DELAPAN BELAS

195 27 6
                                    

Maaf membuat kalian menunggu lama gaes. Ini saat-saat terberat untuk kita semua, apalagi dalam kondisi di mana-mana serba dibatasi.

Tapi jangan pernah menyerah sama keadaan, percaya kalau suatu saat akan datang waktunya kita menjadi lebih baik dan diberi kemudahan.


Mark dan Perth mengalami demam tinggi, tangisnya memilukan tiap orang yang mendengarnya. Kulit mereka berubah kemerahan akibat suhu tubuh yang semakin naik.

"Phi, bagaimana ini ... kenapa anak-anak tiba-tiba jadi seperti ini?" Plan berkaca-kaca menatap kedua buah hatinya yang terus merengek di atas tempat tidur.

"Tenanglah Plan, Phana dan Lay akan menemukan cara untuk menyembuhkan mereka." Suara tenang Mean berbanding terbalik dengan batinnya yang berkecamuk. Pikirannya terus berputar, menggali kembali ingatan selama ribuan tahun masa hidupnya namun ia tak menemukan apa yang ia cari. Mean mencari ingatan tentang kasus serupa dengan apa yang dialami anak-anaknya, sayang sekali ini pertama kalinya ia menemukan bayi werewolf bisa seringkih ini, bahkan bayi yang lahir dari manusia dan werewolf di sekitanya saja tak pernah mengalami kondisi seperti ini.

Beda Mean maka beda lagi Gun. Pemuda itu tertegun melihat mate-nya meronta dengan tangisan yang seakan merobek-robek jiwanya. Gun menahan diri untuk tidak menerjang Mark yang sedang dirawat Lay menggunakan ramuan penyembuh, ia mengertakkan giginya karena tangisan Mark malah semakin menjadi.

Air mata Gun hampir saja menetes ketika mendengar teriakan kesakitan Mark. Ia memalingkan wajah dengan mata tertutup rapat, menghindari pemandangan yang sama sekali tak pernah ia bayangkan akan begitu menyakiti hatinya. Kepalan tinjunya semakin erat, tak peduli kukunya sendiri telah merobek kulit.

"Mark ...." Gun merintih menahan kekuatannya, jangan sampai ia menerjang Lay dan merobeknya menjadi berkeping karena membuat Mark semakin kesakitan.

"Kenapa jadi seperti ini?" Lay mengusap keringat yang mengucur deras di dahinya melihat kondisi dua keponakannya malah semakin parah.

"Lay, apa yang kau berikan pada mereka?!" Mean menyentak lengan Lay, membuat gadis itu berbalik menghadapnya dengan tatapan terkejut.

"Ma-maaf Alpha, saya memberikan ramuan penyembuh untuk menurunkan panas. Tapi ... tapi mereka malah semakin kesakitan." Lay gemetar merasakan aura intimidasi Mean yang diarahkan padanya. Lay hanya dapat menundukkan kepala dan gemetar.

"Mark ... Perth ... bertahanlah, Nak. Bertahanlah." Plan bersimpuh di sebelah ranjang yang digunakan si kembar, ia menggenggam tangan-tangan kecil mereka.

Plan ikut menangis bersama putra kembarnya, ikut merasakan sakit yang diderita mereka. Getir, melihat bayinya kejang dan berderai air mata.

"Aku akan membunuh diriku sendiri bila Tuan Muda meninggalkanku." Gun berkata lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh tangis dan teriak kesakitan. Mata pemuda itu merah, menahan semua emosi yang bercampur aduk antara pilu, maran dan rasa tak berdaya.

Keadaan itu berlangsung hingga tengah malam, orang-orang terlelap karena lelah berupaya memulihkan kondisi calon alpha masa depan. Tak ada lagi suara tangis dan jerit kesakitan Mark dan Perth, hanya ada suara dengkuran halus.

Mark dan Perth meringkuk di bawah selimut tebal yang menjaga mereka tetap hangat. Plan masih dalam posisinya, telungkup di pinggir ranjang dan menggenggam tangan anak-anaknya. Jejak air mata tampak jelas di pipinya yang memerah karena sering diusap. Wajah sedihnya masih terlukis jelas meski sedang terlelap.

Gun berdiri tegap, berjaga di luar kamar. Perasaannya sudah sedikit lebih tenang begitu Mark tidak lagi menangis kesakitan.

Mean berada di ruang penelitian milik Phana, masih mencari tahu penyebab keanehan yang dialami putra-putranya. Bersama Lay dan Phana, ia mempelajari dokumen tua dan membuat berbagai macam racikan obat untuk si kembar.

"Saya baru pertama kali menemukan kasus seperti ini. Dari semua buku yang saya pelajari, di sana telah dijelaskan kondisi fisik bayi turunan werewolf dengan ras lain namun tak ada penjelasan mengenai gejala seperti yang dialami tuan muda. Anak-anak dari werewolf dan manusia biasanya terlambat dalam pertumbuhannya, fisik mereka juga tidak sekuat werewolf murni ... tapi tak pernah sakit seperti yang dialami tuan muda." Phana sangat berpengalaman dalam bidangnya, sejak kecil ia telah dididik menjadi dokter dan telah menjalankan berbagai macam penelitian mengenai persilangan ras, jadi dia cukup yakin dengan pengetahuannya.

"Penyimpangan sihir atau energi asing juga tidak ditemukan, saya yakin itu bukan dari faktor sekitar." Lay mengungkapkan pendapatnya berdasarkan apa yang ia rasakan. Penyihir muda itu sangat peka dengan perubahan aliran energi di sekitarnya sehingga ia selalu tanggap dalam hal pertahanan.

"Jadi apa yang sebenarnya dialami anak-anakku?" Mean menggeram, urat-urat menonjol di sekitar leher dan tangan yang ia kepalkan. Ia berusaha keran menahan Tin agar tak mengambil alih tubuhnya.

"Apa yang terjadi paka anak-anak kita, Mean? Cepat lakukan sesuatu, sialan!" Tin menyalak, memaki dalam pikiran Mean.

Lay dan Phana waspada melihat Mean dalam keadaan setengah shift, taring dan cakarnya memanjang, terlihat tajam dan sangat berbahaya. Mean tak sanggup lagi menahan Tin agar tetap diam, dia hampir saja berubah wujud secara sempurna ketika tiba-tiba sebuah teriakan mengejutkannya.

"Itu sepertinya teriakan Plan." Kalimat Lay mengalihkan perhatian, mengabaikan Mean yang sudah berubah ke wujud serigalanya.

Mereka berlari. Mean, Lay, Phana dan beberapa warrior tergesa-gesa menuju sumber suara.

"Bayi ... bayiku di mana?" Sayup-sayup terdengar suara Plan saat mereka hampir mencapai pintu masuk kamar si kembar.

"Plan, ada apa?" Lay kesulitan antara mengatur napas dan bicara, kegiatan fisik bukanlah keahliannya. Lay melihat Plan panik mencari si buah hati.

Keberadaan dua bayi Plan menghilang. Di atas ranjang ada dua balita yang memandang Plan dalam diam. Wajah pasi Plan terlihat jelas karena bayinya tak lagi ada, terlebih ia tak mengenal balita-balita yang berada di ranjang anaknya.

Plan panik, berbeda dengan Gun yang tertegun melihat salah satu balita yang juga menatap. Gun kehilangan kata, ia sangat familiar dengan bau menyegarkan yang dikeluarkan balita bermata bulat. Gun seperti digali oleh tatapan lugu nan cemerlang. Mata bulat si balita berbinar menatap lurus pada Gun, tangannya ngenggapai-gapai namun Gun malah membatu, rasionalnya tak bisa menerima fakta di depan mata.

Tinggalkan Gun yang tak bergerak seinci pun. Mean dalam wujud Tin melangkah pelan menuju dua intensitas asing di mata Plan. Perlahan serigala besar itu mengikis jarak dangan balita di atas ranjang, moncongnya semakin dekat dengan balita yang anehnya tak merasa takut pada wujud yang berkali lipat lebih besar darinya. Tangan kecilnya terulur, menyentuh moncong serigala hitam yang tampak mengerikan. Baik Lay maupun para warrior menahan napas, ngeri dengan pikiran buruk yang sempat terlintas saat melihat interaksi yang di mata mereka tak ramah sama sekali. Pikiran itu buyar seketika setelah serigala hitam, Tin menjilat pipi salah satu balita dengan sayang.

Seperti serigala, werewolf mengenali kawanannya melalui bau unik yang mereka miliki sejak lahir, begitu pula Mean dan Tin mengenali anak-anaknya. Ya, dua balita yang ada di atas ranjang adalah Mark dan Perth. Secara ajaib tubuh bayi yang bahkan baru berumur beberapa hati tumbuh menjadi seperti balita berumur sekitar lima tahun dalam semalam. Siapa yang akan percaya dengan keajaiban seperti ini? Kejadian seperti ini belum pernah mereka alami sebelumnya.

Plan tercengang dengan perlakuan lembut serigala besar yang ia ketahui Tin, sisi lain suaminya. Perlahan Plan mendekat pada Mean yang berangsur kembali ke wujud manusianya, ia masih bertengkar dengan pikirannya yang mencerna dengan lambat mengenai iya dan bukan tentang kedua balita itu adalah putra-putranya.

"Plan kemarilah, mereka adalah anak-anak kita."

tbc

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang