12. I need a time

94 22 3
                                    

"Apa bener Gi? Kamu cuma gunain aku buat nepatin janji kamu ke dia?"

Gue berusaha membuatnya berdiri dan megang bahunya. Dia terus menangis, pastinya karena sakit hati akibat omongan Junki yang tadi.

"Enggak, Ya. Demi Tuhan," Ujar gue, lalu berusaha memeluknya buat nenangin dia. Tangisannya bener-bener nusuk di benak gue, sakit, nyesek dengernya. Gue gak suka dia begini.

"Tetep Gi, aku gak percaya. Apa yang Junki bilang itu mungkin bener. Apa buat ini alasan kenapa aku selalu dibeliin ini itu, bahkan tanpa aku minta? Kamu kenapa sampe segininya, Gi?" Tanya dia.

Kalimat itu bikin gue tambah sakit hati lagi. "Demi Tuhan, Ya, saya enggak pernah maksud gitu, saya mau beliin kamu sesuatu karena saya pengen! Bukan karena sebagai bentuk bribes atau biar kamu mau ikut saya kesini, enggak, itu konyol banget, Ya, jangan mikir gitu," ujar gue.

"He also said you loved someone,

Is it, Hira?"

Deg. Gue gak menjawab apapun. Gak melakukan apapun kecuali menatap raut wajahnya yang kecewa.

Ini semua salah gue. Gue pun kecewa sama diri gue sendiri.

"Yes, it's her,"

Kia melepaskan pegangan gue, "Yoongi! Itu yang gak pernah kamu ceritain ke aku. Aku denger saat aku telpon sama Hira tadi sore, Jungkook mungkin keceplosan bilang kamu mencoba untuk move on dari Hira, ke aku,"

... Oh my God. I don't know it's this complicated. Sampe gue gak tau harus bilang apa.

"Now i want to know something from you, are you still in love with—"

Gue hilang akal. Gue gak paham sama emosi yang ada dalam benak gue.

Gue menarik bahunya. Dan tanpa sadar, gue melakukannya, ya,

Gue menciumnya. I kissed her. For real.

Untuk beberapa saat, dia bisa mengatur nafasnya dan jadi tenang. Di saat dia suah bisa tenang, gue melepasnya. Gue tau, gue pun kaget, tiba-tiba kayak gitu. Yamg tersisa sekarang gue dan Kia, dengan dahi yang saling menempel.

"Calm down, Kia,"

Dia enggak jawab apapun.

"Saya memang pernah jatuh cinta sama Hira. Tapi itu dulu, Ya, sebelum saya ketemu kamu," jelas gue perlahan, "She stays in my past, and i only have you right now and my future,"

"Jangan kamu percaya apa kata orang. Kamu harus lebih percaya sama saya, Ya," lanjut gue.

Dia mengambil nafas panjang. Gue bisa merasakan wajahnya memanas seiring gue sentuh pipinya, "Saya minta maaf karena buat kamu kecewa,"

"Aku tau, maafin aku, Gi..." Kata Kia, sembari menahan air matanya. "I need a time, leave me alone,"

Kia melepaskan pegangan gue sekali lagi dan langsung lari cepat. Gue reflek mengejarnya, tapi dalam sekejap gue enggak tau dia kabur kemana.

Aduh, beneran deh. Kia baru ke Jerman, takutnya kenapa-napa. Mana baru hujan salju, kan.

I have to find her and make things up.

.
.
.

🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤧

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang