Scheme 03 : Anak Ko-sa-ntrakan Tak Akan Absen Kuli-ah-ner Gratis

12.2K 1.9K 213
                                    


SUDAH pukul setengah tujuh saat Tara keluar gedung kantor, jam rawan macet. Walau Citra tiba-tiba mengajak mereka makan bareng jam tujuh, Tara tidak menyerah. Ia akan berusaha tiba tepat waktu.

"Tara," seseorang memanggil saat Tara melintasi area depan kantor.

"Eh, Mba Yani," Tara menyapa balik. "Mau pulang juga, Mba?"

"Iya, nih." Umur Mba Yani tiga puluh tahunan. Ia supervisor QA (Quality Assurance) di perusahaan farmasi tempat Tara bekerja. Sambil mengobrol Tara dan mba Yani berjalan bersisian menuju parkiran.

"Tar, lo masih suka baca novel nggak?" tanya mba Yani.

Tara mengambil kunci mobil di tas. "Udah jarang, Mba." Minim penerangan, terpaksa Tara mengobok-obok isi tasnya.

"Sibuk ya makin ke sini," canda mba Yani.

"Bukan, Mba." Tara akhirnya mendapat kuncinya. "Mata gue berdarah baca jurnal mulu. Kebayang nggak, sih, kalau isi baca novel lagi? Apalagi lo suruh gue baca Game of Thrones kelima season-nya. Wih, tewas ditempat gue, Mba."

Mba Yani tertawa melihat ekspresi Tara. "Lo, loh, yang ngajarin gue baca novel," cibirnya, menunjuk Tara. "Gue malah kecanduan, nih."

Tara terkekeh. "Kalau udah kecanduan artinya otak lo mesti dikalberasi, Mba."

Tawa mba Yani meledak gara-gara tampang lebay Tara. "Biasaiin aja kali mukanya."

"Emang kenapa tiba-tiba lo bahas novel, Mba?" tanya Tara.

"Ini..." Mba Yani mengotak-atik HP. "Gue baru baca novel ini. Recommended banget, Tar." Wanita berambut pendek bob itu memperlihatkan layar perangkatnya pada Tara.

Tara membaca judul cover buku di layar HP mba Yani, "'Doppelganger'?" tanyanya, mengerutkan kening. "Buku baru, Mba?"

"Nggak, udah terbitan lama, kok," Mba Yani menarik HP-nya. "Ini bagus banget, Tar. Lo wajib baca," pujiinya, berseri-seri.

Mba Yani tipe pembaca yang sulit terkesan. Tara jadi penasaran. "Pengarangnya siapa, Mba?"

"Ezra Ramiro."

"Siapa, tuh?" Tara tak kenal.

"Masa lo nggak tahu, sih?" lotot mba Yani, seakan-akan seluruh umat di muka bumi ini seharusnya tahu siapa Ezra Ramiro. "Itu loh, Tar, penulis terkenal," jelasnya. "Novel-novelnya brilian semua."

Menurut Tara, mba Yani cuma melebih-lebihkan. "Tentang apaan tuh gangger gangger?" tanya Tara inosen.

"Doppelganger," koreksi mba Yani sambil cekikikan. "Ini cerita misteri."

"Misteri?" Tara menukik bibirnya. "Skip, deh."

"Loh, kenapa?" Mba Yani mengernyit. "Lo nggak suka novel misteri?"

"Bukan nggak suka," Tara berdalih. "Gue mau bacaan ringan. Kayak buku self-love."

"Duh, basi lo..." Dikibaskan tangannya pada Tara. "Kali aja lo dapat wawasan baru baca ini. Beneran loh, Tar, ini novel transfer ilmu banget."

"Yaya, ntar kalau gue tertarik gue baca, deh." Pada akhirnya Tara mengabaikan. "Eh, gue duluan ya, Mba." Tara tiba di mobilnya. Ia dan mba Yani pun berpisah di parkiran. Dengan kilat mobil Tara akhirnya melaju keluar kantor.

Tapi baru saja jalan satu menit, mobilnya sudah berhenti terkena macet.

Tara melirik jam di HP-nya. Tepat pukul tujuh. Suki-suki harus menunggu.

Thief!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang