CHAPTER; Two
Nicole membuka matanya. Gelap. Namun ini bukan dipeti seperti yang ia kira, karena ada banyak udara yang bisa dihirupnya.
Mendadak ia mendengar suara decitan pintu, membuat segaris cahaya terang yang sekarang menjadi satu-satunya cahaya yang ada diruangan itu--cahaya itu melebar menjadi kotak besar, yang sebelumnya hanyalah garis tipis. Dan dicahaya itu ia melihat siluet seorang pria yang berdiri disana, terdiam.
Sejenak Nicole terdiam, berpikir apakah mungkin dia sudah mati dan berada disurga? Apakah pria itu menembaknya ditempat bersembunyi, menguliti, dan menjual dagingnya?
Oh, dia bahkan tidak merasa memiliki daging ditubuhnya sekarang.
"Senang bisa melihatmu kembali sadar," kata pria itu. "Aku Louis. Kurasa kau sudah mendengar namaku tadi siang sehingga aku tak perlu menyembunyikannya lagi."
"Nicole," katanya canggung. Apa ia juga perlu mengucapkan kata-kata manis seperti 'hey, senang bertemu denganmu.' karena nyatanya ia sama sekali tak senang.
Ada suasana hening yang menyelimuti atmosfer diantara mereka, dan Nicole tak pernah suka dengan keheningan namun disisi lain ia tak tahu apa yang harus diucapkannya. Dan pula, ia tak mungkin membicarakan tentang tas Gucci yang sedang diskon besar-besaran belakangan ini.
"Apa aku boleh membersihkan tubuhku?" tanya Nicole akhirnya. Pertanyaan itu keluar begitu saja, dan ada secercah harapan yang ia kirim kepada dirinya sendiri.
"Untuk apa? Aku sudah membersihkan tubuhmu tadi," ucap Louis santai. "Tepat beberapa menit sebelum kaubangun, sebelum aku menyiapkan makan malam."
Apa? bantin Nicole berteriak tak percaya. "Terima kasih, kalau begitu." Semoga ia tak kedengaran terlalu senang.
"Sama-sama, aku akan membukakan tali itu pada tanganmu untuk makan--aku mengawasimu. Dan jangan harap bisa keluar," katanya. Setelah itu, pria tersebut berbalik dan menutup pintu.
Nicole menghembuskan napasnya berat, menarik-narik tangannya berusaha untuk melepaskan ikatannya--namun aksinya berhenti seketika dan jantungnya hampir melompat keluar saat pintunya kembali terbuka. Apa Louis sempat melihatnya mencoba untuk melepaskan ikatan ini?
Namun dari wajah Louis yang datar, membuat Nicole tahu bahwa ia tak melihatnya. "Aku melihatnya, Nona Nicole. Kau tak akan bisa kabur bahkan jika kau sudah berdiri di depan rumah sialanku sekalipun."
"Maksudmu?"
"Ini perkomplekkan khusus--," tiba-tiba Louis berhenti dan tersentak, seakan teringat sesuatu dan menatap Nicole intens, lalu mengambil tangan wanita itu untuk membuka talinya. "Tidak penting membicarakannya. Yang jelas, semua orang disini berpihak padaku. Jika kau kabur dan salah satu orang disini melihatmu, habislah kau. Beruntung aku mengambilmu dari si keparat Harry yang akan menjualmu sebagai pelacur perawan pada Julian," katanya. Nicole memperhatikan Louis yang sedang membuka ikatan tali itu dengan giginya, sesekali berhenti untuk melanjutkan pembicaraannya.
"Lalu kau akan menjadikanku apa?" Segera Nicole menyesali pertanyaannya yang tak dapat dijaga, karena kini Louis terdiam cukup lama.
Lalu Louis menatapnya, dan tersenyum miring. Itu menakutkan bagi Nicole, jauh lebih menakutkan dibanding saat ia terdiam tadi dan senyuman licik itu membuat Nicole semakin menyesal. "Kau akan tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
stockholm syndrome • l.t
أدب الهواةKe mana rasa kebencian yang seharusnya kurasakan? Mengapa jantung ini malah berdetak lebih cepat dan membuatku gugup? Sialan. Apa yang terjadi denganku? WARNING: contain sexual scenes and harassing words. [18+] All Rights Reserved. Copyright 2014 b...