"Ryung Seo! Kemari!" Fahri memanggil Ryung Seo yang tengah duduk sambil membaca bukunya.
"Kenapa?" tanya yang dipanggil.
"Ayo ke kantin, laper, nih," Fahri merangkul Ryung Seo ke kantin.
Siang ini begitu panas dan Ryung Seo terus saja berkeringat, wajahnya merah padam dan nafasnya tidak beraturan. "Bu Ami! Es krim mangga satu lagi ya, bu!"
"Apa yang panas disini?" kata Fahri sambil meneguk kuah mie instannya. "Uwah! Perutku terselamatkan."
"Lihat, suhunya 39 derajat, aku kurang terbiasa," Ryung Seo mengemut es krim mangganya dan meletakkan sekaleng susu di belakang lehernya.
"Itu susuku!" Fahri mengambil kaleng susu di belakang leher Ryung Seo, lalu membuka dan meminumnya.
Ryung Seo menghela nafas, "baguslah, sudah tidak terlalu panas sekarang, ayo ke perpustakaan," Ryung Seo menarik lengan Fahri.
"Nanti!" kata Fahri menahan.
"Kenapa?" tanya Ryung Seo, ia menghela nafas lagi.
"BU AMI! SAYA NGUTANG 7 RIBU YA, BUK! BESOK RYUNG SEO YANG BAYAR!" Ryung Seo terkejut. "Lho? Kok aku?!"
"Pujaan Nabila harus bermurah hati, dong!" Fahri mengarahkan wajah Ryung Seo ke arah seorang perempuan berjilbab merah seperut yang tengah duduk sambil menikmati segelas teh di bawah pohon berjarak 7 meter dari tempat Ryung Seo berdiri.
"Ayo ke perpus!" kata Ryung Seo sambil menundukkan kepalanya, Fahri terkikik sambil asyik meledek temannya yang sepasang telinganya sudah semerah udang kepiting rebus dan kukus.
=====
"Akh! Pusing!" Ryung Seo mengacak-acak rambut dan melempar buku fisika di depannya. "Aku pulang!"
"Kita harus menderita bersama-sama, kawan!" Fahri tengah merangkak sambil menahan kaki Ryung Seo yang hendak pergi.
"Tidak ada waktu, teman, aku sudah lelah, LELLAH!" Ryung Seo kembali duduk dengan ekspresi jijik. "Sumpah, wajah kau menggelikan sekali, rasanya aku akan hilang!"
"Ini lebih bagus!" Ryung Seo melebarkan senyumnya melihat buku komik yang terpampang di belakang Fahri, komik terlarang dan illegal di sekolahnya. "Nikmat Syurgaweh!" ia mengambil komik itu dna membukanya.
"Nomor empat puluh sembilan halaman dua ratus empat puluh empat baris ke sebelas jawabannya apa?!" Fahri melempar komik syurgawi itu jauh-jauh sambil memasang wajah lesu lengkap dengan kantung mata yang mendramatisir keadaan.
"Entah." Ryung Seo menggeleng kuat sambil merebahkan dirinya, ia menatap langit-langit perpustakaan yang tinggi dan luas.
"Akh, aku benci ini," Fahri meletakkan wajahnya di permukaan meja sambil memukul kepalanya pelan. "Hei, kau kerjakan!"
"Aku tidak tahu!" kata Ryung Seo dengan nada kosong.
====
"Bruno, tidak ada sinyal disini? Bagaimana? Apa yang harus kulakukan?" Ryung Seo menyeka peluh di dahinya sambil memandang sekitar. "Bagaimana bisa banmu kempes disini? Baterai ponselnya hampir habis pula," Ryung merogoh kantongnya dan menemukan power bank penyelamatnya. "Tunggu disini dan jangan kemana-mana."
Ryung Seo melangkah ke jalan raya, melihat mobil-mobil juga motor dan para pesepeda yang lewat, beberapa menoleh padanya geli. "Aku harus apa?"
Bruno, sepeda balap tercintanya terjun bebas ke jurang kecil di pinggir jalan, kalian tahu, bukan? Jalan tinggi yang biasanya ada banyak jurang dari yang kecil sampai besar itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/232059435-288-k715467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust and Dream
Подростковая литератураMimpi yang ada kalau kita percaya bahwa ia ada. 1 Januari, my dream.