dua puluh dua

214 28 0
                                    

Disinilah ia sekarang, bersama seseorang.


Di taman kompleks, dengan langit sore yang sebentar lagi akan menggelap.

“Del, udah mau Maghrib. Pulang yuk?”

Dela menggeleng, tangisnya sedari tadi belum juga berhenti.

“Gue nggak mau pulang ke rumah, Din.”

Dino mendesah frustasi, mengacak rambutnya karena bingung.

Dela masih terus menangis, hingga kepala gadis itu terasa pening.

Dino bingung, karena sejak Dela menyuruhnya untuk ke taman kompleks, lelaki itu hanya menemukan keberadaan Dela yang sudah nangis sesenggukan.

“Minum dulu ya? Udah hampir 2 jam lo nangis.”

Dino menyerahkan sebotol air mineral pada Dela, namun Dela menggeleng tak mau.

Tangan lelaki itu meraih tubuh Dela, dan membawa gadis tersebut kedalam pelukan. Menenggelamkan wajah Dela di dada bidangnya.

“Jangan nangis terus ya, badan lo udah capek. Energi lo udah terkuras banyak buat nangis. Gue nggak tau apa masalahnya, tapi gue mau, jangan lo pendam terus. Karena akan ada saatnya, hati lo capek.”

“M-maaf ya D-din ngerepotin lo,”

Dino menggeleng. “Santai. Lo bisa cerita sama gue dan panggil gue kapanpun lo butuh. Sebisa mungkin, gue bakal dateng.”

Karena gue pengin, bisa ada disamping lo terus, menjadi orang yang bisa lo jadikan sandaran.

Setelah beberapa saat, akhirnya tangisan Dela mereda. Bahu gadis itu sudah mulai stabil, walau masih terdengar sedikit isakan yang keluar dari mulut Dela.

“Del,”

Dela mendongak, lalu menjauhkan kepalanya dari dada Dino.

“Sorry, gue tau ini waktunya nggak tepat. Tapi gue yakin, semua yang bakal gue sampein ke lo ini, bener-bener tulus dari hati.”

Dela mengusap sisa-sisa air mata yang ada di pipi dan area matanya.

“Mau bilang apa?” suara Dela terdengar lirih namun serak.



















Dino menatap wajah Dela, “Gue, suka sama lo Del.”

Dela kaget, mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Dino.

Hal itu, baginya begitu tiba-tiba dan mendadak.

“H-hah?”

Tangan Dino mendarat dipucuk kepala Dela, lalu lanjut bergerak ke pipi Dela, menghapus sisa air mata gadis itu dengan ibu jarinya.

“Iya gue suka sama lo. Sama lo, Kim Dela.”

Dino membuka tutup botol air mineral itu, dan memberikannya pada Dela. Lewat gerakan mata Dino menyuruh Dela untuk minum.

“Del, lo mau nggak, jadi pacar gue?”

Dela tersedak, lalu air yang sedang ia minum tersembur keluar. Untungnya tidak mengenai Dino.

“Uhukk uhukk!”

Dino berusaha membantu dengan menepuk-nepuk bahu Dela, setelah itu batuk Dela mereda.

“Maaf ya kalo ngagetin.” ucap Dino.

Dela menggeleng, “Nggak papa.”

Lelaki itu menatap langit yang sudah mulai gelap, sedangkan gadis disampingnya sibuk membersihkan sisa air yang menyembur keluar tadi.

“Yuk pulang, kerumah gue dulu aja. Nggak papa kok.”

Dino bangun dari duduknya, lalu berjalan mendahului Dela.



















“Dino! Tunggu!”

Dela menarik pergelangan tangan Dino, membuat lelaki itu berhenti.

“Kenapa Del?”

“Nanti ngerepotin. . .”

Dino terkekeh kecil, mengacak surai gadis didepannya dengan gemas. “Kan udah gue bilang, nggak Dela.”

Keduanya jalan berdampingan, melewati jalanan yang sepi karena langit sudah mulai menggelap.

“Din, ”

“Hmm?”


















“Mau.”

Dino membulatkan matanya. “Hah?”

“Gue mau, jadi pacar lo. Pacar Lee Dino.”

He's My Precious | Kwon Soonyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang