14. Kucing.

84 21 6
                                    

Bangun tidur udah disuguhin pemandangan.

Jangan salah sangka dulu. Pemandangan yang gue maksud itu lapangan depan gedung apartemen udah full ketutup sama salju akibat hujan salju yang enggak ada hentinya semalam. Ya, gue ampe menggigil gini. Tapi mood gue pengen ngajak Kia jalan-jalan, gak tau kenapa.

Gue tidur di kamar gue. Kia tidur di kamar tamu. Gue beranjak bangun buat cuci muka sama gosok gigi, dan langsung keluar kamar.

Sekali lagi, bangun tidur udah disuguhin pemandangan.

Kali ini, pemandangannya Kia di dapur, make apron yang semalem, dan sibuk entah masak apa. Tapi gue nyium wangi telur goreng sama sup sisaan semalem. Jam dinding nunjukkin pukul 10 pagi dan keliatannya langit tuh kayak masih pagi aja. Kayak gini si emang kalau musim dingin, matahari munculnya cuma sebentar.

"Ya,"

Kia nengok, melihat gue yang duduk di meja makan sambil nuangin air putih karena gue aus banget, "Bangun jam berapa?" Tanya gue.

"Jam 7," katanya.

Buset, "Ngapain aja?"

"Bebersih, Abis itu jalan keluar. Tadi nemu kucing kedinginan di luar, kasian tau,"

Gue menautkan alis karena keheranan, "Terus mana kucingnya?"

"Aku taro di deket penghangat ruangan," Kia nunjuk ke arah pojok ruangan.

Karena gue penasaran, ya bangkitlah gue dari duduk untuk melihat kucing yang dibawa masuk sama Kia. Setelah gue liat, beneran dong ada kucing yang bulunya berwarna putih, lagi tidur di gulungan selimut.

Gue sebenernya bukan gak suka hewan, cuma males aja ngerawatnya. Gue gak punya waktu buat nganter ke vet, mandiin, ngasih makan, soalnya ngerawat diri gue aja kadang seingetnya gue doang.

"Tadi nemu dia di deket tumpukan salju. Nyaru banget, tapi kok aneh gerak-gerak. Taunya lagi menggigil," jelas Kia, "Terus aku mikir, kok mirip Yoongi ya?"

Gue menoleh ke arah Kia, "Mirip saya?"

Kia mengangguk, "Iya,"

Darimana asalnya gue mirip kucing.... Gue perhatiin muka bantal si kucing itu dan berpikir, mana miripnya ye?

"Kenapa gitu mirip sama saya?"

"Putih, entah kenapa ngeliat muka kamu juga bikin aku inget kucing," jelas Kia yang sebenernya gak jelas-jelas banget. Bilang aja muka gue emang mirip kucing, Ya.

"Terus mau kamu rawat? Mau dibawa pulang?"

"Hm.. aku takut gak sempet," kata Kia.

Kia aja takut gak sempet ngerawat, apalagi gue.

"Hmmmmm, OH!"

Gue agak kaget dengan seruannya Kia, "Ngapa?"

"Namanya Jojo aja!"

.... Gue kira dia mikirin kucing ini dibawa pulang apa enggak.

"Jojo?" Heran gue.

Kia mengangguk, "Iya. Aku suka nama Jojo gitu, lucu," katanya.

"Kayak ngasih nama anak aja," ujar gue.

"Kan sekarang Jojo anak kita!" Seru Kia senang.

Terserah deh, beneran. "Terus gimana? Anak kita mau dibawa pulang apa enggak?" Tanya gue.

"Titipin dulu di sini kali, siapa yang mau ngerawat, ya?" ujarnya.

Gue kembali berdiri dan duduk di bangku meja makan, "Lho, gimana. Anaknya mau ditinggalin sendirian,"

"Kita gak punya waktu buat ngurusin dokumen ke kedutaan, udah gitu Jojo harus diperiksa kesehatannya dulu kan. Ntar nunggu dokumennya bisa dua mingguan, wah aku sama kamu nggak kerja-kerja deh. Anak didikku juga pasti hepi aku tinggal lama begini,"

Gue ngangguk setuju sambil minum segelas air lagi. Enggak lama kemudian, dia bawain makanan yang daritadi udah dia siapin. Telor dadar gulung sama sup semalem yang diangetin. Nikmat bre? Nikmaat.

"Ya, mau keluar ga abis ini?"

"Kemana?"

"Jalan-jalan aja,"

"Kirain kamu masuk angin gara-gara semalem mandi salju,"

Pengen gue getok ni anak rasanya, "Kamu pikir gara-gara siapa saya begitu?"

Kia tertawa, "Maaf! Kan udah bilang maaf!"

.

Drowned by the laughter, i love your all.

All about you.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang