(10) Immanuel Valandra

380 14 0
                                    

Makan malam dengan keluarga batal. Tapi saya suka itu. Karena berujung berduaan bersama dengan Mou. Dia meminta untuk makan didalam mobil, hanya memesan menu dari restoran ayam cepat saji. Ada satu yang saya spesialkan malam ini.

Mengajak Mou makan di area pantai. Walau hanya didalam mobil, setidaknya ada kesan indah, dan romantis. Mungkin?.

"Kamu mau makan burger dulu, atau rice bowlnya?." Tanya Mou pada saya. Dia asik mengeluarkan makanan yang tadi kita pesan dari dalam kantung berbahan kertas itu.

"Kalo kamu apa?." Tanya saya balik.

"Kok malah nanya balik?." Ucapnya dengan cembetut. Lucu ya.

"Saya mau makan kamu, boleh?."

Nampak wajahnya yang memerah karena malu.

Lagi-lagi lengan saya yang berotot ini menjadi sasaran tinjunya.

"Jangan gombal terus." Katanya.

"Memang kenapa? Saya suka, memangnya kamu enggak?."

"Gak gitu, takut aku jadi baper."

Memang tujuannya seperti itu.

"Kalo kamu baper, saya tanggung jawab kok."

"Apa sih.." Dia mengeluarkan es krim vanilla ber-toppingkan oreo bubuk. Kesukaannya dari dulu.

"Kenapa kamu suka es krim?." Saya menanyakan pertanyaan yang sedari dulu saya lupakan terus.

"Dia dingin, dan manis." Jawabnya acuh tak acuh. Seakan es krim lebih asik daripada berbicara dengan saya.

Dingin, dan manis? Seperti saya ya?.

Cuma dia wanita yang tidak normal bagi saya. Makasudnya tidak normal bukan berarti gila ya. Jangan sampai salah artikan.

"Terus, kenapa kamu suka susu?."

Saya mengunyah burger sambil terus memandang Mou yang asik menikmati es krimnya. Sambil melihat pemandangan pantai didepannya. Saya tidak perduli dengan keindahan pantai dimalam hari. Mou lebih indah dari segalanya.

Cuih gombal.

"Es krim, dan susu itu satu kesatuan. Kalau aku suka es krim, otomatis aku suka susu." Kali ini dia menatap mata saya.

"Kenapa kamu tanya-tanya?." Ucapnya.

"Saya cuma mau tau, kenapa calon istri saya sangat suka es krim, dan susu."

Dia menghentikan sendokan es krimnya, entah itu yang keberapa.

"Calon istri?." Tanyanya bingung.

Kenapa ini orang selalu gak peka sama situasi ya?.

"Saya mau kamu jadi istri saya. Katanya udah baper, ya saya mau tanggung jawab."

"Aku gak baper tuh."

Mou keluar dari mobil, berjalan menuju bebatuan yang tersusun seperti bangku. Lalu duduk diatas sana. Saya mengikutinya, dan duduk tepat disebelah kanannya.

Saya salah ngomong ya?.

"Mou.."

"Hmm.."

"Marah?."

"Enggak."

"Terus kenapa keluar dari mobil?." Dia menaruh es krimnya diatas pasir. Dan menyenderkan kepalanya dibahu saya.

Kaget dong..

Tapi memacu adrenalin kelelakian.

Reflek satu tangan saya melingkar pada pinggangnya.

My Lovely MouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang