Dalvin. "Della juga nggak tahu kenapa Della begitu suka sama Kak Ditya."

Dalvin menghela nafas kasar, tidak suka dengan jawaban Della. Menurut Dalvin, Della kalau sudah bucin langsung over. Tidak pernah memandang Ditya yang sudah memperlakukannya dengan buruk.

Cold Boy [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang