9

1.5K 177 52
                                    

Harap bawa kemoceng, ini berdebu ><

.
.
.

Seokjin sudah diwanti-wanti oleh ayah agar menjaga jarak baik itu interaksi kontak fisik maupun komunikasi. Ayah bilang berteman sangat akrab itu tidak baik sebab ada kesakitan di ujung masa yang menunggu, ada ritangan yang semena-mena datang;  baik itu pengkhianatan atau dalam bentuk lain yang menjadi penyebab perpisahan.

Tetapi bagaimana mungkin? Seokjin sudah sangat bahagia memiliki sahabat karib yang lucu dan ceria, apalagi punya banyak stok eskrim di kulkasnya. Sangat berat bagi Seokjin untuk mengurangi interaksi yang terselip afeksi besar di dalamnya kepada Kim Taehyung.

Ah, masa bodoh saja. Kalau nanti Taehyung datang Seokjin akan datang memeluk dan membombardir Taehyung dengan pertanyaan bertubi-tubi perihal kabar yang selama ini bertengger di kepala Seokjin.

Seokjin sudah menyediakan susu coklat dan strawberry, susu coklat untuk Taehyung dan susu strawberry untuk Seokjin. Nanti mereka akan meminumnya saat jam istirahat. Uh, Seokjin tidak sabar, bosan sekali pagi hari ini, terlebih si Jeon kecil tidak hadir sebab terserang diare sejak dua hari yang lalu.

Mungkin hampir lima menit, Taehyung sudah bisa kembali masuk sekolah, membuat Seokjin sangat terkejut. Ia bahagia, ingin menerjang Taehyung dan memberikan pelukan setebal 5 lapis selimut. Namun urung, ayah bilang harus jaga jarak, jangan terlalu berlebihan dalam berteman. Tetapi kenapa hanya pada Kim Taehyung?!

"Halo Seokjin!" Taehyung juga hanya menyapa sekedar saja lalu menenggelamkan kepala di atas lipatan tangan.

"Kau tidak rindu aku, Taetae?" Siapapun yang mendengar pasti akan merasa gemas, Seokjin mengutarakan itu lewat nada malu-malu bersama suara khas anak kecil.

"Memangnya kau meridukan aku, Seokjin?" Seokjin membolakan kelopak selepas mendengar kalimat ketus temannya ini.

"Rindu."

"Tapi kenapa tidak angkat telepon dariku? Tidak menanyakan kabar barang sekali saja? Bahkan tidak menjenguk padahal teman yang lain sudah datang menjenguk aku, kenapa? Sudah tidak mau berteman lagi, ya, denganku?" Taehyung meledak-ledak, membuat Seokjin kelimpungan untuk mempersiapkan jawaban.

"Bukan begitu." Ah, Seokjin bingung sekali mau menjawab apa. Faktanya ayah melarang Seokjin untuk dekat-dekat dengan Taehyung, tapi mana mungkin Seokjin mengatakan ini kepada Taehyung.

"Lalu? Oh, sudah ada teman baru, ya? Siapa, Jeon Jungkook?" Seokjin menggeleng cepat. Astaga, kasian Jungkook sedang terbatuk-batuk akibat disebut-sebut namanya oleh Taehyung.

"Semuanya salah, aku tetap sahabatmu, ah lupakan saja, Taehyung."

"Bohong!"

"Tidak, kok." Tetapi Taehyung tetap memasang wajah cuek, menjadi acuh tak acuh hingga membuat Seokjin kalut.

"Sepulang sekolah nanti kita bermain sebentar bagaimana? Hitung-hitung melepas kangen akibat tidak berjumpa hampir satu bulan." Seokjin mengajak, dia menggigit bibir bawah, kentara gugup sebab gentar karena perintah ayah berputar-putar di atas kepalanya.

"Benarkah? Bermain dimana? Ke rumahmu, Seokjin?"

"Tidak, kita bermain di dekat sekolah saja menunggu orangtua kita menjemput."

Mendapat anggukan semangat dari Taehyung, melupakan drama bertema antara rindu dan kesal tadi, mereka kembali riang. Seokjin dan Taehyung bercerita banyak hal, kemudian ketika jam pelajaran dimulai mereka saling berdiskusi, bersenang-senang dan saling membantu.

GrievousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang