19. Marry You

109 23 3
                                    

Maret, the next year.

"Gantian ye, bro?"

Seokjin dan Jungkook sedang berada di ruang tunggu bersama gue. Dan ternyata di hari ini mereka membawa berita yang cukup mengejutkan gue—kalau mereka saling kenal satu sama lain. Seokjin bilang kalau dia temenan sama Jungkook pas dia masih kerja di Busan. Kemungkinan, di waktu yang sama, Jungkook juga prakteknya kelempar disana gak lama setelah dia wisuda.

Sudah kuduga, dunia ini gak luas. Ketemunya dia lagi, dia lagi.

"Gantian apanya?"

"Enggak," kata Jungkook sambil senyum aneh, mendaratkan tangannya di bahu gue untuk mijet.

"Kaga jelas lo,"

"Lo grogi kan, Gi?" Tanya Seokjin.

Kalo ditanya grogi, yaiyalah pasti. Gue yakin lo pada juga grogi pas mau nikahin cewek lo, kan? Dasar geblek.

"Nanya lu udah kaya gapernah grogi aja, namanya juga mau nikahin anak orang!" Seru Jungkook, yang surprisingly omongannya masuk di akal, "Tapi kalo gue balik cepet, gue minta maaf ya, Bang," lanjutnya.

"Kenapa emang?" Tanya gue.

"Si Hira isi ya? Takutnya gaenak badan," Selanjutnya, Seokjin menebak.

Jungkook cengengesan dan gue, jujur aja, terkejut. Wow? Hira? Hamil? Cepet amat anjir. Gue langsung melirik ke arah Jungkook yang lagi senyum-senyum gajelas, menandakan kalau ia setuju akan fakta Hira udah hamil.

"Udah 13 minggu," kata Jungkook.

Seokjin tepuk tangan bangga dan menepuk pundaknya Jungkook, "Bangga gue ama lo, Kook, gaperlu dinasehatin kayaknya lancar banget ye,"

Yeee si gblk satu ini nyindir gue lagi, "Iya, iya gue noob ama cewek emang, ngape? Caci aja terus gue," kata gue kesel.

"Eh, gue ga nyindir ya. Kalau lo merasa ya your problem lah," kata Seokjin, "Tenang, abis ini nyusul kok," lanjutnya.

"Bodo amat anjir,"

"Tapi bang, si Hira ngefans banget sama lo kayaknya,"

Hah? Apalagi si? Kenapa ngefans coba?

"Kenapa? Ada yang bagus dari dia?" Tanya Seokjin, lagi lagi sambil ngehina gue.

"Enggak tau," Jungkook mukul dahinya, "Dia bilang, lo ganteng. Iya emang sih,"

"Ngape? Lo ga ikhlas bini lo bilang gue ganteng?" Kata gue sambil ketawa ngeledek Jungkook.

"Tenang lah, Kook. Bawaan bayi kali. Walaupum gue kadang gapaham si, kenapa kalo ngidam suka gitu ya. Bini gue dulu ngidam sambel bawang putih, tapi harus gue yang bikinin. Ngadi-ngadi kan?"

"Iya. Bawaan bayi itu. Aaminin aja, barang kali bayi lo jadi mirip gue,"

Jungkook garuk kepalanya yang gue yakin ni anak sengaja banget pura-pura garuk kepala, "iyadah, Aamin,"

"Kaga ikhlas banget dih,"

Di tengah keramaian yang dibuat Jungkook dan Seokjin, pintu ruang tunggu pun diketuk. Seorang pria paruh baya muncul dan memanggil nama gue,

"Yoongi,"

Ayah gue manggil. "Yuk, dah waktunya,"

Jungkook dan Seokjin memberi salam ke Ayah gue. Dan sekarang, udah waktunya.

Udah sampai di titik ini, ternyata.

.

Time flies, right?

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang