Scheme 07 : Hasil Pernah Mengkhianati Usaha

7.3K 1.6K 28
                                    


SELESAI makan malam bersama, gerombolan itu pun mesti pulang karena mall akan tutup. Arvin, Ben, dan Bima membawa kendaraan. Mereka pulang sendiri-sendiri.

"Gue mau ke Hypermarket dulu sebelum tutup," ijin Citra pada Bastian dan Tara.

"Gue ikut ya, Cit, gue ada perlu juga," Ben yang baru akan pulang tidak jadi melangkah ke basement dan mendekati Citra.

"Kalau gitu gue pulang bareng lo aja ya, Ben," Citra mengusulkan. Ben menyetujui.

Tara mengernyit. "Terus gue pulang sama siapa?"

Ben mengarahkan jempol santai ke Bastian, "Lo tadi kan bareng Bastian. Kalian pulang aja duluan."

Mendengar itu, Tara buru-buru menyergap, "Mas Ben, gue ikut lo juga, deh, Mas, ada yang mesti gue beli." Dalam hati Tara: ogah banget gue pulang berdua sama dia! Coba saja Bima masih di sini, Tara kan bisa nebeng anak itu. Sayangnya Bima sudah pulang duluan.

Tahu Tara menghindarinya, Bastian berlapang dada. Ia, sih, santai saja. "Kalau gitu gue pulang duluan ya," ijinnya.

"Loh, Bas, lo pulang naik apa?" tanya Citra.

"Naik taksi," balas Bastian, enteng.

Nah kan! Citra sudah punya firasat kalau Bastian bakal memilih cara praktis.

Ben, yang tidak tahu kalau Tara dan Bastian sempat bertikai, bertanya polos, "Terus, kalau Tara ikut kita dan Bastian naik taksi, yang nyetir mobil Tara pulang siapa?" Tidak ada yang menjawab. Bastian dan Tara membisu walau Ben berulangkali melirik mereka.

Citra akhirnya menyuruh, "Tar, pulang bareng Bastian, gih."

Tara gigit bibir. "Tapi gue juga ada perlu di Hypermart, Mba," kilahnya.

Citra tahu Tara cuma beralasan supaya ia tidak satu mobil dengan Bastian. "Lo bisa nitip barang yang lo mau beli ke gue."

"Nggak, ah, gue beli sendiri aja," Tara keras kepala.

"Tar, please..." Citra memohon. "Jangan perkeruh suasana, dong. Udah malam tahu."

Ben daritadi memperhatikan mereka. Ia belum paham apa yang terjadi di sini.

Tara tiba-tiba jadi sadar betapa tolol dirinya. Masa ia kasih Sebasialan ini menyetir mobilnya, sih? Boro-boro mempercayakan mobilnya, kenal pria ini saja tidak!

"Iyaiya, gue pulang." Tara tidak menutupi wajah cemberutnya. "Gue pulang duluan ya, Mas Ben, Mba Cit," pamit Tara, masih dengan muka gusarnya.

"Hati-hati di jalan ya," Ben berpesan. Tara kemudian membalikkan badan. Ia mengambil langkah pergi sambil melirik Bastian dan berkata ketus, "Gue yang nyetir. Lo duduk aja."

"Eh, bentar, bentar," Citra mencekat Bastian dan Tara. Kedua orang itu pun berhenti melangkah dan berpaling menatap Citra. Wanita itu lantas menyarankan, "Bastian, lo aja yang nyetir."

Tara kaget. "Nggak, gue aja yang nyetir, Mba," katanya bersikukuh.

"Tara..." Citra memicingkan mata. "Lo ingat nggak gimana terakhir kali lo marah pas nyetir terus lo hampir nabrak orang?" terornya.

Tara mendecakkan lidah sebal. Ia mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas dan memberikannya kasar pada Bastian. "Udah kan nih ributnya?" oceh Tara.

"Ini sebenarnya ada apa, sih?" Ben kebingungan. Tak ada yang menanggapi.

"Sekarang kalian boleh pulang," Citra tersenyum damai. "Jangan kelahi di jalan ya."

Sambil memutar bola mata Tara melengos pergi. Bastian mengikuti dari belakang.

Thief!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang