Scheme 10 : Setinggi-tingginya Pohon, Suatu Hari Akan Tumbang Juga

7.5K 1.5K 43
                                    


BEBERAPA hari ini Arvin giat mengirimi Tara pesan. Mereka chatting di sela-sela kegiatan mereka. Di waktu senggang mereka kadang juga teleponan. Mereka bertukar foto makan siang, membuat challenge siapa yang bisa minum air paling banyak dalam sehari, dan juga saling mengenalkan rekan kerja satu sama lain. Kemarin sepulangnya Tara dari kantor, Arvin bahkan mampir ke kontrakkan mereka. Pria itu mendengar kecelakaan yang menimpa Tara. Tidak berlebihan kan kalau Tara menganggap perhatian itu lebih dari sekedar teman?

"Siapa, tuh, Tar?" Mba Yani yang baru masuk ke kantor setelah kemarin dirawat di rumah sakit karena demam berdarah bertanya saat Tara menutup telepon dari Arvin. Di telepon tadi Tara mengenalkan mba Yani pada Arvin. Karena tiba-tiba dikenalkan, Mba Yani sahut saja dengan ramah. "Kayaknya itu cowok dekat banget sama lo," imbuh mba Yani.

Tara mengibaskan tangan. "Kan dia tadi udah ngenalin diri, Mba."

"Ya maksud gue Arvin ini siapa lo? Pacar?" tanya mba Yani.

"Bukan. Teman doang, kok," jawab Tara tersipu. "Tapi katanya dia pernah suka sama gue," kemudian memegang kedua pipinya malu.

Mba Yani geleng-geleng. Cuma Tara yang bisa sangat terbuka mengatakan "dia pernah suka sama gue" dengan sangat percaya diri.

"Gue aminin supaya hubungan lo dilancarin, deh," pesan mba Yani.

Berbeda dengan mba Yani, Citra malah sangat kritis saat tahu Arvin berupaya mendekati Tara.

"Coba, deh, lo, bayangin, Tar," Ini adalah diskusi Citra dengan Tara setelah Arvin pulang dari kunjungan ke kontrakkan mereka kemarin. "Arvin itu kan bentar lagi mau ke Manchester, kalau kalian baru PDKT sekarang terus jadian, lo emang mau LDR-an sama dia?"

"Ya lihat aja nanti, Mba," ujar Tara saat itu. "Lagian kan belum tentu kita beneran pacaran. Bisa aja dia kayak gini cuma mau temenan biasa," sambung Tara sambil mesam-mesem.

Citra melambaikan tangannya. "Ya kalau lo nggak ada berharap ngapain lo senyam-senyum gitu, hah?"

Tara tidak menjawab Citra saat itu. Ia hanya wanita yang kelewat senang karena Arvin memberinya banyak perhatian. Cowok itu bahkan membawa pulang bubur ayam kesukaan Tara. Dua porsi jumbo!

Dari telepon Arvin beralih menge-chat Tara di WA. Mereka sempat mengobrol tentang serial Netflix. Lantas merembetlah ke film. Dan saat ini Arvin pun mengajak Tara :

Arvin : Tar, besok nonton, yuk. Ada banyak film bagus di bioskop.

Tara : Wah, mauuuu! Senang banget gue kalau nonton!

Arvin : *crying laughing* Kalau gitu mudah banget ya ngebahagiiin lo.

Arvin : Mau nonton film yang mana, Tar?

Tara : Tapi, Vin, gue besok ada acara L

Arvin : Kalau gitu Senin depan aja gimana?

Tara : Boleh, deh. Ajak yang lain juga yuk!

Arvin : ....

Tara : Mau nonton di bioskop mana, Vin?

Arvin : Tar, kalau kita nonton berdua aja gimana?

Dari pertanyaan terakhir Arvin itu, semua pun jadi jelas. Intensi Arvin memang "romance" seperti yang Citra peringatkan pada Tara.

Pada akhirnya Tara mengiyakan ajakan nonton dari Arvin. Agenda untuk Senin malam sudah tercatat. Tara biasanya paling ogah dengan hari Senin, tapi kali ini ia sangat menantikan hari itu. Hatiku senang sekali! Bagaimana tidak? Orangtuanya akan datang nanti malam, dan Senin ia akan nonton dengan Arvin.

Thief!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang