TIDAK seperti penempat indekos atau kontrakkan yang Bastian pernah tinggali, para penghuni rumah ini, menurut Bastian, tergolong rajin bangun pagi.
Pada hari Sabtu para penghuni memang cenderung bangun siang. Tapi tiap Senin sampai Jumat, layaknya pasukan siap perang, pukul empat subuh Bastian akan mendengar bunyi blender dan desingan spatula. Juga jejak langkah kaki dari lantai atas. Suara-suara penghuni rumah yang tengah memulai hari.
Tidak terkecuali hari ini, hari Minggu.
Jam enam pagi, saat Bastian keluar dari kamarnya berpakaian training, sudah ada Bima belajar di meja makan dan Citra yang tengah menggelar matras yoga di teras belakang.
"Pagi, Bas," Citra merenggakan tubuh sambil menyapanya.
Bima angkat kepala dari buku, ikut menyapa, "Pagi, Mas."
Satu yang Sebastian sukai di rumah ini; suasananya kondusif. "Pagi," Bastian menyapa datar sembari duduk di anak tangga, memasang sepatu larinya.
"Jogging kayak biasa ya, Bas?" tanya Citra.
"Keliling komplek sebentar," Bastian menyampul tali Nike-nya. Ketika Bastian berdiri seusai memasang sepatu, tanpa sengaja Bastian menubruk pundak Tara yang kebetulan menuruni tangga dan berpapasan dengannya, hingga Tara nyaris jatuh tersandung sepatu Bastian.
Reflek, Bastian menarik kaos ditengkuk Tara sampai wanita itu tercekik. Begitu selamat dari marabahaya, Tara langsung berdiri tegak dan membalikkan badan. Ia menatap Bastian tidak suka sambil memegangi lehernya.
"Sori," Bastian awalnya juga kaget. Tapi ia malah tersenyum usil.
Dikira lucu apa! Teriak Tara dalam hati. Tanpa sepatah kata Tara pun berpaling pergi. Untungnya Bima dan Citra terlalu sibuk dan tidak melihat kecelakaan menggelikan itu.
"Pagi semua," sapa Tara seraya menuju dapur.
"Pagi," Bima dan Citra balik menyapa. "Jadi ikut yoga nggak, Tar?" tanya Citra.
Sebastian memperhatikan Tara. Wanita itu mengangguk sambil meminum air dari gelas. "Ikut, dong, Mba," seru Tara girang lalu menghampiri Citra.
"Ganti baju, gih, Tar," Citra menyuruh sambil mengambil gerakan relaksasi. "Nggak enak pakai baju kebesaran gitu."
"Oke deh, gue ganti baju dulu," Tara mengiyakan. Ia menghabiskan air dalam gelas, lantas kembali naik ke lantai dua.
Masih memperhatikan Tara, Bastian geleng-geleng kepala. Ia kira wanita seperti Tara hanya ada dalam cerita fiksi, tapi realitanya mereka ada, wanita yang keluar berantakan dari kamar meski hidup dengan orang tak dikenal seperti Bastian. Penampilan Tara tidak ada estetikanya sama sekali. Rambut belum disisir, wajah tidak karuan, kaos tumblr kedodoran, dan celana pendek yang terlalu tanggung untuk menunjukkan keseksian.
Tanpa ijin atau basa-basi Bastian akhirnya keluar meninggalkan rumah. Ia memulai rutinitas mengelilingi komplek. Pak Djoko, salah satu satpam komplek menyalami ketika Bastian lari melewati pos satpam.
Untuk Sebastian, perumahan semi-elit ini sudah cukup strategis. Ke mana-mana dekat, beli kebutuhan tinggal keluar komplek. Mencari tranportasi lebih dari mudah. Kantornya, pusat perbelanjaan, rumah sakit, bahkan kantor polisi berdekatan dan tak memakan banyak waktu untuk sampai ke sana.
Di dalam perumahan ini sendiri, pohon rindang hijau berjajar rapi. Ada taman terawat di tengah permukiman. Udara dan air di sini standar kota Jakarta—yah, menurutnya sedikit lebih bersihlah. Infrastruktur dan jarak dari rumah ke rumah juga tidak berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thief!
ChickLitTELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghuninya pun berkumpul mengadakan rapat darurat. Mereka saling menuduh satu sama lain sebagai suspect al...