"TARA!" Seseorang mengetok heboh pintu kamarnya. Tara pun terjaga. Ia baru saja bermimpi buruk. Jantungnya berdegup kencang dan keningnya berintikkan peluh. Namun meski bunga tidur itu telah berlalu, perasaan Tara tetap cenat-cenut.
"Tara, bangun!" Orang itu memanggil lagi, bersamaan dengan gedoran pintu luar biasa. Rasanya seluruh komplek perumahan bisa dengar. "Darurat, Tar!" Ganggang pintu kamar Tara naik-turun, decitannya mengusik.
Sekonyong-konyong Tara beranjak dari kasur. Ia membuka kunci dan mengayun pintu, bertatap muka dengan si penggedor kamar.
"Ya, kenapa, Mba?" tanya Tara sumbang pada Citra, tetangga Tara yang umurnya lebih tua empat tahun. Kamar Citra letaknya persis di sebelah kamar Tara.
Wajah Citra nampak panik dan kusut seperti habis terjaga semalam penuh. "Tar, lo lihat kamera gue nggak?" tanyanya.
Dengan mata kuyu Tara menggeleng lemah, "Nggak, nggak lihat," jawabnya lalu menguap. Wajah Citra semakin frustrasi. Tara mengerutkan kening, "Emang kenapa, Mba?"
"Kamera gue hilang," Citra mengacak rambut dan memegang kepalanya spaning.
"Hah?!" Tara terkejut. Kantuknya menguap. "Kamera baru lo itu hilang, Mba?"
Citra mengangguk. Wajahnya cemberut. "Gue yakin gue simpan di kamar, Tar. Tapi.... Tapi..." Tangan wanita itu bergetar. "Mana kerjaan kantor gue masih di kartu memori dalam kamera lagi. Duh, gue harus gimana, Tar?" tanya Citra, siap menangis.
"Ya ampun, Mba," Tara memegang pundak Citra. Ia melirik jam dinding di luar kamar yang terpatri di atas lukisan replika Monalisa. Jam menginformasikan saat ini pukul setengah satu malam. "Besok gue bantu cariin ya, Mba. Kita cari bareng-bareng," tawar Tara.
Citra menggeleng. "Kalau sekarang aja gimana, Tar?"
Tara mengerjap kaget. "Sekarang banget, nih?"
Citra mengangguk cemas. "Iya, sekarang," ujarnya. "Atau gue coba nanya yang lain dulu aja ya, Tar. Siapa tahu mereka ada lihat." Tetangganya itu lantas melangkah pergi menuju tangga.
"Tapi, Mba Cit, ini jam setengah satu..." Tara masih terpatung di ambang pintu kamar, melihat Citra menuruni anak tangga dan tak terlihat.
Menghela napas, Tara menatap jam dinding lagi. Di khayalannya ia melihat Monalisa dalam lukisan ikut menguap. Saat mendengar gedoran keras berulang dari lantai bawah, sama seperti yang Citra lakukan untuk membangunkannya, Tara tahu malam ini akan jadi panjang.
Tara lantas kembali masuk ke kamar. Ia memakai jaket hitam dan menutup pintu kamarnya, menyusul turun ke lantai satu, di mana Citra nekad berteriak dari satu pintu ke pintu kamar lain, membangunkan sesisi mahluk di rumah kontrakan ini. Termasuk hamster peliharaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thief!
Chick-LitTELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghuninya pun berkumpul mengadakan rapat darurat. Mereka saling menuduh satu sama lain sebagai suspect al...