10

2.2K 229 52
                                    

Air matanya tak dapat lagi dibendung, tiada peluang kering akan serbuan air di pipi Seokjin. Temannya benar-benar tidak bangun walau sudah setengah mati Seokjin berteriak agar Taehyung mau membuka mata.

Ada banyak prasangka berenang di dalam kepala Seokjin. Bagaimana kalau ibunya Taehyung menyalahkan Seokjin, apa Bibi Jaeya akan memukul dan membentaknya seperti peristiwa teman kelasnya di sekolah yang dulu. Atau tentang Ayah yang akan memarahinya habis-habisan karena telah melukai temannya, kecewa dan mengabaikan Seokjin. Semua orang menuduh dan membencinya. Lebih parahnya lagi bagaimana dengan nyawa Taehyung?!

Jimin, Seokjin tidak mau Taehyung berakhir seperti sahabatnya yang dulu. Tetapi Taehyung tidak mengerti, ia tetap menutup mata dengan wajah pias bersamaan dengan darahnya yang mengucur banyak dari lubang hidung.

Seokjin tidak mau kehilangan sahabat lagi.

"Taehyung, aku mohon jangan seperti ini!" Kalut luar biasa, bibirnya bergetar lirih, semakin lama angin kian dingin.

Seokjin berjongkok, mengelap darah Taehyung dengan seragamnya. Andai saja Seokjin tidak mengajak sahabatnya bermain semua ini tidak akan terjadi, ini kesalahan dirinya.

Kecemasan kian menjadi tatkala sebuah mobil berwarna putih terparkir kasar di dekatnya, itu ibunya Taehyung. Rasanya menyakitkan, Seokjin ingin berlari saja menjauhi perkara yang sedang terjadi saat ini, rasanya sesak dan pening, kepalanya penuh dengan potongan kejadian Woojin pada waktu itu.

"Bukan aku, Bibi. Taehyung tiba-tiba pingsan saat—"

Seokjin terdorong tubuh Jaeya yang tinggi ketika wanita itu mengangkat tubuh Taehyung yang terkulai dengan tumpahan air mata. Membuat anak kecil yang berantakan di belakangnya terduduk dengan keras.

"Ide konyol ini pasti berasal darimu, kan? Taehyung tidak pernah melakukan ini sebelum kau datang di hidupnya. Seharusnya kau tahu bahwa dia berbeda. DASAR ANAK NAKAL!" Ia berteriak frustasi. Kehilangan sebagian kewarasan sebab menyalahkan anak kecil yang mau bagaimanapun tidak dapat disalahkan. Sebab nyawa anaknya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Tidak perlu berteman jika kau hanya merugikan temanmu sendiri!"

Jaeya tidak dapat berpikir jernih, "Berhenti berteman dengan Taehyung!" Itu kata terakhir Jaeya dengan mata berkilat sebelum masuk ke dalam mobil putihnya.

"JAEYA SIALAN!" Bertepatan dengan itu, suara ayah menggelegar memaki Han Jaeya yang baru saja menjalankan mobilnya. Ayah tiba-tiba datang dari arah belakang dan berteriak kencang membuat Seokjin benar-benar tertekan.

"Kali ini benar-benar kelewat, sejak kapan kau bisa melanggar perintah Ayah?" Jisung mencengkeram bahu Seokjin.

Seokjin tidak bisa menggerakkan bibirnya, mulut miliknya seakan terkatup dengan amat erat. Anak kecil itu mematung, tubuhnya menegang, irisnya terluka. Lalu tanpa ia sadari ayah menarik pergelangan tangan Seokjin dengan kencang, tak peduli pada lutut anaknya yang tergesek dengan tanah. Ia seakan tuli dengan Seokjin yang menangis sekuat tenaga, wajah ayah tampak seperti monster hari ini.

"Kau tahu? Aku seperti orang gila mencarimu kemana-mana sampai akhirnya berpapasan dengan wanita sinting itu. Kau mana mengerti, Seokjin!" Jisung berteriak pilu, merasakan sakit luar biasa pada dadanya, terisak pelan menahan marah.

Dirinya bertemu Han Jaeya, wanita itu bertanya tentang anaknya, dia mencari Seokjin. Berakhir pada pertengkaran penuh air mata beberapa sekon yanh lalu. Jisung tidak mau melepaskan Seokjin yang susah payah ia besarkan.

"Berhenti menciptakan kekacauan, Seokjin! Berhenti membuat semua orang didekatmu kesulitan!"

Yang Seokjin tangkap ayahnya sedang marah, ayah sedang menangis, ayah akan menghukumnya dengan hukuman berat, ayah Jisung tidak seperti yang kemarin. Hanya itu, Seokjin tidak mengerti tentang penyebab wajah monster ayah yang menjadi akibat dari kelakuannya hari ini. Mengapa mesti semarah itu?

GrievousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang