Halo gaes, masih ada yang nungguin cerita ini kagak ya?😂
Maafkan penulis yang nggak konsisten ini. Sebagai permintaan maafku, aku bakal ngadain give away untuk menyambut valentine day.
Aku udah siapin free 1 eks fanbook 2wish (Our Love) karyaku buat satu pemenang yang bisa menjawab beberapa pertanyaan seputar Soulmate ini.
Tapi sebelumnya baca dulu kelanjutannya. Baca Sampai habis ya😚
Plan meringis merasakan sakit di bagian perutnya, luka paska melahirkan miliknya cukup lebar. Walau Mo Phana telah menjahitnya, tapi butuh waktu lama agar daging-daging itu dapat menyatu kembali. Hal itu sangat wajar bagi tubuh manusia karena tak bisa memulihkan diri secara instan seperti werewolf.
Plan sakit, namun ia bahagia karena buah hatinya lahir dengan sehat dan selamat. Tak henti-hentinya senyum tercipta oleh bilah bibir Plan saat melihat bayi laki-laki dalam gendongan Mean.
"P'Mean, Mark di mana?" Plan menyamankan duduknya, bersandar pada kepala ranjang dengan hati-hati agar jahitan di perutnya tidak koyak.
"Dia dibawa Napat ke taman belakang." Mean hanya menjawab seadanya. Dia menimang Perth, putra keduanya.
“Kenapa P’Gun yang mengasuh Mark? Dia sudah cukup sibuk mengurusi tugasnya dan sekarang Phi tambah dengan menyuruhnya mengasuh Mark?” Plan meringis karena lukanya bergesekan dengan baju yang ia kenakan. Dia terlalu menggebu saat mengetahui bahwa Gun yang menjaga Mark.
“Bukan aku yang menyuruhnya, Plan. Napat sendiri yang memintanya.” Mean menghela napasnya, ada keraguan dari raut wajah Mean hingga membuat Plan memintanya mendekat.
Mean mengerti arti lambaian tangan Plan padanya. Alpha Moonstone Pack itu perlahan mendekati ibu dari anak-anaknya dan duduk di tepian ranjang. Merasakan Perth yang menggeliat dalam gendongannya dengan wajah hampir menangis, Mean mengerti putranya menginginkan Plan.
Plan merengkuh Perth dalam gendongannya. Bayi itu menggeliat-geliat, mencari kenyamanan dari pelukan ibunya. Plan hanya tersenyum melihat tingkah bayinya yang menggemaskan.
Pemandangan yang ditangkap mata Mean sangat menenteramkan hatinya. Ribuan tahun ia merasakan kesepian menanti mate-nya dan berulang kali mengalami kehilangan. Dalam masa yang panjang Mean harus menyaksikan berbagai macam kematian, mulai dari adiknya hingga bayi werewolf yang tak bisa bertahan hidup karena kelaparan.
Kali ini Mean ingin merasakan hal yang berbeda karena ia telah memiliki keluarga. Mulai sekarang Mean akan benar-benar memperhatikan sekitar dan mengawasi pertumbuhan putra-putranya. Mean berharap bisa menua bersama Plan dan memiliki banyak cucu yang menemani masa tua mereka.
Tanpa sadar Mean membawa tangannya untuk mengusap pipi bersemu merah muda milik Perth. Alpha yang terkenal angkuh dan bengis itu menampakkan senyum lembut ketika menatap bayi yang tertidur dalam pelukan Plan.
Perth adalah cetakan dirinya. Dilihat dari fisiknya, Perth merupakan versi mini dari Mean. berbeda dengan Mark yang malah mewarisi sifat-sifat ayahnya, akan bersikap lembut pada mate-nya namun dingin pada orang lain.
“P’Mean, kenapa Mark belum juga kembali? Ini sudah cukup lama P’Gun membawanya ke taman.” Plan khawatir pada putra pertamanya yang sejak tadi pagi belum kembali. Ia khawatir Mark kelaparan karena ini sudah menjelang siang, apalagi bayi membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur daripada bermain.
“Tenanglah Plan, Napat tak akan membiarkan Mark mengalami hal yang kamu pikirkan Plan.” Mean bisa menebak apa yang sedang Plan pikirkan.
“Kenapa Phi bisa seyakin itu? Bahkan P’Mean sendiri belum tentu paham apa yang aku rasakan.” Plan mencebik tak suka karena menganggap Mean sok tahu.
“Tentu saja aku tahu apa yang kamu rasakan karena aku ayahnya, Plan. Tapi Mark sendiri yang ingin menghabiskan waktu bersama Napat.” Mean menghela napasnya berulang kali. Ia masih ingat saat Mean mencoba menggendong putranya namun Mark malah menangis keras sedangkan bayi itu begitu tenang dalam pelukan Gun.
Jujur saja Mean mulai cemburu dengan beta-nya. Tangan kanannya itu merebut perhatian sang putra dari Mean, sebagai seorang ayah ia tak terima. Namun Mean tak berdaya, putranya sudah menemukan sang mate bahkan di usia sangat dini. Mean menyadari betapa pentingnya mate bagi kaum werewolf. Menunggu hingga ribuan tahun demi menemui mate-nya, tentu saja Mean memahami pentingnya seorang pendamping, belahan jiwa yang akan menjadikanmu sempurna.
Mean telah merasakan kehampaan dalam penantiannya. Menyakitkan kala menelan kekecewaan karena belahan jiwa tak kunjung dipertemukan dengannya. Mean tak ingin putranya merasakan kesepian yang sama dengannya. Karena itu, Mean membiarkan Mark bersama Napat meski belum waktunya.
“P’Mean, katakan padaku … sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku?” Plan mencium gelagat mencurigakan dari Mean. Ia yakin suaminya itu menyembunyikan sesuatu yang penting darinya.
“Itu … itu Plan ….” Mean tak tahu dari mana ia harus menjelaskan kejadian saat Plan meregangnya untuk melahirkan putra kedua mereka.
“Katakan sekarang atau P'Mean akan menyesalinya!" ancam Plan pada Mean yang meringis ngeri pada istrinya.
"Sebenarnya saat kau berusaha melahirkan Perth, kakaknya telah menemukan sesuatu yang penting." Mean berusaha menjelaskan kejadian saat itu secara singkat.
"Apa yang bisa ditemukan oleh bayi merah yang baru saja lahir, P'Mean? Jangan bercanda!" Tak tahu mengapa kali ini Plan meragukan Mean.
"Mark menemukan mate-nya." Tanggapan singkat yang akan membuat siapa pun terkejut. Bukan karena nada suara Mean, melainkan isi kalimat yang diucapkannya.
"A ... apa? Jangan bilang mate Mark adalah ...." Plan hampir saja menjatuhkan Perth dari pelukannya akibat tangannya lemas mendadak. Ia masih menyangkal pemikirannya tentang siapa mate putranya, namun pikiran itu tak mau enyah dari otaknya.
Mean menghembuskan napas demi mendapat keberanian untuk jujur pada Plan. "Kau benar Plan, Napat adalah mate-nya Mark. Tak heran sampai usia matang Napat belum menemukan mate-nya. Ternyata ia belum lahir."
"Apa? Phi ... P'Gun adalah mate bayi kita? Tapi ... tapi P'Gun itu ...." Lidah Plan terasa kelu. Bukan karena Plan tak menyukai Gun, hanya saja ini tak masuk akal. Gun itu seorang pria matang dan Mark bahkan baru berusia beberapa hari. Belum lagi mengenai gender. Plan benar-benar pusing sekarang.
Ia menerima takdirnya memiliki pasangan sesama lelaki karena karmanya di masa lalu. Namun Mark adalah hal yang berbeda. Putranya itu tak perlu terlibat karma orang tuanya, cukup Mean dan Plan saja yang menanggungnya.
"P'Mean, cepat panggil P'Gun! Aku ingin mengatakan sesuatu padanya." Plan mengurut keningnya yang mulai berdenyut hebat. Ia bahkan lupa status suaminya adalah seorang alpha.
Mean sendiri tak mempedulikan bagaimana Plan memperlakukannya karena ia akan sukarela melakukan apa pun untuknya. Agak bodoh memang, atau malah terlihat sangat bodoh. Alpha Bluestone Pack yang terkenal brutal menjadi sangat jinak di bawah kuasa Plan. Kalian hanya tak mengerti sebesar apa cinta Mean untuk Plan hingga dapat mengubah alpha arogan itu ke tahap ini.
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FantasiaEntah takdir atau karma, remaja lemah bernama Plan harus berpasangan dengan seorang Alpha kejam bernama Mean. Ikatan mereka terjalin sejak beribu tahun yang lalu, melintasi waktu dan kematian. Apakah mereka akan menemui kebahagiaan? Akankah alam mer...