SEBELAS

319 40 15
                                    

Hai hai hai, gimana kabar kalian, gaes? Sehat 'kan ya? Amin kalo sehat☺️
Akhirnya bisa up juga setelah beberapa waktu ngilang😂 aku harap kalian suka ceritanya. Dan tentunya jangan lupa vote sama komennya

So, happy reading dan tiati banyak typo-nya

Masa hukuman Mean terasa menyiksa. Bayangkan saja bila pengantin baru tapi sudah pisah ranjang. Tak ada yang memeluk dalam tidur lelapmu agar tetap hangat. Tak ada rasa nyaman dan lembut saat kamu menginginkannya. Itulah yang dirasakan Mean selama satu minggu ini.

Tepat satu minggu setelah Mean dilarang Plan tidur satu kamar dengannya. Pagi ini sudah puluhan kali Mean menghela napasnya. Ia sangat lelah hari ini, ketika ia bangun tak mendapati Plan di sampingnya. Ia ingin ketika ia bangun, pertama kali yang ia lihat adalah Plan.

Waktu terasa berputar dengan lambat. Ia merasa seperti telah melalui ribuan tahun hanya untuk menanti satu minggu hukumannya itu selesai. Ini lebih berat daripada ribuan tahun yang ia lalui untuk menemukan Plan, mate-nya.

"Maaf Alpha, apa ada yang mengganggu pikiran Anda?" Gun menatap Mean dengan takut-takut. Ia sebenarnya segan mencampuri urusan pribadi Alpha-nya tapi masalahnya saat ini Mean jadi tak bersemangat dan jadi tak fokus saat bekerja.

"Apa kepentingamu bertanya seperti itu, Napat?" Mean menatap Gun. Tatapan dingin itu membuat Gun sedikit ngeri. Ugh, Gun ingin sekali lari dari ruang kerja sang Alpha sekarang juga tapi itu tak mungkin ia lakukan, pekerjaan mereka menumpuk karena terlalu lama Mean tinggalkan untuk mengejar Plan.

"Bukan maksud saya bersikap lancang, Alpha... tapi Anda terlihat sangat tertekan akhir-akhir ini," Gun merutuki nasibnya. Kenapa Gun yang tak lain adalah werewolf muda paling potensial setelah sang Alpha harus terseret dalam masalah rumah tangga Mean disaat dirinya sendiri masih berstatus single. Belum menemukan mate-nya. Belum berpengalaman juga.

"Hah, kau akan mengerti kalau sudah punya istri nanti," lagi-lagi Mean menghela napas. Ia sudah tak tahan ingin menyentuh Plan. Merengkuh mate-nya dan melakukan banyak hal hingga pasangan hidupnya itu kacau karena Mean.

"Saya tidak mengerti maksud Anda, Alpha..." tentu saja Gun tak mengerti. Pemuda itu masih terlalu awam dan murni. Berciuman saja belum pernah.

"Tentu saja kau tak mengerti bagaimana keinginan untuk merengkuh, memeluk, mengacaukan pasanganmu hingga wajahnya memerah. Membuatnya mengeluarkan suara yang memabukan," Mean berangan-angan. Gun menatap wajah Mean yang terlihat menggelikan baginya. Alpha yang dulu ia ketahui arogan dan kejam kini hilang entah kemana.

'Tentu saja saya tak paham, Alpha!' batin Gun menjerit. Kenapa ia harus mengdengar hal itu dari Mean? 'Anda bahkan tak memahami apa yang Luna inginkan. Benar-benar tidak peka,' tentu saja Gun tak berani mengatakannya. Ia sungguh merasa kasihan pada sang Luna yang harus memiliki suami kurang peka seperti Alpha-nya.

Sebetulnya itu bukan sesuatu yang buruk. Menurut Gun, itu hanya secuil kekurangan dari sifat perfeksionis sang Alpha. Ia cukup tahu Mean adalah pribadi yang selalu menanggapi sesuatu dengan serius. Menanggapi segala permasalahan dengan logis namun disisi lain ia tak memahami mengenai romantika.

"Alpha, kenapa Anda tidak mencoba untuk bersikap lebih lembut pada Luna? Saya rasa semua orang menginginkan perhatian dari pasangannya," Gun berinisiatif memberi usulan pada Mean. Sungguh ia tak sanggup melihat ketidak pekaan sang Alpha lebih jauh lagi. Ia tak tega dengan sang Luna.

"Napat, maksudmu aku kurang perhatian?!" death glare Mean memang peringkat paling atas. Siapapun tahu bila Mean memperlakukan Plan bagai perhiasan paling berharga yang akan mudah pecah bila sedikit saja terkena guncangan. Ia memperlakukan mate-nya dengan penuh kehati-hatian. Mean akan melakukan apapun untuk menyingkirkan siapapun yang berani mengusik pasangannya. Miliknya.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang