Hai gaes, monmaap bat lama kagat update...🙇♀️
Banyak hal yang terjadi beberapa waktu ini, dari kecelakaan sampe demam. Dari yang direncana sampe bencana alam. Bahkan dari masalah kerjaan sampe masalah pribadi. Bener-bener berwarna hidupku 😂
Tapi percayalah, dengan mengambil langkah yang tepat di waktu yang tepat pula semuanya akan berakhir mulus. Kalo ada kerikil yang buat kita jatuh anggep aja itu ujian😌
wkwkwk, ok tanpa banyak curcol lagi, langsung aja ke bucin kita dan maklumi banyak typo bertebaran
👇
👇
👇
Sudah hampir seminggu Mean berada di sebuah desa pinggiran hutan dekat Moonstone Pack. Setiap hari ia menemani Plan bermain agar mereka semakin dekat. Kadang Plan mengajaknya keliling desa, kadang juga hanya bermalas-malasan dan duduk seharian di perpustakaan sang kakek. Apakah Mean jenuh? Jawabannya adalah tidak. Penguasa tampan dengan sejuta pesona itu dengan senang hati menemani Plan ke mana saja.
Mean sudah sangat bersyukur walau hanya berdekatan dengan Plan, setelah sekian lama mencari sang mate akhirnya mereka bisa bertemu. Jika hanya menemani Plan dan menuruti kemauan remaja manis itu tidak akan membuat Mean mengeluh. Karena hal itu belum ada apa-apanya dibandingkan penantiannya selama ini.
Mean bahagia berada di dekat Plan walau harus ada korban yang terabaikan, Tin. Mean hampir lupa dengan keberadaan wolf-nya karena saking bahagianya bisa bersama Plan, luna-nya. Mean hanya berharap Tin dapat mengerti situasi yang memaksa mereka harus mengambil pilihan ini hingga ia harus rela mendekam dalam kesadaran Mean yang paling dalam demi menemui mate mereka.
Penantian yang teramat panjang membuat Mean dan Tin mampu melakukan apa saja demi mendapatkan sang belahan jiwa, termasuk mengambil langkah seperti sekarang ini.
"Plan, mau ikut bersama Phi pulang ke tempat asal Phi?" Mean bertanya pada Plan yang asyik membaca buku dan mengabaikan keberadaan pria tampan yang terus menatapnya dengan kepala yang ia tempelkan di atas meja.
"Tempat asal P'Mean? Tempat tinggal P'Mean maksudnya?" Plan mengalihkan perhatiannya pada Mean yang terlihat seperti anak kecil hampir menangis karena tak diizinkan membeli mainan yang ia inginkan.
"Iya, rumah Phi. Mau, 'kan?" kata Mean dengan tatapan memohon pada remaja manis berstatus mate-nya itu.
"Kenapa Plan harus ke tempat P'Mean?" tanya Plan polos. Tentu saja ia heran karena menurut Plan hubungan mereka tak sedekat itu hingga harus saling berkunjung dan lebih mengenal. Maklum, ini pertama kalinya Plan bersinggungan dengan orang lain selain keluarganya jadi ia bingung.
"Itu ... itu ... aku ingin menunjukan tempat di mana aku lahir dan dibesarkan ... juga di mana Lay tinggal sekarang!" Mean bingung harus menanggapi pertanyaan Plan seperti apa. Ia ingin berkata jujur bahwa dia menginginkan Plan, tapi ia urungkan kembali.
"Apa itu tempat yang indah?" Kembali Plan bertanya, sebenarnya ia penasaran dengan tempat tinggal Lay.
"Memang tak seindah desa ini, tapi semua penduduknya telah lama mengharapkan kedatanganmu," jawab Mean antusias. Perubahan ekspresinya sangat terlihat saat ia mengangkat kepalanya dari atas meja. Ada binar di matanya.
"Kenapa begitu? Bahkan mereka belum pernah bertemu denganku." Sekarang Plan merasa janggal dengan sikap Mean yang sangat mengharapkan Plan mau mengikutinya.
"Ah, itu ... itu ...." Mean tergagap. Ia harus menjawab apa? 'Sabar Mean, Plan itu manusia dan dia tak punya ketertarikan pada mate seperti werewolf. Jangan sampai salah langkah atau kau akan kehilangan kesempatan ini!' batinnya menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FantasyEntah takdir atau karma, remaja lemah bernama Plan harus berpasangan dengan seorang Alpha kejam bernama Mean. Ikatan mereka terjalin sejak beribu tahun yang lalu, melintasi waktu dan kematian. Apakah mereka akan menemui kebahagiaan? Akankah alam mer...