Chapter III cerita

318 33 36
                                    

۞﷽۞
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

"Baik buruknya ayahku, dia tetap pahlawanku, Baik buruknya ibuku, dia tetap syurgaku"

@riripuspita❤
——————————————————

"Nak kamu yakin mau pergi?"

"Yakin banget. Udah males dirumah banyak aturan!"

"Maafkan ibu kalo gitu,"

"Udah terlanjur, aku udah bilang teman-teman dan mereka udah dapet tempat buat aku."

"Ibu ngelakuin ini untuk kamu, agar kelak kamu bisa jadi orang sukses,"

"Aku udah pintar, aku udah sarjana jadi ibu gak usah ngajarin aku."

"Yaudah kalo gitu. Jaga diri kamu baik-baik ya, maafin ibu."

Tumpahlah air matanya mendengar anak yang dilahirkan sudah pandai berbicara, karna ibunya ingat ia yang mengajari berbicara saat kecil dulu.

Akhirnya dia pergi dari rumah karna kekesalan yang sangat besar terhadap ibunya yang selalu marah-marah dan mengatur hidupnya.

"Pak, aku pergi dulu ya. Aku akan baik-baik aja kok, bapak gak perlu khawatir."

"Berat rasanya melepasmu nak, kamu baru saja wisuda dan langsung meninggalkan rumah seperti ini,"

"Bapak tenang aja aku akan balik lagi kok setelah sukses nanti. Aku mau ngejar impian aku tapi gak disini."

Keputusan yang sudah bulat itu membuat nya tetap pergi dan bekerja di luar kota.

Ya, memang ibunya sangat ketat mengawasi pergaulan gadis itu, banyak larangan yang ibunya tidak perbolehkan tapi itu semua demi kebaikan anaknya.

Dan gadis itu merasa nyaman dengan tempat barunya sehingga ia berhasil masuk disalah satu perusahaan besar dan menemukan sosok pria yang ia idamkan.

Beberapa tahun berjalan gadis itu mengajak kekasihnya untuk ke rumah orangtuanya dengan naik mobil sang kekasih.

Sesampai disana ia bertemu dengan bapaknya.

"Pak, aku pulang," senyum tipis di wajahnya.

"Anak ku nampaknya sudah sukses," ucap bapaknya sambil membelai rambut anaknya.

"Ibu kemana pak?" tanya gadis tersebut karna tak sedikit pun terlihat didalam rumah yang sederhana itu.

"Ada, kamu mau ketemu sekarang?"

"Iyaa pak, memang dimana?"

"Ikut bapak yuk."

Dengan wajah bingung akhirnya tetap mengikuti langkah demi langkah yang tak jauh dari jarak rumahnya, dan ternyata tiba di pintu pemakaman.

"STOP PAK! MAKSUDNYA APA? JANGAN BILANG IBU....."

"Yuk," tersenyum diwajahnya walau nampak berkaca kaca di matanya.

Melihat batu nisan yang baru saja tertulis namanya, perempuan itu menangis tak terbendung layaknya anak kecil.

"Nak, selama ini ibu mengalami penyakit jantung, tapi ibumu gak mau kalau kamu tau, makanya itu ibu selalu keras mendidik kamu karna ibu tidak tau kapan bisa menasehatimu lagi, ibu kepengen kamu sukses dan tidak jatuh ke pergaulan bebas, tapi kamu malah meninggalkannya, tapi bapak yakin pasti sekarang ibu tersenyum disana melihat kamu seperti sekarang."

Dia tidak bisa berkata-kata, ia hanya menangis sekuat kuatnya dengan penuh penyesalan.

"Ini ada surat dari ibu yang dititip sebelum meninggal dirumah sakit."

DIA Penyempurna ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang