ENAM

418 63 11
                                    

Sorry for late update, sakit lagi aku gaes😣

Tadi siang aku nyaris pingsan gaes, waktu kuingat-ingat ternyata tadi pagi aku minum obat tanpa sarapan dulu. Hampir celaka gegara kegoblokan sendiri, jan ditiru gaes😷

Mana panas bat tadi siang, lengkap sudah

Ok, author mulai ngeromet gak penting, cus aja sama kelanjutan 'Soulmate'

Happy reading and sorry for typo



Hujan semakin deras mengguyur kekacauan yang sedang terjadi. Angin bertiup kencang membawa bau basah yang menempel di bulu-bulu halus Mean yang sedang dalam wujud Tin. Kesadaran yang tumpang tindih, saling berebut ingin menyelamatkan sang mate.

Iris matanya berwarna emas menyala dengan terang berkilat penuh amarah. Tanpa ia sadari, Plan telah terapit di mulutnya. Geraman demi geraman memberi ancaman pada setiap orang yang ada di sana. Kemarahan serigala besar itu tak dapat dibendung lagi, rahang kuatnya siap mencabik siapa saja yang berani mengusiknya.

Mean siap untuk mengamuk sebelum sebuah sentuhan membawa seluruh kesadarannya kembali. Tangan kecil Plan menelusup diantara bulu-bulu halus yang telah basah karena air hujan. Mengusapnya dengan penuh kasih, berharap kemarahan Mean reda.

"P'Mean?" Suara lembut Plan kembali mengalun lembut memanggil serigala besar yang menawan tubuh mungil Plan dalam mulut besarnya. Tak ada rasa takut yang nampak di mata si remaja, hanya tatapan penuh pengertian.

"PLAN!!" teriakan-teriakan penduduk desa saling bersahutan memanggil si remaja penuh kengerian. Mereka takut gigi-gigi tajam itu mengoyak tubuh si remaja.

"Kumohon jangan sakiti cucuku, tolong lepaskan dia!" nampak derai airmata bercucuran membasahi wajah keriput Kakek Rathavit. Wajah rentanya begitu kalut melihat tubuh cucunya nyaris dicabik serigala besar, meski dia kurang yakin dengan apa yang ia lihat.

Tak ada tanggapan dari serigala besar itu, hanya geraman yang ia keluarkan sebangai wujud pertahanannya. Tubuhnya berdiri kokoh menujukkan kekuatannya. Matanya menatap tajam penuh ancaman pada siapa saja yang mencoba mendekatinya. Tak ada gerakan sekecil apapun yang luput dari perhatiannya.

"Alfa, tenanglah ... tak ada yang ingin melukai mate Anda. Tolong lepaskan dia sebelum amarah warga desa sepenuhnya tertuju padamu." Bujuk rayu Lay mengalun lembut. Sayup-sayup tertangkap dengang telinga Mean yang tengah dikuasai kemarahannya.

Tatapan iris mata emas yang berpendar mulai tak fokus, ia menatap orang-orang yang semakin waspada terhadap pergerakannya. Wajah-wajah ketakutan itu mengingatkannya pada kejadian ribuan tahun silam. Kejadian yang menyakitkan dan tak terlupakan oleh Mean. Ingatan-ingatan menyedihkan itu berputar berulang kali seperti kaset rusak, tak bisa ia hentikan dan semakin menggerogoti jiwanya. Ya, Mean adalah Godslayer si alfa yang dikutuk oleh Moon Goddess.

Mean tenggelam dalam kenangan pahitnya hingga tak menyadari ada sepasang mata seorang pemuda sedang membidiknya. Busur melengkung di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan ia gunakan untuk menarik anak panah yang siap ia lepas kapan saja. Tak ada yang menyadari kapan pemuda itu menembakkan anak panahnya. Melesat dalam kesunyian, menancap pada bahu kanan Mean. Rasa sakit yang datang tiba-tiba membuat Mean mengamuk. Menghantamkan tubuh besarnya kesana-kemari. Bila ia tak ingat keberadaan Plan saat ini mungkin Mean sudah ngengeratkan gigi-giginya karena rasa sakit yang menderanya.

Darah bercucuran dari luka di bahu Mean, dia masih berusaha mempertahankan kewarasannya agar tak mengunyah Plan yang ada dimulutnya. Sayup-sayup ia mendengar riuh perdebatan di kerumunan orang-orang. Pandangannya mulai memburam karena air hujan yang turun begitu lebat. Walau ia dikutuk hidup abadi tapi ini tetap saja menyakitkan. Blue menggunakan anak panah yang digunakan untuk berburu dan itu berlumuran racun pelumpuh.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang