(11) Allecia Mourine

352 17 8
                                    

"I love you Allecia."

"I love you Allecia."

"I love you Allecia."

Katanya sesudah mengecup bibirku dengan singkat.

Bohong jika aku tidak senang.

Namun, aku juga terkejut.

Dia benar mencintaiku?.

Atau hanya sekedar bualan semata?.

"Maaf." Katanya lalu menjauh dari ku. Aku memundurkan diriku, lalu cepat-cepat memakai sabuk pengaman.

"Kita pulang sekarang." Lanjutnya lalu segera memacu mobilnya.

Kenapa jadi hening begini? Dia merasa bersalah sudah mencium bibirku?.

Aku gak papa kok El. Seriuss.. Malah seneng. Ups hehe..

"Kamu... Gak perlu merasa bersalah El."

Aku mencoba untuk berbicara padanya.

"Maaf saya sudah lancang seperti itu."

Sungguh ini adalah tindakan lelaki jantan. Ayam jago kalah.

"Aku gak apa-apa kok. Jangan khawatir, aku gak marah."

El memandangku lalu tersenyum.

"Jadi boleh lagi?."

Lahhh nerus ini mah.. Baru juga di puji ayam jago.

Ya boleh lah, eh?.

Tapi pura-pura terkejut dahulu.

"Hah?!."

"Kenapa?."

Kali ini dia memberhentikan mobilnya ditepi jalan. Untung sepi, kalau tidak pasti kami sudah mendapat makian dari Ibu-ibu sen kiri belok kanan. Dan sekarang, El benar-benar menatapku. Dengan dalam, dan tajam.

"Eng-enggak. Gak kenapa-kenapa."

"Alle, saya sekarang panggil kamu Alle ya?."

Bukannya dia suka banget panggil aku Mou?.

"Terserah aja."

"Kamu gak tanya kenapa saya rubah panggilannya?."

"Yaudah aku nanya nih.. Kenapa di ubah?."

"Karena aku mau ngubah." Jawabnya dengan santai.

Wahh jawaban yang sangat menarik.

"Ck! B aja lah.. Gak ada seru-serunya."

Aku memutar bola mata malas lalu menyenderkan kepala pada kepala jok.

"Kalo dicium kaya tadi seru gak?."

"Yaaa ser...."

Bun tolong mulut Alle di sekolahin lagi aja dulu.

"Ya ser? Ya ser apaa?." Tanyanya meledek sambil menjawil hidungku. Aku menepis tangannya.

"Ayo pulang udah malam, nanti aku diomelin Ayah."

"Kata Bunda gak usah pulang. Nih barusan ngechatt." El membuka HPnya.

"HAH! BOONG!."

Setega itu Bunda? Menjerumuskan anaknya pada neraka terdalam?.

"Woww! Santai.. Saya bercanda kok. Kalaupun dibolehin juga saya gak mau. Takut khilaf. Hahahahaha."

Aku mendelik lalu meninju lengan kekarnya.

Sepertinya itu akan menjadi kebiasaanku jika kesal dengannya. Sekaligus gemas sih.. Xixixixix.

My Lovely MouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang