17. Dumb

86 20 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"No comment deh gue, Gi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"No comment deh gue, Gi. Kalau urusan cemburu, gue gapernah gatau limit kesabaran lo ternyata sependek itu,"

Gue kembali di momen healing yang gak healing-healing amat bersama Kim Seokjin. Setelah gue cerita kalau gue cemburu banget gara-gara ngeliat Kia sama Hoseok kemarin, bahkan Seokjin enggak mau ngasih komentar.

"Tapi walaupun lo cemburu, gue rasa bahasa lo terlalu kasar ke dia," kata dia, berdasarkan chat gue sama Kia semalem.

"Gatau lah,"

"Emang gitu. Wajar kalau lo marah karena liat dia sama cowok lain, tapi gue gak pernah mau ngewajarin lo bicara enggak ngenakin gini ke cewek lo," lanjut Seokjin, sambil meletakkan hp gue di meja cafetaria rumah sakit.

"Dia itu calon istri lo, Gi, calon istri loh. Pendamping hidup. Lo akan tanggung jawab atas hidupnya Kia, yang mungkin dari dulu disayang banget sama orang tuanya. Emang, kalau diliat dari luar, dia salah karena udah jalan sama cowok lain tanpa sepengetahuan lo. Tapi 'kan lo gatau cerita dari sisinya Kia?" Jelasnya.

Gue diem aja sambil dengerin Seokjin. Seakan-akan gue langsung bego. Seakan-akan kuliah gue yang menghabiskan waktu bertahun-tahun itu percuma kalau masalah ginian aja begonya minta ampun.

"Terus gue kudu gimana?" Tanya gue.

Seokjin menatap gue enggak percaya, "Serius lo masih nanya?"

Gue diem aja, ngalihin pandangan.

"Minta maaf. Gatau gimana caranya, serah lo. Intinya lo yang minta maaf karena lo yang udah ngomong kasar ama dia," kata Seokjin.

Gue menghela nafas. Sambil menggenggam plastik jajanan minimarket gue berdiri. Waktu udah menunjukkan pukul 6 jadi gue harus praktek lagi. "Makasih, deh. Gue mau mikir,"

Seiring gue bilang gitu, di detik yang sama gue mulai berpikir. Minta maaf? Gimana caranya? Gue gak mungkin nanya itu karena pasti langsung dicaci maki sama Seokjin. Gue gak tau cara menghubungi Kia kembali, gue gak tau harus bicara apa, intinya gue gak tau apa-apa.

.
.
.

Ya Tuhan, gue bego banget.

Itu adalah kalimat yang menghantui pikiran gue sepanjang jalan. Malam ini hujan deras, udaranya mulai mendekati 0 derajat celcius. Gue kembali pulang menggunakan kendaraan umum. Beberapa jalan ditutup karena ada perbaikan, jadi gue pulang rada lama dari biasanya.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang