I am me yeah
Just be yourself, no matter what, beautiful
Stay true to myself one word that changed my life yeah
Life as we know it====
Malam semakin dingin. Lia segera memasuki kamarnya dan mengatur nafasnya yang terlihat seperti orang habis lari maraton. BUK! BUK! Seseorang memukul pintu kamarnya keras. Wajah Lia terkejut dan ia mengintip lewat sela-sela pintu kamarnya. "Siapa?"
"CEPAT BUKA!!!" Lia menghela nafas lega. Ternyata itu temannya. Perlahan Ia membuka pintu, tapi temannya langsung menerobos dan hampir menghancurkan pintu kamarnya.
"Tutup pintunya! Cepat! 6 detik lagi!" Lia bergegas menutup pintu dan menghampiri temannya yang penuh dengan keringat dan segera membuka laptopnya. "Bagus kita tidak terlambat! Akh! Akhirnya.." Temannya itu menarik tangan Lia dan menyuruhnya untuk merapikan rambutnya.
"Bukannya kita tidak ada kelas malam hari ini?" Lia menatap layar laptop heran. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, wajahnya tiba-tiba sedikit lesu. Dengan mata sendu, ia menyimak pengumuman pemenang lomba melukis.
2 bulan yang lalu, temannya ini bertekad untuk mengikuti lomba melukis nasional. Ia baru ingat kalau pengumumannya itu malam ini. Wajah temannya terlihat sangat antusias. Lia memaksakan senyum di bibirnya dan membuang beberapa pikiran buruk yang bersarang di kepalanya.
"Berikut para peserta yang karyanya sudah kami terima, silakan lihat email konfirmasi di e-mail. Untuk para pemenang nanti akan dipisahkan di room terpisah. Mohon kerjasamanya, terima kasih.."
"Tolong lihat, mana namaku..?" Temannya meminta Lia mencari namanya.
"Enak saja. Aku saja tidak ikut, kau cari sendiri," Lia ogah. Tapi, pada akhirnya mereka berdua mencari namanya juga.
"Baguslah, aku ada di nomor 5692." Temannya ini sungguh detail.
"Kau bilang hanya seribu peserta, ini lima kali lipatnya!" Lia merasa beruntung karena tidak ikut.
"Hanya beda 0,02 poin.." Lia bergumam kecil. Pengumuman yang membuatnya geram. Bukan geram karena marah, karena "gregetan". Lia memandang wajah temannya dari samping.
"Maya.." Temannya membaca sebuah nama. Lia menelan ludahnya. Maya itu peserta peringkat paling terakhir dari ribuan peserta. Poinnya hanya berbeda 0,02 dari temannya ini. Mereka berdua saling menghela nafas dan tidak berani mengucapkan sepatah katapun.
Malam itu, mereka berpisah tanpa "selamat tinggal" ataupun "sampai jumpa". Malam yang dingin--dan kosong.
====
It's different from yesterday, now
Doesn't matter what other people think
Why do you want me to be you
Why do you want to be someone else====
"Ini maksudnya apa? Kenapa tiba-tiba mereka berpisah?" Lyara duduk sambil mengomentari cerpen buatannya di belakang kelas.
"Kau yang buat kenapa kau juga yang bingung." Maia menyeruput es teh manis yang ada di tangan kanannya.
"Coba, kubaca." Aku menarik selembar kertas dari kedua tangan Lyara dan membacanya dengan dahi dan alis yang berkerut entah mengapa. "Ini pasti.."
"Ya.. aku menonton film dan aku kalah main suit dengan kakakku, jadi, aku harus buat cerita seperti.. mirip dengan film yang kutonton kemarin." Lyara memanyunkan bibirnya sambil memandang langit-langit, membayangkan suasana tadi malam kala ia menonton film bersama kakak-kakaknya.
"Bagus, bahasanya keren, tapi aku yakin kau lihat dari web browser." Maia mengomentari tanpa pikir panjang.
"Yang dipajang di mading sama juga dengan yang ini?" tanyaku. Lyara mengangguk. "Sepertinya menulis itu bakatku, betul?" Aku dan Maia tak menggubris.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trust and Dream
Teen FictionMimpi yang ada kalau kita percaya bahwa ia ada. 1 Januari, my dream.