Saat pintu itu perlahan terbuka, tercium bau aneh yang membuat pengap indra penciumanku. Seperti bau bangkai.
Lantas dengan hati-hati, Taeyong masuk ke dalam dan menangkap di depannya terdapat lorong gelap disertai tangga menuju ke atas di ujungnya.
Dia menyalakan flash yang ada di handphone dan mengarahkannya ke sekitar. Aku dan yang lain pun mengikutinya dari belakang. Saat hendak maju, Taeyong tercekat dengan apa yang ada di depannya—ada sebuah bangkai kucing hitam yang tergeletak di lantai.
Kami pun memekik kaget dan berusaha mengembalikan alur napas dengan tenang. Bangkai kucing itu sudah tampak membusuk, mungkin karena terkurung di ruang ini begitu lama.
"Oh My Godness!" pekik Mark.
Kami langsung melangkahi bangkai itu dan menuju ke atas. Tangga ini begitu sempit dan memutar, mungkin setidaknya butuh tiga menit untuk mencapai ke atas.
Setelah sampai kami dikagetkan dengan sebuah ruangan berpintu terbuka. Terdapat satu jendela tua berpagar besi di dinding, satu lemari kecil, satu meja, dan beberapa mainan tergeletak di lantai.
"Ruangan apa ini?" tanya Mark heran.
"Ini ruang rahasia Christopher," gumam Emily yang terlihat menunjuk sebuah buku di atas meja. "Ini buku hariannya."
Kami pun penasaran dan membuka buku harian itu bersama-sama. Di dalamnya terdapat tulisan selayaknya tulisan seorang anak kecil.
"Tunggu, dia juga bisa melihat hantu?" sahut Doyoung yang menunjuk satu kalimat 'teman arwahku'.
Emily mengangkatkan kedua alisnya dan membaca kelanjutan dari kalimat itu. ternyata isinya mengenai penglihatan Christ yang mencurigai seorang pelayan yang terus-terusan diikuti oleh makhluk jahat. Dan kami menduga pelayan itu ialah Julia.
Di halaman berikutnya, hanya ada satu paragraf kecil di sudut kertas. Bertuliskan 'Aku menemukan buku aneh yang tidak aku mengerti. Semoga dia tidak marah kepadaku'.
Sontak kami pun saling menatap satu sama lain bergantian, aku yakin masing-masing dari kami tengah berusaha mencerna ucapan Christ di bukunya ini.
"Kita temukan buku itu!" pekik Emily. "Pasti ada di sini."
Lantas kami mengangguk dan mencoba menggeledah isi ruangan dengan teliti. Saat aku menyisiri area dekat jendela, aku terhenti dan menatap benda aneh berbentuk piramida. Benda ini transparan, sepertinya terbuat dari kaca dan bisa memantulkan cahaya. Terdapat titik hitam di dalamnya. Saat aku perhatikan, entah kenapa makin lama penglihatanku makin buram.
.
.
.
"Tunggu, dimana aku?"
Aku berada di sebuah bangunan yang terbuat dari batu. Saat aku melangkah mundur, langkahku terhenti karena menabrak sesuatu di belakang. Aku berbalik dan mendapati seorang anak kecil terduduk di atas sebuah kuburan.
Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?
"Siapa kamu?" tanyanya.
Aku masih mematung saat ini. Apa yang terjadi?
"Hey?" sahutnya lagi.
"A-aku dimana?" tanyaku terbata-bata.
"Kamu tidak tau? Siapa kamu?"
"Aku Samantha," ucapku.
"Oh. Hai Samantha, aku Christopher."
Apa? Sepertinya aku pernah dengar nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]
FanfictionSatu-satunya pria astral yang Sam percayai dalam hidupnya ialah teman khayalan. Semua terlihat abu-abu dengan stigma kutukan yang Ia dapat dari orang-orang di sekitarnya "Skizofrenia Lee". Sebutan gila masih terbiasa didengar oleh gadis yatim-piatu...