dua puluh satu

205 30 0
                                    

Setelah berpamitan pada Dino dan bundanya, Dela pulang kerumahnya yang berada tak jauh dari rumah Dino.

Mereka masih satu kompleks, namun beda blok. Dela di blok A, sedangkan Dino di blok K.

Krieett

Sesampainya di rumah, Dela membuka pintu utama rumah, dan melangkah masuk ke kamarnya.

“Dela!”

Gadis itu terdiam didepan pintu kamarnya, saat suara mamanya yang menggelegar memanggil namanya.

Dela membalikkan badan, namun sesaat setelah itu badannya membeku.

Plakkkk!

“Kenapa baru pulang hah?!”

Pipinya panas dan perih, tamparan mamanya tidak main-main.

Dela menyeringai, memegangi pipinya.

“Mama kenapa sok peduli sama aku?”

Didepannya, mamanya tampak marah. Bahunya sedikit naik turun, nafasnya tak beraturan seperti orang sehabis lari maraton.

“Kamu ya!”

Settt

“Udahhhh mahhh! Jangan ditampar!”

Kakak Dela tiba-tiba datang, menghentikan aksi mamanya yang hendak menampar adiknya untuk kedua kali.

Dela menatap kakaknya. “Kakak ngapain pake belain? Biarin aja mama tampar aku sepuas dia.”

Kakaknya, Diva, menatap adiknya.

“Emang ya kamu, nggak pernah berguna jadi anak! Kapan kamu bisa berguna sedikit aja buat keluarga ini?! Kapan! Kamu cuma bisa bikin Mama kecewa. Lihat, lihat itu Diva!”

Mamanya menunjuk-nunjuk Diva yang keberadaannya membuat ia sendiri merasa tidak tepat.

“MAMA PILIH KASIH! MAMA SELALU KASIH PERHATIAN LEBIH KE KAK DIVA, MAMA NGGAK PERNAH PERHATIAN SAMA AKU! AKU CAPEK MA, MAMA PIKIR SELAMA INI AKU DIEM KARENA APA?! KARENA AKU NGERASA NGELAWAN PUN NGGAK BERGUNA!”

Air mata Dela jatuh tanpa izin, melintasi pipinya begitu saja.

“MAMA SELALU BILANG, KALO AKU ANAK BODOH YANG NGGAK BERGUNA. APA MAMA PIKIR, AKU NGGAK SAKIT HATI MA? BERTAHUN-TAHUN MAMA BEGINI, AKU MUAK LAMA-LAMA!”

Bahu Dela bergetar hebat, isakannya terdengar keras. Diva terdiam, ia bingung harus apa.

Dengan sekuat tenaga, ia membanting tasnya ke lantai, lalu pergi dari sana, melewati kakaknya dan tanpa sadar menabrak saudari kandungnya itu.

“Enak kan, jadi anak kesayangan keluarga?” Dela menatap kakaknya, gadis itu lalu mendecih, air matanya tak henti-hentinya lelah untuk terus berjatuhan.

Diva menatap adiknya dengan sorot yang sulit diungkapkan. “Dek. . .”

Dela pergi dari sana begitu saja, membuka pintu dengan kasar dan menutupnya dengan cara dibanting.

“Dela!”

Mamanya hendak mengejar, namun Diva menahan ibunya.

“Mah, udah. Dela butuh waktu sendiri sekarang.”

Tidak jauh beda dengan Dela, kini sosok mamanya itu menangis, dengan hati yang sama terlukanya dengan hati Dela.

Dela lari sejauh-jauhnya dari rumah, meninggalkan tempat yang bertahun-tahun menjadi tempatnya pulang, namun seperti tidak pulang. Tempat yang ia harap menjadi tempat ia mengistirahatkan segalanya, namun malah membuat ia tertekan.

Dengan air matanya yang masih mengalir deras, Dela lari, hingga kakinya mulai terasa lelah, dxan perlahan berhenti. Ia ambruk ke jalanan kompleks, menangis dengan bahunya yang bergetar.












Kenapa, kenapa harus gue semua yang merasakan ini?

He's My Precious | Kwon Soonyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang