06. Who

112 25 4
                                    

Setelah dari toko buku, gue sama Kia liat-liat toko di pusat perbelanjaan. Dia suka liat-liat, tapi sayang sama uang sendiri kalo buat beli yang dia mau. Gue heran.

"Ih, bagus banget..." Dia lagi ngeliat sebuah baju terusan yang dipajang di depan toko.

"Kamu pengen?" Tanya gue.

Kia ngangguk, "Iya, tapi sayang uangku hehe. Lagi juga mau dipake kemana, jarang main juga," katanya.

Yaampun.. gue jadi gregetan dah.

"Yaudah yuk,"

Tanpa ba-bi-bu gue narik tangan Kia dan masuk ke toko itu. Gue gak mikir panjang, heeh. Gue pengen beliin baju itu buat Kia.

"Ngapain Gi?!" Serunya.

"Kamu mau kan? Cobain aja dulu," Kata gue.

Kia geleng-geleng, "Y-ya tapi—"

"Udaah, cobain dulu sana,"

Kia dengan senyum awkward dan terpaksanya bikin gue pengen nangis tapi ketawa juga. Gemes, gregetan banget gue ama ni cewek. Daritadi ngehayal punya barang tapi gak dibeli-beli.

Gue duduk di kursi sambil nunggu Kia selesai nyobain bajunya. Ya, gue jujur, pertama kalinya gue gini, rela nungguin cewe nyobain baju. Kalau Seokjin liat gue begini, pasti dia langsung gak ngenalin gue.

Iya, heran. Gue juga heran sama diri gue yang begini. Padahal gue paling ogah nemenin cewek belanja. Keluar rumah aja gak mau.

"G-gi?"

"Udah?" Tanya gue.

Dia menyembunyikan wajahnya dibalik pintu kamar pas, "Udah,"

"Mau liat,"

"Malu!!!"

Gue menatap dia bete, "Mau liat,"

Kia akhirnya keluar tapi nutupin mukanya. Ngapa pake malu si? Kan gue liat juga dia masih pake baju gitu. Suka heran gue.

"Nyobain doang.. kan?"

... Iya, cantik. Ini ga maksa. Gue beneran bilang dia cantik, ya. Karena emang cantik. Berapa kali kata cantik yang keluar? Hm, cantik emang.

"Gi?"

Eh engga! Masa iya nyobain doang. Udah cakep gitu di lo.

Di panggilan kedua, gue langsung kaget. Gue menggelengkan kepala, "Engga, beli lah," kata gue santai.

Kia melotot, "Kan tadi dah dibilaaang!" Seru Kia.

"Udah diem aja, ah. Saya yang bayar,"

.

"Gi, nanti aku ganti pake apa nih?! Daun kelor?! Mahal begini, mana bukan cuma satu,"

Kalau Kia mau bersedia buat nepak pala gue, dengan senang hati gue pengen banget kepala gue ditabok. Gara-gara liat Kia pake baju bagus, gue jadi kalap beliin dia baju. Mungkin ada tiga, atau empat yang ada di tangannya sekarang.

GUE KENAPA WOY? SIAPAPUN GEPLAK GUE, TOLONG!

Maafin gue ya, diriku. Udah membantah prinsip buat irit.

"Gak usah, Ya. Ini saya beliin,"

Kia menghela nafas, "Ya, Aku makasih banget sih, tapi kenapa gituloh?! Ko aneh banget gitu?!"

Besok-besok kalau jalan jangan ke pusat perbelanjaan lagi deh, Ya. Saya yang pusing soalnya.

"Pokoknya aku ganti, sebisa aku ya," seru Kia.

"Gak kenapa-nap—"

"Kia?"

Gue noleh. Ada serang cowok yang sepertinya kenal sama cewek yang lagi bareng sama gue ini. Gue enggak kenal siapa, cuma kok Kia liat dia kayak liat rentenir gitu, kayak takut ditagihin utangnya.

"H-Hoseok? Ngapain disini?"

Cowok yang barusan Kia panggil Hoseok itu senyum kecil, "Lagi jalan aja.. ini..?"

Gue mengulurkan tangan ke dia, "Yoongi,"

"Hoseok,"

Lalu gue senyum. "Ini siapa, Ya?" Tanya dia.

Kepo banget lu—

Lalu tiba-tiba si Kia meluk lengan gue dan dengan santai bilang, "Calon!"

HAH? Gue natep Kia heran, berandai-andai ini bocah kesamber apaan coba bisa bilang begitu?

Gue senyum lagi, tapi lebih kepaksa karena masih kaget pernyataannya Kia.

"Oh, calon... Kok Bapak gak bilang, ya?"

Nahloh. Urusan macam apa ini? Sepertinya gue tidak sengaja terlibat dalam masalah mereka.

"Ehehe.. tau sendiri Bapak suka gitu.."

Gue bisa liat Hoseok senyum, "Oh.. iya.. mungkin nanti kita bisa bicara lagi, ya,"

"Iya..."

Kemudian Hoseok pergi, meninggalkan Kia dan gue yang kalang kabut kebingungan sama masalah mereka. Beberapa saat setelah Hoseok udah benar-benar pergi, Kia melepas pegangannya, lalu membungkukkan badannya.

"Maafin aku, Gi! Maaf aku seikhlasnya!"

"Ya.. asal kamu mau cerita si, ada apa sama dia?"

Karena kalau emang ada yang serius diantara kalian, gue harus hati-hati dalam mengambil langkah gue. Entah dia yang harus gue cut dari Kia, atau gue yang harus mundur.

Yang jelas, gue gak bisa mundur. Ini adalah jalan pilihan gue, dan gue gak punya rem untuk bisa mundur ke pilihan awal.

.
.
.

Thank you, happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you, happy reading.
See u!💜

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang