Serigala besar itu terus berlari menyusuri hutan belantara, mengikuti aroma manis vanila berpadu dengan harum lembut bunga lili. Seakan kerja otaknya hanya berfungsi untuk mengejar hasrat akan pemilik aroma memabukkan itu, serigala jantan berbulu hitam sehitam malam itu terus memacu kaki-kakinya tanpa memperdulikan mindlink dari kawanannya.
"Alfa, Anda di mana?" mindlink dari Gun, beta-nya.
"Alfa? Alfa, Anda mau ke mana?" mindlink dari penjaga perbatasan pack.
"Alfa, apa yang terjadi? Kenapa Anda meninggalkan pack dengan tiba-tiba?" Kembali Gun bertanya karena merasa tak ada tanggapan dari sang alfa.
"MATE! MATE!" Hanya itu respons dari serigala besar itu.
Ia segera memutuskan mindlink secara sepihak ketika ia sampai di pinggiran sebuah desa. Serigala itu mengendus kembali aroma yang membuatnya mabuk, aroma itu berasal dari desa di depan sana.
"Mate! Mate kita ada di desa ini, Mean!" teriakan jiwa serigalanya di dalam kepala Alfa Mean.
"Diamlah, Tin. Kepalaku sakit mendengar lolonganmu!" kata Mean kesal pada Tin, jiwa serigalanya.
"Ayo cepat kita temui dia, Mean! Aku sudah lama menantikannya," lolong Tin bersemangat.
"Aku tahu," jawab Mean ketus, ia berusaha mempertahankan kesadarannya dari Tin yang terus mendesak keluar meski wujudnya telah berubah jadi serigala.
Mean dalam wujud serigalanya melangkah menuju desa itu, semakin dekat. Ia mulai tak sabar dan menambah kecepatannya hingga sesuatu terjadi. Mean terpaksa menghentikan langkahnya karena tubuh besar serigala itu tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Ia tak bisa memasuki wilayah desa itu, seperti ada pelindung tak kasat mata yang terpasang di sana.
"Mean, apa yang kamu lakukan? Kenapa berhenti? Mate kita di depan sana!" raung Tin, kesal pada Mean.
"Bacalah situasi, bodoh! Kita tak bisa melangkah lebih jauh, ada yang menghalangi kita agar tak bisa masuk!" Mean kesal sekali dengan ketidak sabaran Tin.
"Aku tak perduli! Kita harus segera menemui mate, aku telah lama menunggu kesempatan ini!" Tin yang keras kepala semakin mendesak Mean. Dia lelah menunggu, ia telah lama mencari mate-nya. Ia ingin segera menemui orang yang ditakdirkan untuknya, satu-satunya belahan jiwanya.
"Kalau kita memaksa masuk tubuh kita akan hangus terpanggang, serigala dungu!" Bukannya Mean tak memahami keinginan Tin, ia juga ingin segera menemui mate mereka. Tapi, ia juga tak mau mati terpanggang oleh penghalang yang terpasang di luar desa tempat mate-nya berada saat ini.
"Pikirkan sesuatu dengan otak pintarmu itu agar kita bisa menemui mate kita!" dengus Tin kesal.
"Diamlah, aku sedang memikirkan caranya!" Sejenak Mean berpikir dalam diam. "Untuk sementara kita mundur dulu," lanjutnya.
"Apa kau bilang?" Tin hampir saja mengamuk mendengar keputusan Mean untuk kembali ke pack. Dia memaksa mengambil alih tubuh Mean meski tak bisa.
"Tenanglah, kita akan kembali dan mendapatkan mate kita!" Mean mencoba sabar menanggapi kekesalan Tin.
"Terserah padamu, tapi aku tak mau menunggu lebih lama lagi!" dengus Tin kesal harus menunggu lagi.
Mean berbalik dan memacu kakinya menjauh dari tempat itu. Secepat mungkin ia ingin segera sampai ke pack dan menyusun rencana agar ia bisa bertemu mate-nya dan membawanya ke pack.
"Napat, panggil Lay untuk segera menemuiku!" Mean melakukan mindlink pada beta-nya.
"Alfa, Anda ke mana saja?" tanya Gun panik karena sang alfa tiba-tiba meninggalkan pack.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
خيال (فانتازيا)Entah takdir atau karma, remaja lemah bernama Plan harus berpasangan dengan seorang Alpha kejam bernama Mean. Ikatan mereka terjalin sejak beribu tahun yang lalu, melintasi waktu dan kematian. Apakah mereka akan menemui kebahagiaan? Akankah alam mer...