UGD terlihat menakutkan. Pasien di sebelah Bastian adalah korban kecelakaan yang kepala dan kakinya diperban. Aroma karbol bercampur alkohol dan zat lain yang Tara tak ketahui tercium. Walau baunya tidak keras tapi Tara tetap tidak suka.
Sambil menyampir jaket yang tadi Bastian pakai di tangan, Tara mondar-mandir di depan dipan tempat Bastian berebah. Selang infus mengular ke lipatan lengan pria itu. Wajah Bastian tetap pucat pasi. Cowok itu tertidur lelap.
Seorang perawat menghampiri Tara. Tara kira perawat itu akan mengabarinya tentang hasil cek darah Bastian, tapi ternyata... "Mba, mohon untuk tidak mondar-mandir. Mungkin Mba-nya bisa duduk di sini," wanita berseragam putih itu menunjuk kursi di seberang.
Tara dengan pasrah akhirnya duduk. Baru juga bokongnya menempel ke taplakan kursi, dokter datang menghampiri Bastian. Tara kembali berdiri dan mendekat.
"Setelah kami cek lab, sesuai dugaan, teman Mba-nya memang kena DB," kata si dokter muda. Tara menghela napas panjang. Si Sebasialan ternyata terkena demam berdarah. Dokter kemudian menjelaskan banyak hal. Tentang prosedur yang mesti dilakukan setelah ini dan tetek bengek lainnya. Di akhir, saat Tara baru melangkah pergi mengurus administrasi, si dokter menjelaskan padanya, "Pak Bastian sepertinya sudah sakit sejak empat hari lalu. Imunnya mungkin bagus sehingga bisa melawan demam lebih dari tiga hari. Tapi walau begitu untungnya Pak Bastian segera dibawa ke rumah sakit supaya kita tidak terlambat menangani."
Terlambat menangani? Pikiran Tara terlempar ke peti mati. Bastian.... Di tenggelamkan ke tanah... Kalau Tara sedang kesal pada Bastian, ia yakin ia sudah tertawa riang. Tapi saat ini membayangkan itu rasanya sedih juga.
Sejam kemudian Bastian sudah dipindahkan ke kamar khusus satu orang. Tara sempat kerepotan mengurus administrasi. Ia mengisi dokumen sebisanya sesuai KTP yang ia ambil dari dompet cowok itu. Saat Tara ingin membuka HP Bastian untuk menghubungi kerabat dekatnya, ia memasukkan password Bianca1, tapi password-nya sudah diubah. Sampai saat ini Tara sudah mencoba berkali-kali. Tanggal lahir. Nama panjang Bastian. Tara bahkan bela-bela ke parkiran memeriksa nomor plat Pajero Bastian dan mencoba memasukkannya di password. Tapi gagal. Semuanya gagal.
Tara duduk di sofa. Ia melirik Bastian yang tidur lelap di dipan khas rumah sakit. Tiba-tiba melintas satu nama di benak Tara. Roy. Bagaimana kalau password-nya adalah ROY?
Dengan perasaan campur aduk Tara membuka HP Bastian dan memasukkan huruf "r", "o", dan "y". Ketika mengetuk "Enter" jantung Tara makin bertalu-talu.
Namun rupanya "ROY" bukan sandi yang benar. HP Bastian masih terkunci.
Tara melunglaikan diri ke sandaran sofa sambil melepas napas lega. Tara tak tahu ia lega untuk apa. Tapi kelegaannya bertahan sementara. Ia kembali mencoba kode lain.
Dan setelah percobaan berulang kali sampai harus menunggu bermenit-menit karena HP sempat disable, akhirnya Tara berhasil membukanya.
Kodenya? Kodenya adalah 000000.
Yaelahhhh, Bas!!! Tara baru tahu orang sakit juga bisa menyebalkan. Bilang, kek, daritadi! Langkah selanjutnya adalah melesat ke kontak untuk menghubungi kerabat. Tara bersumpah ia sebetulnya sangat ingin mengotak-atik galeri di HP Bastian. Namun karena segan, Tara fokus mencari simbol telepon. Dan karena Tara tak tahu harus mengubungi siapa, ia akhirnya mengubungi Roy, nama teratas di log telepon.
Roy lagi, Roy lagi...
Tara, untuk alasan yang sangat abstrak dan saking abstraknya hingga tak terjelaskan, menekan tanda panggil pada nomor Roy di layar HP Bastian dengan rasa dongkol. Sekarang, satu-satunya yang bisa Tara lakukan adalah menjelaskan pada Roy. Bahwa pacarnya di rawat di rumah sakit dan lebih baik ia melompat ke sini sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thief!
Chick-LitTELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghuninya pun berkumpul mengadakan rapat darurat. Mereka saling menuduh satu sama lain sebagai suspect al...