Sebelum baca klik dulu
Bintangnya
🌟🌟🌟Tengkyuuuu buat yang udah VOTE
😘😘😘😘😘Episode 11
"Sayaaaannkk...."
Teriak Sathya melihat istri tercintanya pingsan. Dia panik sangat panik tubuhnya bergetar sembari meraba darah yang mengalir keluar dari selangkangan Merra. Sathya tanpa memperdulikan sekitarnya langsung dengan sigap membawa Merra ke mobilnya. Dia tak mau memanggil ambulans karena pikirnya akan lama. Sathya mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, untung saja rumah sakit terdekat hanya 7km dari kantornya.
"Sayank.. Kamu harus bertahan." Sathya berbicara dengan suara bergetar, air matanya mengalir deras tak tertahankan. Dia menelpon dokter Robert, sahabatnya sekaligus dokter pribadinya untuk menyiapkan brankar diluar pintu masuk.
Ban berdecit dengan keras saat sebuah mobil maybach mengerem mendadak didepan pintu masuk. Sathya langsung menggendong Merra membawanya ke brankar yang telah tersedia.
"Robert kau harus menyelamatkan istriku.." Sathya mempercayakan istrinya pada Robert, dia yakin Robert bisa menyelamatkannya karena Robert merupakan dokter terpandai di sana.
Robert dengan sigap berlari dengan para perawat membawa brankar ke IGD. 3 jam berlalu dan Sathya masih termenung sembari menangis seorang diri dikursi tunggu. Dia menunduk dengan tangan yang mengusap kasar wajahnya. Dalam hatinya Sathya terus merapalkan doa-doa meminta tuhan menyelamatkan istrinya.
Robert keluar dan dia menghampiri Sathya yang tak menyadari keberadaannya. Robert memegang bahu Sathya. Sathya mendongak dan langsung berdiri.
"Gimana istriku? Dia baik-baik saja kan?.." Sathya bertanya dengan panik.
"Alhamdulillah kamu membawanya ke sini dengan cepat, istrimu berhasil ditangani dan janinnya juga selamat. Kamu tak perlu khawatir lagi." Robert berbicara seraya mengusap bahu sahabatnya.
"Ja... janin? Istriku hamil? Berapa bulan?" Sathya kaget bukan main, dia tidak tau kenyataan ini. Sepertinya Merra juga tidak menyadarinya.
"3 minggu, tolong kamu jaga jangan sampai dia kelelahan. Selamat kamu sebentar lagi akan menjadi ayah. Aku pergi dulu." Robert pergi meninggalkan Sathya yang kebingungan.
"Aku akan jadi ayah? Hahaha akhirnya. Istriku selamat bersama buah cinta kami. Terimakasih tuhan atas kebesaranmu." batin Sathya dalam hati
Tuhan memang selalu memberikan hikmah dibalik semua musibah.
*******
Di ruangan bercat putih dengan bau obat-obatan yang menyengat menusuk hidung terdapat seorang wanita cantik yang tertidur dengan tenang. Sang suami dengan setia berada disampingnya memegang lembut tangannya.Sathya menyingkirkan helaian rambut Merra yang menutupi matanya. Dia terus menatap istrinya, matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihannya yang mendalam. Ingatan tentang istrinya yang tergeletak pingsan tak berdaya dan berlumuran darah menjadi penyesalan yang terus menghantuinya. Dia merasa gagal melindungi istrinya.
"Maafkan aku sayank, maafkan aku yang tidak menjagamu dengan baik. Harusnya aku tidak mendengarkan perkataanmu tentang tidak memecatnya waktu itu. Harusnya dari dulu aku mendengarkan kata hatiku untuk memecatnya. Harusnya aku sadar dengan sikap dia yang berusaha menggodaku." Sathya mengelus pipi istrinya lembut
"Sayank cepat bangun. Jangan buat aku makin khawatir, sekarang kita tidak berdua lagi sayank, ada anak kita buah cinta kita, dia kuat sepertimu dia bertahan untukmu. Seandainya aku bisa menukarnya aku akan dengan senang hati menggantikanmu menerima rasa sakitmu. Aku mohon cepat buka matamu sayank." seru Sathya dengan mengusap perut Merra lembut.
Sathya mengelap tubuh istrinya dengan air hangat. Dia dengan telaten mengelap setiap inci tubuh Merra hingga ke sela-sela jarinya.
Sathya menelpon supirnya pak Guntur untuk mengambilkan baju ganti dirinya dan Merra. Dia tidak mau nanti saat Merra terbangun melihatnya dengan kondisi lusuh dengan pakaian berlumuran darah yang sudah mengering. Karena dia yakin istrinya nanti malah yang terbalik mengkhawatirkan dirinya.
Sathya mandi tak membutuhkan waktu yang lama. Cukup 5 menit. Dia tidak ingin kehilangan moment dimana Merra membuka matanya kembali.
Dia menyisir rambutnya dengan cepat. Dia kembali duduk disamping istrinya. Sathya memegang tangan istrinya dengan lembut. Dia mengantuk karena semalaman tidak tidur. Sathya membawa tangan Merra ke bawah dahinya, kepalanya menunduk ke kasur dan tidur dengan posisi duduk. Sathya berharap saat dia bangun nanti bisa melihat istrinya yang telah siuman.
Sabtu, 18 juli 2020
Hargai karya gw
Dengan klik
VOTE
🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
my secret wife (TAMAT) (Sudah Terbit)
РомантикаSebagian part di unpublish untuk kepentingan penerbitan WARNING AREA 21++ 🔞🔞🔞 Merra yang dulu bekerja di kantor cabang Bandung bersedia pindah demi suaminya Sathya ke kantor pusat di Jakarta asalkan statusnya sebagai istri dari sang presdir tak...