Sebelum melangkah, jangan lupa ngaca dan hadapi semua rasa sakit dan perih itu dengan lapang dada dan berani. Ini akan berlalu, pecahkan kacanya agar kamu tidak terus khawatir dengan apa yang cermin pantulkan di pandanganmu.
Buat tampilanmu sendiri.
====
Baik. Saya.. berdiri di sini hanya untuk bercerita pada saudara semua—saya memang masih muda, dan mungkin terlihat tidak meyakinkan untuk menyampaikan makna hidup dan bertingkah seperti 'orang dewasa', pikiran itu saya tepis jauh-jauh, dan saya terus berusaha untuk tetap berdiri tegak di sini, dan akan memulai cerita saya, untuk bersama-sama kita menjalani hidup yang tenang dan tegar.
===
"Kenapa?" Marwa mendelikkan matanya curiga dengan seorang lelaki yang membawa Akira—lelaki aneh—tapi lumayan ganteng sih—tidak boleh! Ia tidak boleh tertipu dengan penampilannya.
Akira dan lelaki itu terdiam agak lama.
"Hei, kalian tidak ada maksud buat meninggalkan aku sendirian, kan?" kata Marwa skeptis dan sedikit kesal.
Mereka tidak sadar.
Kecuali lelaki itu.
"Apa yang tidak kami sadari?" Marwa heran dan semakin heran.
"Ah, saya Ryung Seo," lelaki itu memperkenalkan dirinya. "Kita bukan ada di dalam dunia sepenuh dugaan kita." Katanya sambil menatap dalam mata Akira. "Kamu pasti mendengarnya," katanya sambil menoleh pada Marwa. Marwa dan Akira serentak terdiam.
"Apa suara ini?" kata Akira dengan wajah pucatnya.
Semuanya sungguh sulit untuk kita yang baru saja menjalani hidup. Semuanya terlalu sulit untuk kali pertama menghadapi 'batu' ini. Semuanya terlalu berat.
Lelaki itu menyadarkan mereka berdua. Untuk segera keluar dari dunia yang rekaan dari kepala pikiran seseorang.
Mimpi-mimpi itu menghiasi hari mereka. Akan tetapi sejatinya mereka belum hidup. Hanyalah mimpi-mimpi itu menghidupkan mereka. Mereka harus mengambil langkah pertama—untuk mewujudkan semua itu.
"Kita.. ada di dalam pikiran seseorang?" kata Marwa tidak percaya. Ryung Seo mengangguk. Ia memandang cermin, "lihat? Bayangan kita tidak ada, ini kesempatan kita untuk mencari jasad dan hidup. Menghidupkan hal-hal indah yang telah kita alami."
"Kenapa harus kita?" tanya Akira.
"Tidakkah kamu merasa senang?" sela Ryung Seo sedikit heran—kesal juga mungkin.
"Mak.. sudnya?" tanya Akira dengan wajah bingung. Ryung Seo menatap mata Akira dalam-dalam.
"Tentang 'hidup'. Apa hidup dan kenyataan sesungguhnya?" batinnya dalam—penuh kebingungan. "Hari itu—Selama ini, skenario itu digambarkan dengan jelas." Akira dan Marwa kebingungan.
"Semua yang kalian alami—rasakan. Itu semua petunjuk jika kita akan hidup." Ryung Seo membuka suara.
"A...pa?"Akira menggenggam tangannya erat penuh kebingungan.
Masa-masa itu kembali datang.
===
Gelap. Itu yang dirasakan Akira.
Terang sekali. Tidak ada yang bisa dilihat selain cahaya dimana-mana yang menyilaukan mata. Itu yang dilihat Ryung Seo.
Damai akan tetapi dingin di saat yang sama. Itu yang di rasakan Marwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust and Dream
Подростковая литератураMimpi yang ada kalau kita percaya bahwa ia ada. 1 Januari, my dream.